Bab 5

14K 1.7K 5
                                    


Hari ini aku benar lelah berbuat jahat pada pelayan dan Dayang. Jadi sebelum matahari terbit, aku kabur lewat jendela. Lalu entah bagaimana caranya aku melompat dan memanjat ke sana kemari hingga sampai ke atap salah satu istana. Sebelum di sini aku suka pergi mendaki dan panjat tebing. Saat di istana terpencil itu, aku sering diam-diam menyelinap dan mencuri makanan istana sebelah. Aku memang berbakat dengan ini.

Kerajaan Matahari berbeda dengan kerajaan Hujan. Aku belum pernah melihat hujan di sini, padahal dulu hampir setiap hari hujan turun. Di kerajaan Hujan aku lebih sering melihat pohon-pohonan dan lembah berkabut. Di sini aku lebih banyak melihat orang-orang berdagang, dan hamparkan ladang gandum. Entah kenapa aku sama sekali tidak merindukan kerajaan Hujan. Aku lebih suka melihat langit biru dari pada awan abu-abu. Sama seperti Milica dalam Novel, kata-kata terakhirnya adalah.

"Langit biru lebih indah daripada awan abu-abu. Jadi biarkan aku pergi tanpa hujan, melainkan senyuman di bawah sinar matahari."

Matahari pelan-pelan muncul. Apa cuma perasaanku saja, matahari di sini terlihat lebih terang dan besar dari tempat-tempat lain. Cahaya jingga muncul dari balik perbukitan, dan menyebar ke seluruh wilayah ini. Bersamaan dengan itu, jendela-jendela di ibu kota terbuka. Satu demi satu orang keluar rumah dan saling menyapa sebelum memulai aktivitas. Jika aku bisa bertahan di istana ini, aku ingin hidup seperti mereka.

"Aku harus kembali sebelum ada rumor yang membuatku gila."

Aku berdiri, ku lirik apa yang ada di bawahku. Tidak ada apa-apa selain tanah berumput. Memang cukup tinggi, tapi kalau jarak segini tidak masalah bagiku. Aku menghela nafas panjang. Sinar matahari mulai mengenai gaun tidur yang kukenakan.

"Satu, dua.... Tiga!"

Aku melompat dari atas sana. Rasanya menyenangkan, seperti terbang, dan aku merasa bebas. Sayangnya kesenanganku berakhir. Karena tanpa terduga seseorang tiba-tiba muncul di tempat pendaratannku. Aku tidak bisa berbuat apa-apa, karena gravitasi terus menarikku ke bawah. Orang itu menatap ke atas, dia pasti sadar sesuatu akan jatuh padanya. Sebelum aku tahu siapa orang itu, tubuhku lebih dulu menabraknya. Dan kamipun jatuh ke tanah bersamaan. Aku jatuh di atas badannya, menjadikannya matras tempatku mendarat.

"Kukira apa, ternyata ada peri cahaya turun dari langit," ujar orang itu. Suaranya terasa tidak asing.

Aku mendangakkan kepala, mataku melotot lebar saat ku sadar orang yang kujatuhi adalah Raja. Setika aku langsung panik. Apalagi posisi kami saat ini, jika ada yang melihat pasti mereka mengira aku wanita agresif yang menyerang Raja duluan. Dia juga menatapku dengan datar.

"Maaf yang mulia!"

Aku menyingkir dari tubuhnya. Aku merasa sangat malu setengah mati. Kalau begini aku tidak bisa berakting sebagai wanita jahat. Dia berdiri lebih dulu, dia juga mengulurkan tangannya padaku yang masih duduk di atas tanah. Walaupun ragu, aku tetap memegang tangannya. Dia menarikku dengan tiba-tiba dan kuat, sehingga tubuhku yang ringan langsung terangkat dan kembali menabrak tubuhnya. Aku berusaha pergi, tapi dia menahanku, dengan memegang kepalaku. Membuatku tetap berada di posisi yang sama. Sial aku bisa merasakan tubuhnya yang bagus, juga otot perutnya. Aku jomblo belasan tahun, dan aku langsung mendapat pelukan pertama dari pria setampan ini. Tunggu, sekarang dia sedang memelukku?

Suara langkah terdengar dari dekat, aku tidak bisa melihatnya. "Anda tidak apa yang mulia? Saya mendengar suara keras dari sini." Dari suaranya aku bisa menduga dia seorang prajurit.

"Tidak ada apa-apa, aku hanya sedang jalan-jalan pagi dengan tunanganku," jawab Eren.

Aku meliriknya sekilas, bagaimana bisa dia mengatakan hal seperti itu dengan raut dingin. Oh iya aku lupa, diakan Raja yang telah membantai seluruh keluarganya. Tapi kan aku yang jatuh menimpanya. Apa dia berusaha menolongku? Harusnya aku kan di hukum berat karena jatuh mengenai Raja.

Suara langkah menjauh, prajurit itu sudah pergi. Ketika suara langkah itu tidak lagi terdengar, Eren mendorong tubuhku perlahan. Namun dia tidak langsung membiarkanku pergi. Dia menggenggam lengan kananku dengan erat. Dari raut wajahnya, aku sudah tahu dia pasti sedang minta penjelasan.

"Saya hanya sedang ingin melihat matahari terbit."

"Dari atas sana?" Dia menunjuk tempatku turun tadi. Aku mengangguk sambil tersenyum. "Bagaimana caramu naik?"

"Melompat dan memanjat." Aku memainkan jari tangan kiriku. Memang bukan jawaban yang masuk akal untuk dikeluarkan oleh seorang putri. Tapi itu kenyataan.

"Menarik." Aku mendengar suara tawa kecil.

"Haa? Maksud yang mulia?"

"Kau menjawab dengan tenang di pagi hari. Aku penasaran kau seperti apa di malam hari," jawabnya dengan sengiran di bibirnya.

Dia sedang menggodaku? Melihatku di malam hari? Aaaa, kenapa aku membayangkan hal aneh-aneh. Aku menutupi wajahku yang malu dengan telapak tangan, setelah Eren melepas tanganku.

"Ayo kembali ke istanamu. Akan ku antar agar kau tidak kena masalah. Akan lucu juka tunangan Raja berjalan sendirian dengan gaun tidur."

"Baa... Baik yang mulia."

Dia menatapku dengan tajam. Apa ada perkataanku yang salah?

"Sudah kubilang panggil aku Eren saat kita berdua," tuturnya.

Ia melepas jas hitam yang ia kenanakan, dan menaruhnya ke atas pundakku. Aku tidak menyangka dia akan sebaik ini. Tidak hanya itu, dia mengulurkan tangannya lagi, dan sekali lagi aku menggapainya. Dia menarikku pergi dengan lembut. Rasanya aku seperti berada di cerita genre romantis. Jika seperti ini, Eren terlihat berbeda dari Novel.

"Terima kasih Eren," ucapkku dengan pelan.

#

Hari itu ada rumor yang menyebar. Tenyang yang mulia Raja yang pagi-pagi sekali secara diam-diam mengajak tunangannya jalan-jalan. Kenapa banyak kata berulang di sana. Namun singkatnya rumor itu mengatakan bahwa ternyata hubungan Raja dengan Putri kerajaan Hujan yang merupakan tunangannya berjalan baik. Sempat ada rumor bahwa ini hanya sekedar tunangan politik, dan putri sama seperti tahanan istana. Karena Raja tidak pernah mengunjungi secara informal. Iya itu benar, di dalam Novel.

Banyak yang menduga, Raja dan putri Milica sering bertemu secara diam-diam. Alasannya karena mereka tidak ingin kemesraan mereka terekspose jauh, dan menjadi cela pergerakan para musuh Raja. Sudahlah rumor dalam istana memang selalu di besar-besarkan, dan juga cepat menyebar. Tapi setidaknya rumor yang beredar lebih baik dari kenyataannya.

Aku melamun seharian setelah pagi itu. Aku bahkan membiarkan tehku dingin, dan tidak menyentuh cemilannku. Lilia mengira aku begini karena pertemuanku dengan Raja akhirnya tersebar luas. Padahal aku sedang berusaha melupakan betapa memalukannya kejadian itu. Ngomong-ngomong saat itu Raja memanggilku peri. Apa aku jatuh dengan elegan tadi?  Sepertinya Raja terpesona dengan wajahku. Aku juga terkadang begitu. Aaah, kenapa aku sangat cantik.

Tanpa kusadari aku tersenyum-senyum sendiri. Dan itu membuat orang yang melihat ku merasa aneh. Tapi setidaknya mereka bisa bernafas lega. Karena hari itu aku 24 jam tidak menyiksa mental mereka. Jangan khawatir, besok aku akan kembali berulah. Dan lagi-lagi tanpa kusadari aku tertawa sendiri.

 Dan lagi-lagi tanpa kusadari aku tertawa sendiri

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Relive On Another World [End]Where stories live. Discover now