Bab 4

15.2K 1.7K 24
                                    


Hari ini agak berbeda. Sudah satu bulan aku berada di Kerajaan Matahari, tapi ini pertemuan keduaku dengan yang Mulia Raja. Dia sangat sibuk, bahkan sampai lupa memberiku cincin tunangan. Untuk itu hari aku diundang makan siang dengannya. Padahal aku berniat untuk rebahan di kamar, atau membaca Novel. Yang membutuatku semakin malas adalah jarak istanaku dengan istana utama sangat jauh. Padahal dia dulu bilang, cincin akan dititipkan kepala pelayan.

Aku berjalan anggun dengan gaun baruku, yang kubeli dengan anggran kerajaan. Gaun berwarna biru muda dan paduan putih tanpa lengan,kalung mutiara di leherku, dan hiasan kepala yang membatasi rambut dengan kening dari emas yang bermotif bunga mawar. Penampilku hari ini sangat memposana. Setiap melihat kaca, aku merasa jatuh cinta dengan diriku sendiri. Kenapa aku secantik ini Tuhan.

Aku sudah sampai di ruang jamuan. Seorang pelayan membuka pintu besar itu. Dari sini aku sudah dapat melihat Raja duduk di sana. Dia menatapku, namun dengan dingin. Apa dia tidak terpesona dengan diriku yang cantik. Aku masuk ke ruangan itu sendiri, karena para Dayang tidak boleh masuk, kecuali pelayan yang menghidangkan makanan. Aku duduk di satu-satunya kursi kosong
Hanya ada dua kursi dengan meja yang cukup kecil. Padahal aku membayangkannya kami makan di batasi jarak oleh meja yang panjang. Ternyata jarakku dengan Raja sangat dekat, aku sempat merasa canggung. Bahkan hari ini dia terlihat sangat tampam, andai dia bukan Raja yang membuat Milica tewas, aku akan menjadi istri yang bahagia.

Steak daging sudah di hidangkan. Aku mengambil pisau dan garpu. Entahlah aku lupa tata krama makan bangsawan. Asal terlihat anggun dan cantik, tidak masalah. Baru mau ku tusuk steak itu dengan pisau, Raja malah menukar piringku dengan steak yang sudah di potong-potongnya sendiri. Romantis sih, tapi aku sedang ingin memutilasi sesuatu. Selama di istana aku hanya diberi daun-daunan seperti hewan herbivora, demi menjaga bentuk tubuhku.

Suasana nampak hening dan canggung. Pelayan dan penjaga keluar ruangan. Menusia kami beruda di sini. Lagi-lagi tanganku gemetaran.

"Ternyata yang mulia perhatikan juga," aku memecah keheningan di antara kami.

"Bukannya itu tugas tunangan," jawabnya dengan tersenyum kecil ke arahku.

Kenapa aku tiba-tiba geli ya. Mungkin karena dikehidupan dahulu aku anti dengan hubungan percintaan. Karena di dunia ini tidak ada game dan Hp, aku mulaie membaca novel-novel tentang putri. Oke, waktunya bermain peran.

"Aneh sekali, padahal saya belum mendapat cincin tunangan dari siapapun."

"Apa kau selalu berbicara seperti itu?"

Yang dia maksud nada bicaraku yang sombong ini ya? "Hmm mungkin," aku tercengir. Sebenarnya aku tidak seperti ini.

Dia mendengus keras, lalu mengulurkan tangannya. Ia memegang tangannku yang sedang memegang sendok, dan membuatku harus melepaskan sendok itu. Dia menarik tanganku dengan pelan, dan mengelus punggung tanganku. Sikapnya membuatku malu.

"TanganMu lembut juga." Kalimat itu berhasil membuat wajahku memerah.

Kupalingkan wajahku ke arah lain. "Terima kasih pujian yang Mulia."

"Panggil saja aku Eren jika kita terbiasa. Kau yang menanyakannya dulu kan."

Haa? Dia ingat tentang itu, padahal sudah sebulan yang lalu. Dan di Novel dia bahkan tidak mengizinkan Milica menyentuh bajunya, kenapa dia sekarang mengelus tanganku dan memintaku memanggil namanya.

"Apa yang Mulia, maksudku Eren terpesona pada saya sekarang?" Godaku. Harusnya dia tetap dingin saja, lalu aku bisa kabur dengan anggran kerajaan dan hidup damai.

"Entahlah, cuma kau yang berhasil memerintahku." Aah, kejadian di kereta kuda itu.

Aku menyengir. Eren mengeluarkan sesuatu dari sakunya. Sebuah kota kecil perak dengan ukiran yang rumit. Saat kotak itu di buka, nampak cincin dengan mata berlian kecil. Simple namun sangat indah di lihat. Dengan lembut Eren memasangkan cincin itu ke jari manisku. Cincin itu langsung pas di ukuran jariku.

"Dengan begini kita resmi tunangan," ujarnya dengan mencium telapak tanganku. Bisa kutebak semerah apa wajahku.

Ketika genggamannya agak renggang, ku tarik tanganku. Langsung kugenggam erat sendok. Aku meliriknya sekilas, dia nampak tenang seperti tak terjadi apa-apa. Setelah itu suasana kembali sunyi, aku bahkan memasukkan makanan ke mulut dengan canggung. Aku kehilangan kepercayaan diriku sebagai wanita jahat.

"Kalau begitu mulai hari ini, seminggu sekali kita akan makan bersama," ujar Eren.

"Apakah anda yakin, bahkan sebulan ini anda nampak sibuk."

"Hmm, aku bulan ini aku habis memenggal ratusan pemberontak. Beberapa kubakar hidup-hidup."

Sial, selera makanku langsung hilang. Lebih baik kita bertemu sebulan sekali. Aku ikhlas kok daripada seperti ini. Sepertinya aku akan benar-benar menjadi makhluk herbivora di istana ini. Aku ragu ini daging sapi atau daging manusia.

#

Hentakan kaki tegas bergema di lorong istana. Mata emas dengan bentuk almond memandang tajam ke arah depan. Rambut hitam, dengan ujung rambut yang agak panjang diikat dengan pita. Luv berada di belakangnya, menyamakan ritme langkah seperti orang yang ada di depannya.

Seorang pelayan membuka pintu yang dibaliknya merupakan ruang kerja sang Raja. Pria itu dan Luv masuk, di susul dengan semua pelayan dan penjaga keluar dari ruangan. Mereka berdua membungkukkan badan, memberi hormat pada Raja yang sudah memberinya tatapan tajam.

"Salam yang mulia, semoga anda mendapatkan kemuliaan dari sang Surya," ujar pria itu.

"Lama tidak bertemu duke Zeron, bagaimana liburanmu di pulau selatan?"

"Sangat memuaskan, saya bertemu dengan banyak hal yang menarik," jawab Zeron dengan senyuman tipis. "Selamat atas pertunangan anda yang mulia."

Eren terkekeh. "Ternyata rumornya sudah menyebar sampai ujung benua."

"Bagaimana mereka tidak tertarik jika Raja Matahari yang perkasa bertunangan dengan putri tercantik di kerajaan Hujan. Putri dengan mata berlian seperti langit, dan rambut indah seperti madu."

"Kau sangat berlebihan."

"Lalu apakah yang mulia tidak akan mengadakan pesta perayaan. Semua orang pasti penasaran dengan putri."

Eren mendengus. "Sayang sekali pekerjaanku sangat banyak. Itu mengapa aku memanggilmu ke sini."

"Baiklah saya siap melayani yang mulia.   jika anda ingin mengadakan pesta, saya punya saran hiburan yang pantas."

"Ahahaha, baiklah jika pekerjaan ini selesai, bulan depan kau panggil hiburan itu ke sini."

Zeron meluruskan bibirnya dan menyipitkan mata. Semua tahu itu bukan senyum tulus. Senyum duke Zeron terkenal diseluruh kerajaan Matahari. Senyum yang seperti mengeluarkan kata-kata kotor dengan gaya. Umur Zeron dan Eren sama, yaitu 20 tahun. Para tetua mengatakan kerajaan ini mencapai puncak ditangan anak-anak. Karena posisi penting saat ini di duduki oleh para anak muda seperti Eren dan Zeron.

Zeron sendiri dikenal sebagai anak haram keluarga Lorcan, faksi bangsawan berpengaruh di kerajaan Matahari. Karena Zeron satu-satunya anak laki-laki, dia menjadi Duke diusia muda. Kemampuannya juga tidak main-main. Dia sangat cerdas, apalagi dalam menilai kemampuan seseorang. Juga merupakan ahli pedang yang kemampuannya tingkat tinggi di kerajaan Matahari, Zeron Lorcan.

 Juga merupakan ahli pedang yang kemampuannya tingkat tinggi di kerajaan Matahari, Zeron Lorcan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Relive On Another World [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang