02 | Tak Terduga

633 52 9
                                    

Zidny pun asik mendengarkan musik dengan earphone-nya, itulah caranya menjauh dari kehidupan sosial yang menurutnya mengganggu. Dan benar saja, seorang perempuan pengganggu pun datang.

Tiba - tiba Kiara langsung melepaskan earphone kanan Zidny dari telinganya. "Hai! Kok lo sendirian aja? Pacar lo mana?"

"Gue masih tertarik sama pria," balas Zidny dengan datar.

Kiara tersenyum memandang Zidny. "Ck, gue kasian deh liat lo. Sekarang lo disini duduk sendirian karena sahabat satu - satunya lo udah punya sahabat baru. Emang Amadea itu gak tau diri, padahal lo selama ini selalu lindungin dia tapi dia malah-"

"Kalo lo disini cuma buat ngomporin Amadea, mending lo cabut aja. Kuping gue sakit denger suara cempreng lo,"

"Lebay banget sih! Gue itu disini karena mau bantu lo, lo itu harus sadar kalo selama ini Amadea cuma manfaatin lo. Liat tuh, dia sekarang keliatan happy banget sama Eliza dan gak inget lo sama sekali," sindir Kiara. Semoga saja rencananya berhasil.

Seketika Zidny langsung menoleh ke arah pintu perpustakaan yang ternyata memang ada Amadea dan Eliza, teman sekelas mereka. Bahkan mereka terlihat sangat akrab, hingga membuat hati Zidny panas.

Kiara hanya tersenyum penuh arti, ia yakin pasti Zidny mulai termakan ucapannya. "Sabar ya, Zid. Gue ngerti kok perasaan lo pasti-"

Zidny pun langsung bangkit berdiri. "Tutup mulut sampah lo."

♾♾♾


Kiara yang baru saja tiba di rumah mewahnya langsung terduduk di sofa, meletakkan tas sekolah dan sepatunya dengan rapi. "Ah capek," keluhnya.

"Apa kamu bilang? Capek? Cuma dengan peringkat dua di sekolah, kamu udah bilang capek?" sahut Feranda yang tiba - tiba datang dari arah tangga.

"Ma, dapetin peringkat satu di sekolah itu susah. Kiara gak bisa ngalahin Amadea,"

"Susah itu bukan berarti mustahil! Papa dan mama udah susah payah sekolahin kamu di sekolah bagus SMA Rasuna Bhakti, tapi kamu bales budi dengan apa? Cuma peringkat dua?! Kamu selalu bikin malu papa sama mama," bentak Darius, ayah Kiara yang memang sangat tegas.

Untuk ke sekian kalinya, Kiara dimaki seperti ini oleh kedua orang tuanya hanya karena peringkat di sekolah. Bahkan Kiara sebenarnya tidak terlalu peduli mengejar peringkat satu, jika bukan demi orang tuanya. "Ma, Pa, aku juga udah belajar dan berusaha keras kok. Tapi emang-"

PLAK!

Sebuah tamparan keras mendarat di pipi kanan Kiara. Mata Kiara pun mulai berkaca - kaca, ini juga bukan pertama kalinya ia mendapat perlakuan kasar seperti itu.

"Pa, jangan pukul Kiara lagi. Kiara janji bakal berusaha lebih-"

Darius pun mendekat pada Kiara dan mencengkeram kuat - kuat pipi Kiara hingga gadis malang itu meringis kesakitan. "Pa.. papa, sakit! Lepasin pa,"

"Kamu bisa janji bakal dapet peringkat satu di kelulusan?!" teriak Darius.

"Ki- Kiara bakal usaha sebisa aku,"

"Dasar anak gak berguna! Dari tahun lalu, kamu selalu janji - janji bakal berusaha lebih keras tapi hasilnya apa? Kamu selalu jadi juara dua, kamu selalu dapet peringkat ke-DUA! Di keluarga kita, gak boleh ada yang gagal. Gak boleh ada yang jadi loser,"

Kiara pun tidak berani menyahut ucapan Darius lagi, ia benar - benar sangat ketakutan sekarang. Seandainya Nando atau siapapun dapat menolongnya.

"Pa, udah cukup. Kalo emang di ujian kelulusan nanti dia masih di peringkat dua, mendingan kita usir aja dari rumah. Dia itu gak layak jadi bagian keluarga kita! Mama gak sudi punya anak bodoh dan bikin malu," tambah Feranda.

FORGERY [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang