04 | Kasus Ditutup

382 46 3
                                    

Kemudian Zidny pun iseng membuka ponselnya yang sejak tadi ia masukkan ke dalam tas sekolahnya. Matanya langsung membulat sempurna ketika melihat sebuah notifikasi pesan yang masuk.

Dari Amadea..?

Seketika seluruh bulu halus di tangan Zidny merinding melihat notifikasi Amadea. Apakah ia sedang bermimpi?

Dengan hati - hati Zidny pun membuka pesan tersebut.

Amadea

Zid, tolong relain gue yaa.

Hanya sebuah kalimat itu yang tertulis disana. "Apa - apaan ini? Amadea?"

Lalu Zidny melihat jam berapa pesan itu dikirimkan. Ternyata sudah sekitar empat jam yang lalu, artinya saat Amadea baru saja meninggal dunia. Aneh. "Gak mungkin, ini pasti bukan Amadea!"

"Tunggu.. Lagian Amadea gak pernah pake tanda baca kalo di chat, gue yakin ini bukan Amadea yang kirim. Tapi siapa? Gue yakin ini bukan kasus bunuh diri, pasti Amadea dibunuh seseorang."

♾♾♾

Keesokan harinya di pagi hari, tentu saja seluruh isi sekolah sangat ricuh akibat kasus Amadea yang terjadi kemarin. Seluruh murid tidak berhenti membicarakan dan juga menebak - nebak siapa pelaku kejam tersebut. Yang pasti, pelakunya adalah salah satu diantara mereka.

Sedangkan Kiara, Nando, Sebastian, dan Devian kini berkumpul seperti biasa di kursi panjang yang berada di lorong sekolah. Walaupun mereka tidak menyukai Amadea, tetapi tentu saja bukan berarti mereka ingin Amadea tewas.

"Psikopat brengsek."

Dua kata umpatan itu terlontar dari seorang siswi yang tiba - tiba berdiri di hadapan Kiara. Dengan anggun Kiara mendongakkan kepalanya, ternyata Zidny.

Seketika Kiara langsung tersenyum tipis pada Zidny. "Apa lo bilang? Gue salah denger gak sih barusan?"

"Zid, kita semua lagi berduka sekarang. Jadi lo jangan cari masalah atau bikin keributan dulu sekarang," sela Nando.

"Cantikku Zidny, mending lo masuk kelas terus istirahat tenangin diri. Emangnya Amadea mau liat lo kayak gini? Gue tau kok lo emosi karena kasus Amadea masih belom-"

"BACOT! Gak usah ikut campur," bentak Zidny dengan mimik wajahnya yang tetap tenang.

Kiara pun akhirnya bangkit berdiri dan menyamakan posisinya dengan Zidny. "Lo mau apa lagi sekarang? Cari perhatian?"

"Lo ada di ruang UKS itu sebelom gue dateng kan?" tanya Zidny tanpa berbasa - basi lagi. Pertanyaan itu membuat wajah Kiara yang awalnya sinis mendadak menjadi gelisah.

"Ap-apaan sih maksud lo? Ini lo berarti nuduh gue? Jangan gila ya Zid gue gak mungkin bunuh Amadea! Gue gak mungkin berani bunuh orang," balas Kiara.

Zidny mengangkat sebelah alisnya. "Gue belom nuduh lo apapun, kenapa lo berusaha bela diri duluan? Panik?" sindirnya.

Nando pun langsung menarik tangan Kiara dengan lembut. "Ki, gak perlu ladenin dia."

"Tapi gue beneran gak dateng ke UKS itu sama sekali! Pas kita keluar dari ruang kerja kelompok itu gue langsung pulang kok sama Nando, ya kan?" ucap Kiara yang dijawab dengan anggukan oleh Nando.

"Udah cukup interogasi dadakannya, Ibu detektif Zidny. Mari kita masuk kelas dan kembali menjadi murid normal," celetuk Devian.

"Devi, gak perlu ikut campur. Biar mereka selesain urusan mereka sendiri," tambah Sebastian yang sedaritadi asik membaca buku sambil menyimak percakapan Zidny dan Kiara.

FORGERY [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang