Bab 7

11.9K 1.6K 7
                                    

Duke Zeron meletakkan beberapa dokumen kertas ke atas meja Raja, menumpuknya bersama beberapa kerjaan lain yang belum terselesaikan. Eren tidak menatap Zeron, dan hanya fokus mengaris-garis kertas yang ia bawa. 

"Tunangan anda meminta anak-anak yang baru dikirim kemarin," ujar Zeron. Akhirnya Eren menatapnya, dan sejenak menghentikan pekerjaannya. Tapi dia tidak membalas ucapan Zeron. "Dia juga berkata bahwa Raja yang mencintanya tidak akan menolak keinginannya."

Eren tertawa keras mendengarnya. Zeron yang melihatnya sampai bingung. Dia hanya diam dan meluruskan bibirnya. Zeron tidak pernah melihat Eren tertawa seperti ini sejak Eren membantai keluarganya.

"Kalau begitu, karena aku sangat mencintai tunanganku, maka aku akan mempersiapkan pesta pertunangan resmi kami," ujarnya dengan sebuah sengiran.

Nada bicara yang agak aneh, jika yang mendengar bukan Zeron, pasti orang-orang akan beranggapan itu sebuah ancaman untuk putri Milica. Senyuman yang ditujukan Eren, sama seperti senyuman ketika dia menikmati menyiksa musuhnya.

Zeron tersenyum dan menyipitkan matanya. "Baik yang mulia, akan saya panggil hiburan yang dilu saya katakan."

#

Walaupun sudah ketahuan, aku masih suka diam-diam keluar kamar, dan naik ke atap istana. Atau terkadang menyelinap keluar, dan berteriak keras di tengah gelap. Cuma itu penenang emosiku di sini. Semakin lama rasanya semakin gila. Aku tidak bertemu Raja lagi setelah hari itu, padahal dia bilang akan mengajakku makan seminggu sekali. Bukan berarti aku berharap bertemu dengannya. Tapi entah kenapa kenapa aku muak diperlukan seperti pajangan istana. 

Setelah matahari sedikit muncul, dan cahayanya memgenaik rambutku, aku turun. Agar tidak menjatuhi seseorang lagi, aku sudah menyiapkan rute dalam istana. Dan hanya perlu sedikit melompat ke sana kemari, aku sudah samapi di kamarku. Dimulailah hariku sebagai tunangan Raja yang jahat.

"Aku tidak selera makan, berikan saja pada dua anak itu," ketusku dengan acuh.

Norin dan Niran tampak senang, sejak mereka di sini aku selalu memberi mereka makanan enak. Sama seperti dulu, aku hanya makam daun-daunan dan buah. Sepertinya aku terbiasa dengan itu, sampai tanpa ku sadari tubuhku makin mengecil. Sejak anak-anak ini datang, aku memesan daging. Ku makam sedikit, dan sisanya untuk mereka. Aku masih gonor liat daging, dan semoga yang ku makan bukan daging manusia. Aku melihat dua anak itu makan, apalagi Norin. Caranya makan sama persis dengan adikku. 

"Lilia kemari!"

"Iya Nona, ada apa?" Lilia mendekat ke sampingku.

Aku menunjuk kedua anak yang sedang makan itu. "Mulai sekarang tugasmu adalah mengurus mereka berdua. Aku ajari mereka pelajaran dasar, apa saja yang berguna terserahmu. Jangan terlalu memerintah mereka sebelum mereka bisa bekerja dengan benar. Aku tidak mau barang-barang di istana ini rusak. Dan terakhir tiap bulan beri mereka satu koin perak, biar mereka bisa mengurus diri sendiri tanpa mencuri di istanaku," ocehku.

Semua orang di sana terbelangak mendengar ocehanku. Hanya Lilia yang langsung tersenyum, dia tahu jelas apa yang ku maksud. Aku menyuruhnya merawat kedua anak itu dengan baik. Sekaligus memperlihatkan sisi baik hatiku.

"Tapi Nona, bagaimana tugas Lilia sebagai dayang?" Tanya Keyra.

Aku menyengir sinis padanya. "Bukankaj aku masih punya dua dayang, dan banyak pelayan. Kehilangan satu dayang, dan dia pelayan tidak masalah bukan?"

Kerya langsung ketakutan. Bertiga saja sudah terasa berat bagi mereka. Apalagi berdua, dan Keyra dan Giana yang paling kuperlakukan dengan buruk. Siapa suruh menjadi mata-mata dan diam-diam ingin menyerangku.

Relive On Another World [End]Where stories live. Discover now