18 | Siswi Baru

202 23 1
                                    

Disinilah Sebastian dan Kiara saat ini, berada di mobil menuju klinik dokter kehamilan untuk mengecek kondisi Kiara. Tentu sebenarnya Kiara sangat takut karena ini pertama kali baginya. Semoga tidak terjadi hal - hal buruk.

Beberapa kali Kiara menghembuskan nafas panjang untuk menenangkan dirinya, juga degupan jantungnya yang tak karuan membayangkan situasi di klinik nanti.

Sebastian yang menyadari itu langsung meraih tangan Kiara dan menggenggamnya erat. "Jangan khawatir,"

"Lo kenapa kayak gini sih Bas?" tanya Kiara kemudian.

"Kayak gimana?"

"Kenapa lo peduli sama gue sampe berlebihan kayak gini? Lo kan bukan Nando, lo itu bukan ayah dari anak gue yang sebener-"

"Siapa bilang? Gue calon suami lo dan berarti gue juga calon ayah dari bayi di kandungan lo titik."

"Gak ngerti gue apa alesan lo lakuin semua ini. Apa untungnya sih? Apa yang bikin lo mau tanggung jawab seserius ini? Karena kasian sama gue?"

Sebastian menggeleng pelan. "Lo gak perlu tau alesannya,"

"Kan katanya lo calon suami gue, masa masih rahasia - rahasiaan sih?"

Tetapi Sebastian masih menutup mulutnya rapat sambil berusaha menahan senyumnya yang gemas melihat tingkah Kiara. "Ihh! Lo beneran gak mau kasih tau gue? Alesannya apa? Sedikit aja coba kan gue kepo tau," rayu Kiara.

Sebastian menoleh sesaat ke arah Kiara, "Karena papa gue ninggalin mama pas lagi hamil gue dua bulan. Jadi mungkin gue bisa kebayang perasaan mama gue kayak apa saat itu, dan pasti rasa hancurnya mirip sama lo kan?"

"Jadi lo gak mau bikin hidup gue hancur kayak mama lo?"

"Tuh pinter. Lo gak layak hidup sengsara kayak gitu Kiara,"

"Makasih. Cuma itu yang bisa gue ungkapin sekarang," bisik Kiara sambil menunduk malu.

Sejujurnya Kiara tak menyangka alasan Sebastian menyelamatkannya ternyata cukup dalam. Pasti semua perempuan sangat mengidamkan lelaki hebat seperti Sebastian.

"Gak usah makasih, ini kan kewajiban gue sebagai sahabat lo dan Nando juga. Dijaga itu anak gue yang bener ya," sindir Sebastian usil.

Kiara tersenyum hangat memandangi wajah Sebastian, "Gue serius berterima kasih. Karena lo udah nyelamatin gue bahkan ketika gue gak bisa nolong diri sendiri. Hadir lo berhasil sembuhin luka gue yang sebelumnya,"

"Padahal tadinya.. gue udah frustasi banget Bas, udah sempet mikir apa mendingan bunuh diri aja? Karena rasanya dunia gue runtuh sejak tau gue hamil dan gak lama Nando meninggal. Bener - bener gak kebayang sekacau apa kalo gak ada lo, harapan gue udah nihil."

"Makanya jangan kasih titik kalo Tuhan aja masih ngasih koma. Hidup lo belom waktunya selesai," sahut Sebastian.

"Lo itu orang baik Bas. Gue bersyukur Tuhan nitipin lo buat gue, seenggaknya sekarang gue gak ngerasa bener - bener sendirian lagi walaupun masalah gue belom sepenuhnya bisa gue atasin,"

Sebastian mengelus kepala Kiara dengan sepenuh hatinya. "Emang lo gak pernah sendirian, bahkan sebelom gue dateng ke kehidupan lo."

"Lo tau? Setiap gue bangun pagi rasanya berat banget, gue pengen kalo bisa langsung ketemu malem lagi biar semuanya cepet selesai. Kayak hidup udah gak ada artinya lagi, bahkan mau nangis juga gak akan selesain apapun."

"Kalo lo emang sedih ya nangis aja. Kita bukan diciptain buat nahan rasa sakit tapi dipaksa untuk bertahan walau sesakit apapun lukanya," hibur Sebastian. Ia sungguh tulus mengatakan itu.

FORGERY [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang