10

4.1K 627 248
                                    

Viny berjalan menuruni anak tangga satu persatu, ia tentu tidak akan pergi begitu saja sebelum memeriksa sekali lagi isi rumah ini. Viny berpapasan dengan dua orang gadis cantik yang baru saja masuk ke rumah, ia memandangi salah satunya dari atas sampai bawah, pandangannya berhenti pada cincin yang gadis itu kenakan, cincin berlian itu pasti harganya ratusan juta, kenapa orang-orang punya kekayaan yang luar biasa?

"Liatinnya bisa biasa aja gak?" tanya Fiony sedikit risih dipandang seperti itu oleh Viny.

"Udah cukup biasa," jawab Viny santai seraya melipat kedua tangannya di belakang pinggang.

"Itu gak biasa."

"Kita baru pertama kali bertemu, seharusnya kamu belum bisa membedakan bagaimana tatapan biasa dan tidak bisa dari aku." Viny sekali lagi memandangi Fiony dari atas sampai bawah sebelum berjalan pergi ke taman belakang. Pantas saja Azizi sangat menempel pada gadis itu, ternyata Fiony jauh lebih cantik dari yang ia bayangkan.

"Nyebelin banget sih, dia siapa?" Fiony menatap Azizi yang baru saja berdiri di depannya.

"Detektif yang ngurusin kematian Papa, dia emang sedikit menyebalkan, yang aku ceritain tiap malem itu, dia angkat kita semua jadi tersangka." Azizi tersenyum memperhatikan wajah Fiony yang semakin cantik setiap harinya. "Kita jadi ritual?"

"Oh dia." Fiony mengangguk, "Jadi ritualnya, kita coba ya semoga ada petunjuk."

Azizi mendekatkan wajahnya pada Fiony kemudian berbisik pelan, "Nanti malam sebelum ritual kita bisa terusin yang kemarin?" Azizi mengantup matanya, menghirup aroma tubuh Fiony yang sangat wangi. Tanpa menjauhkan wajahnya, ia merangkul pinggang Fiony.

Mira tentu bisa mendengar itu dengan jelas, kemarin? Apa yang terjadi kemarin? Ah pasti itu terjadi ketika ia keluar dari kamar Azizi. Pantas saja Fiony sedikit lama keluar dari sana. Mira sudah tidak merasa heran dengan kelakuan sahabatnya yang satu itu. Fiony mudah sekali terpancing apalagi oleh gadis tomboy yang manis seperti Azizi. Mira akan lebih heran jika tidak ada sesuatu yang mereka lakukan.

"Jangan macem-macem, Azizi." Fiony berusaha melepaskan genggaman tangan Azizi, tetapi Azizi malah semakin mengeratkannya.

Azizi menempelkan puncak hidungnya di daun telinga Fiony, "Aku akan menggoda kamu selama tujuh hari tapi aku gak akan pernah berani menyentuh kamu sedikitpun sampai kamu yang memintanya sendiri." Azizi sengaja mengembuskan nafasnya tepat di telinga Fiony sebelum menjauhkan wajahnya. "Aku akan siapkan makan malam spesial buat kamu." Azizi meraih tangan kanan Fiony, ia tempelkan di dagunya. "Ayam kecap dan sambal cabe ijo." Azizi menatap Fiony cukup lama kemudian mengecup punggung tangannya.

"Ya terserah." Fiony membuang pandangannya dari tatapan Azizi untuk menghindari getaran di dadanya.

"Ok." Azizi mengedipkan sebelah matanya seraya berjalan menunju dapur untuk menyiapkan makan malam.

"Kok dia tau makanan kesukaan lo ayam kecap sama sambal cabe ijo?"

"Gak tau deh dia tiap malem telfon, cerita banyak hal tentang tiga detektif itu dan nanyain banyak hal tentang kehidupan gue, agak freak."

"Tapi lo suka kan?" Mira bertanya sedikit berbisik karena takut ada yang mendengar. "Kalian bisa having sex, dia juga gak kaleng-kaleng, lagian lo udah lama juga kan gak ngerasain? Gas aja gapapa kok."

"Untuk sekarang aku gak mau tapi aku gak berani bilang gak akan pernah mau karna mungkin dia berhasil menggoda aku." Fiony menyalipkan anak rambut ke belakang telinga lalu menatap Mira dan berbisik di telinganya. "Dia sangat tampan untuk ukuran perempuan, aku suka parfumnya dan aku suka aroma nafasnya." Fiony tersenyum, berjalan pergi meninggalkan Mira untuk mengetahui apa yang Ara lakukan.

ENIGMA [END]Where stories live. Discover now