23 | Haruskah Pergi

124 17 0
                                    

Keesokan paginya, Nicole pergi menuju tempat kejadian dimana Nando menjadi korban pembunuhan. Ia geleng - geleng tak percaya dengan kejadian mengerikan yang terjadi di sekolahnya. "Dia bunuh orang gak bersalah,"

Nicole mendongakkan kepalanya menyadari adanya kamera CCTV yang tepat mengarah ke posisi ia berdiri saat ini. Nicole tertawa kecil, "Bodoh juga ya bunuh orang jelas - jelas di depan kamera, emang gak bakat jadi pembunuh. Harusnya dia belajar dulu sama-"

"Siapa yang lo maksud bodoh?" sela Ethan yang entah sejak kapan sudah berada disana. Nicole pun sedikit tersentak karena merasa tidak enak jika Ethan mendengar ucapannya yang asal. 

"Eh, dateng juga kakak ganteng yang lagi gue omongin," ledek Nicole.

"Jaga mulut lo ya."

"Kalo pembunuh Kak Nando kan udah jelas lo, terus pembunuh Kak Amadea gimana? Udah kebongkar? Masa gak ada yang berhasil mecahin teka - tekinya? Terus kalo-"

"Anak bocah kayak lo jangan ikut campur urusan kita. Mending lo belajar dulu cara sopan santun sama orang yang lebih dewasa," tegas Ethan yang mulai terbawa emosi.

Nicole tersenyum manja di hadapan Ethan, memang ia senang melihat pria di hadapannya ini saat marah. "Tapi urusan kalian itu urusan gue juga. Gak percaya? Liat aja nanti lo bakal ngerti sendiri,"

"Emangnya lo tau siapa pembunuhnya?"

"Yaa jelas tau lah! Pelakunya kan selama ini ada di sekitar gue,"

Ethan menggaruk kepalanya yang tak gatal, ia benar - benar merasa bingung dengan ucapan Nicole. "Lo berharap gue percaya sama omong kosong ini? Lo cuma sengaja mau bikin gue penasaran kan?"

"Yakin gak penasaran? Gue sih sejujurnya kasian ya karena lo jadi kambing hitam disini," bisik Nicole.

"Bacot," ucap Ethan seraya hendak memukul Nicole. Untungnya dengan cepat Nicole menghindar dan tersenyum lebar seperti orang bodoh. "Udah dapet perawatan rehabilitiasi tapi kok masih gak berubah sih? Maksudnya ya masih belom keliatan waras,"

"Lo berani macem - macem sama gue?!"

"Ya udah, mendingan yang waras ngalah aja deh!" Nicole menjulurkan lidahnya kemudian berlari sekencang angin sebelum Ethan benar - benar marah.

♾♾♾

"Hhmm.. Kayaknya gue gak siap di saat bayi ini lahir," keluh Kiara sambil mengelus perutnya dengan lembut. 

"Gue capek setiap hari harus pake hoodie konyol ini buat nutupin perut gue. Gue capek semua kebohongan dan sandiwara ini,"

Tiba - tiba kepala Kiara terasa mulai pusing lagi, dunianya terasa berputar kencang. Kiara pun langsung berpegangan pada meja wastafel di hadapannya, "Ah shit, ini kenapa lagi sih? Kepala gue sakit bangett,"

Zidny yang kebetulan baru saja masuk kamar mandi, ia pun buru - buru merangkul Kiara. "Lo kenapa? Sakit?" tanyanya khawatir.

"Ke-kepala gue.. sakit banget ini,"

"Kita keluar dulu ya? Biar duduk aja mungkin sakitnya bisa hilang," dan Kiara hanya mengangguk mengiayakan perintah Zidny.

Mereka berdua pun duduk di kursi yang tidak jauh dari kamar mandi, Zidny berkali - kali mengelus rambut Kiara untuk menenangkannya. 

Lalu Sebastian datang menghampiri mereka, "Sakit lagi, Ki?"

"Udah agak mendingan kok sekarang, untungnya tadi ada Zidny."

Sebastian menyodorkan sebuah susu cokelat kesukaan Kiara kepada gadis kesayangannya itu. "Cepet sembuh ya, ini minum dulu susunya. Gue tau pasti lo belom sarapan,"

FORGERY [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang