11 | Tanggung Jawab

257 24 1
                                    

Devian menarik lengan Salvia secara paksa menuju ke kantin. "Cepet jalannya! Gue laper banget nih, emang lo mau gendong gue kalo gue pingsan?"

"Lebay."

"Lo mau makan apa? Gue traktir deh kali ini karena lo udah peduli sama gue," ucap Devian.

Salvia langsung menggeleng. "Lo kan tau gue gak suka jadi orang minta - minta, lagian kalo cuma beli makanan kantin gue masih mampu kok."

"Bukan gitu maksud gue Sal, ya gue cuma mau bales kebaikan lo tadi doang kok,"

"Gak perlu," jawab Salvia dingin.

Akhirnya mereka pun sudah tiba di area kantin sekolah, Devian langsung berlari menuju kios kantin yang menjual bakmi ayam, itu salah satu makanan favoritnya.

Dan Salvia memilih untuk duduk di salah satu meja yang kosong daripada Devian memaksa untuk menraktirnya. "Kenapa gue jadi mau aja sih disuruh nemenin dia ke kantin? Gue sendiri aja males ke kantin karena banyak orang," pikir Salvia bermonolog.

"Oi! Bengong aja lo kayak sapi mau dipotong," Devian sengaja mengejutkan Salvia dan menggebrak meja.

"Mana makanan lo?"

"Ini! Lo mau juga gak? Tadinya gue mau sekalian beliin buat lo tapi gue yakin pasti lo tetep nolak jadi mendingan gak usah,"

Lagi - lagi Salvia hanya menggeleng menolak.

Gadis itu memandangi Devian yang sangat menikmati makanannya sambil menyengir bahagia sendiri. "Dev, masalah lo seberat apa sih sampe nyobain gituan?" tanyanya tiba - tiba.

"Gue gak ada masalah. Ya makanya gue mau bikin masalah sendiri aja," jawab Devian jujur.

"Goblok banget."

"Eh iya Sal, mumpung lo ada disini gue mau tau hal - hal tentang lo boleh gak? Gue mau lo jawab jujur tiga pertanyaan," 

"Gue gak janji jawab semuanya,"

Devian menyantap sesendok bakmi ayamnya ke dalam mulut. "Oke pertanyaan pertama. Kenapa sih lo itu susah buat terbuka sama orang? Lo itu tertutup banget terus juga gak suka bersosialiasi sama orang,"

"Karena gak ada gunanya terbuka sama orang yang gak bener - bener peduli sama hidup gue."

"Hmm.. Oke. Cuma itu jawabannya?"

"Kenapa emang? Lo gak terima jawaban gue?" sahut Salvia dengan ekspresi wajahnya yang datar.

Devian langsung menjawab, "Eh bukan bukan! Gue mah gak berhak nilai jawaban lo,"

"Terus pertanyaan kedua?"

"Gue boleh tau apa ketakutan terbesar lo gak?" tanyanya lagi.

Mendengar pertanyaan itu, Salvia tahu jawabannya tetapi ia memiih untuk diam. Apakah Salvia perlu belajar untuk terbuka, dimulai dari Devian? Ia tidak yakin.

Salvia menghela nafas berat. "Gue gak pernah takut apapun,"

"Halah boong! Gue bisa liat dari sorot mata lo ada sesuatu yang lo tutupin dari gue. Apa coba yang lo takutin? Kasih tau aja sih gue gak bakal isengin lo juga!"

"Gak ada."

"Takut kecoak? Ketinggian? Takut gelap? Tempat sempit? Apa lagi ya biasanya ketakutan - ketakutan orang? Apa lo takut meninggal?!"

"Gue takut ketika gue tau gue gak akan bisa ngerasa dicintai lagi." Jawaban itu langsung membungkam Devian yang sedaritadi berbicara panjang lebar. Salvia membuat Devian semakin penasaran dan tertarik dengan kehidupannya. "Lo bikin gue pengen jadi pahlawan penyelamat hidup lo Sal. Gue pengen bikin hidup lo punya banyak warna baru,"

FORGERY [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang