Bab 22

6.5K 904 12
                                    


"Yang Mulia tidak mengenal saya, kenapa Yang Mulia ingin memberikan posisi ini pada saya?" Tanya Laya dengan kepala tertunduk.

"Kau tahu, hampir setengah pelayan di Istana Gold Rose merupakan mata-mata yang mengincar Milica," tegas Eren dengan tatapan sinis ke Laya.

"Saya paling tahu soal itu. Tapi di sisi lain, saya hanya penari biasa. Apa benar ini pantas Yang Mulia?"

Eren mendengus keras, tatapannya menyipit ke arah Laya. "Aku tahu, kau bukan sekedar penari biasa."

Mendengar itu, Laya tersenyum kecil. "Ternyata anda sudah menyelidiki saya. Rasanya sia-sia saya menutup wajah ini."

"Jangan khawatir, kau berada di bawah perlindungan paling aman. Anggap saja posisi ini balas budi dari perlindungan yang telah kuberikan."

"Ini sebuah transaksi yang hanya menguntungkan saya, apa Yang Mulia tidak masalah?"

"Akan masalah bagiku jika melihat setangkai bunga di tengah-tengah gurun pasir. Lagipula kepala pelayan di istana itu sudah aku eksekusi, kau pengganti yang tepat Laya," ujar Eren.

"Kalau begitu saya terima jabatan ini dengan sepenuh hati wahai Rajaku di benua ini."

Laya membungkuk sekali lalu melangkah keluar dari ruang kerja Raja. Dia menghela nafas panjang ketika sampai di lorong istana utama. Tatapannya ke arah langit-langit lorong yang masih sama saja walau waktu berlalu. Bahkan pada saat ini pun dia melakukan hal yang sama.

Ini bukan kehidupan kedua Laya, tapi ketiga, sebenarnya sama hal dengan Milica. Tapi Milica hanya ingat dirinya sebagai Miaa, bukan Milica yang mati konyol karena cinta. Sedangkan Laya, dia ingat semuanya. Mulai saat ia menjadi Laya yang pertama, lalu Arin, dan kembali sebagai Laya di sini. Saat pertama ia bangun dan mengulang kehidupan Laya, dia tidak bisa berhenti tertawa. Ada seseorang yang telah mengotak-atik waktu dan mempermainkanya seperti ini.

Yang Laya katakan pada Milica, tujuannya datang ke istana adalah menemui Milica dan mengubah akhir menyedihkan semua orang seperti yang ada di dalam novel. Walaupun dia memang ada niatan seperti itu, tapi itu sangat kecil. Tujuan utamanya adalah menemukan orang gila yang berani mengotak-atik waktu seperti ini, sehingga membuat benang merah yang membulat di satu titik.

"Kepala pelayan istana, lagi-lagi aku mendapat jabatan itu," gumam Laya seraya berjalan di lorong itu.

Novel yang Laya tulis saat menjadi Arin sebenarnya merupakan ingatannya saat berada di istana. Di dalam Novel dia tidak menyebut nama Laya. Namun dia membuat sebuah tokoh figuran yang merupakan dirinya sendiri. Yaitu di bagian pertama, saat Duke Zeron terpikat pada seorang penari dari selatan, walau hanya sekilas. Dan yang kedua adalah seorang kepala pelayan muda yang mengurus istana para istri Raja. Keduanya tidak disebutkan namanya, tapi itulah Laya. Seorang penari dari selatan yang menjadi kepala pelayan di istana.

Sebenarnya Laya merupakan anak bangsawan terkenal di Kerajaan Hujan. Tapi dia kabur dari rumah dan menjadi seorang penari. Lalu agar tidak ditemukan oleh keluarganya, Laya pergi ke istana. Di sana Eren mau memberinya perlindungan untuk Laya. Dan sejak itu Laya menjadi kepala pelayan istana untuk para istri Raja, yang saat itu adalah Milica dan Eletra. Laya juga sejak awal tertarik pada Milica, mungkin kata yang lebih tepat adalah iba.

Laya juga menjadi saksi bagaimana nasib menyedihkan orang-orang di istana ini. Saling bunuh dan menikam dari belakang. Pengkhianatan dan perang dari orang terpercaya. Lalu melihat bagaimana orang-orang mengorbankan nyawanya dengan sukarela. Laya muak melihat semua itu. Dia tetap di istana ini sampai ketika Norin dan Niran, anak-anak yang dirawat Milica dewasa. Tapi Laya tidak ingat bagaimana dia mati dan sadar ketika hidup kembali sebagai Arin.

Tidak perlu waktu lama bagi Laya mengenali Milica yang menjadi Miaa. Mungkin karena rasa ibanya pada Milica, dia mendekati Miaa. Namun seiring waktu, hubungan mereka semakin dekat, dan membuat mereka menjadi sahabat. Hingga akhirnya kecelakaan itu kembali membawanya ke dunia ini lagi. Laya tidak ingat bagaimana kecelakaan itu terjadi, bahkan dia tidak ingat berapa umurnya saat itu.

Dan saat ini ia mengikuti alur yang sama. Namun kali ini Zeron yang membawanya masuk ke istana. Dan yang pertama didekati Laya adalah Milica. Milica mengingat Laya sebagai Arin. Sudah jelas dia hanya ingat kehidupannya sebagai Miaa, dan tidak ingat kehidupannya sebelumnya. Tapi kali ini dia tidak merasa iba pada Milica, dia senang, karena Milica sudah tidak menarik benang merah yang menyedihkan itu.

Seperti sebelumnya, sebenarnya Laya mencari perlindungan karena ia kabur dari rumah. Dia menjalani kehidupan sebagai penari, sama seperti sebelumnya. Laya sengaja menutup wajahnya, karena saat itu dia ketahuan karena seseorang mengenalinya sebagai putri bangsawan. Laya kira dia akan tetap menjadi dayang Milica dengan tenang. Tapi ternyata dia harus mengikuti benang yang sama, yaitu menjadi kepala pelayan istana. Walaupun banyak hal yang berubah, tapi ada hal yang tetap sama.

Selama perjalanannya sebagai penari, Laya mencari informasi tentang pengulangan waktu. Bagaimana dia bisa hidup tiga kali dengan dua kehidupan adalah orang yang sama. Yang lebih memuakkan, dia ingat semua kejadian sebelumnya, keculi detik-detik dia mati. Saat ia kembali bertemu Milica yang juga ingat masa lalunya, dia sadar bahwa akar masalahnya ada di istana ini. Ada seseorang orang memutar waktu dan menetapkan seseorang seenaknya di istana ini. Orang itu pasti berhubungan dengan kehidupan sebelumnya sebagai Laya, dan ada di sini sebagai pengamat.

"Siapapun orang itu harus kutemui, aku muak dipermainkan seperti ini," gumam Laya.

Laya berhenti di luar istana. Ia menatap bintang-bintang di langit malam yang sangat indah. Namun perasaannya terasa hampa ketika melihatnya. Dia tidak ingin mengulang kehidupannya sebagai Laya. Ia ingin kembali sebagai Arin. Kehidupan Laya sangat hampa bagiannya. Tidak ada video game, atau komik dan es krim di musim panas. Yang tidak ada lagi Orang yang bisa membuatnya tertawa.

Di bawah senja, dia berjalan dengan mengenakan seragam sekolah. Ada orang lain di sampingnya yang sedang membawa tasnya. Arin menjilat es krimnya sambil sesekali tertawa. Dia tidak akan lupa suara lembut orang itu. Genggaman hangat dan juga hal-hal kecil yang membuat dada Arin berdebar. Hanya bersama orang itu Arin merasa bahagia.

"Lalu kenapa, kenapa… Kenapa aku di bawa ke tempat menyedihkan ini!" Teriak Laya. Air mata Laya keluar, tapi segera dia hapus. Laya mengehla nafas panjang. "Mungkin ini dosaku karena menjadi penonton di tempat menyedihkan ini. Apa aku bisa bahagia seperti dulu lagi?" Gumamnya.

"Bukannya itu hanya anggapamu saja," jawab seseorang.

Laya mengangkat kepala, dan mendapatkan sorot mata berwarna emas mendekatinya dengan wajah datar. Orang itu melepas jasnya, dan meletakkannya ke pundak Laya. Laya hanya terbengong melihat orang itu. Tanpa sadar matanya berkaca-kaca. Dalam hati ia bertanya, kenapa orang seperti ini terus mendekati dirinya.

 Dalam hati ia bertanya, kenapa orang seperti ini terus mendekati dirinya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Relive On Another World [End]Where stories live. Discover now