07

1.6K 206 20
                                    

Kaisar jiang shu kini menatap heran ke arah hua ran yang nampak berbeda hari ini?

Senyum manis tak pernah luntur dari bibirnya, bahkan wajahnya berseri-seri tak seperti biasanya.

"pagi, suamiku sayang~" sapa hua ran dengan ceria saat melihat jiang shu bersama para mentrinya sedang menuju aula istana.

"pagi juga, bagaimana keadaanmu hua ran?" tanya jiang shu sembari memperhatikan setiap inci tubuh istrinya itu. Jiang shu sedikit khawatir mengenai hua ran malam itu dan ia berjanji tidak akan melukai perasaan hua ran lagi.

"aku baik-baik saja, oh ya nanti siang kau harus datang ke kediamanku. Aku akan memasakan makanan untukmu nanti dan tentunya sangat spesial." jiang shu hanya mengangguk menyetujui usulan hua ran. Sedangkan para mentri dan bawahan jiang shu melongo melihat interaksi sepasang suami istri itu.

Ada banyak rumor beredar bahwa kaisar jiang shu sama sekali tidak pernah menganggap keberadaan dari permaisuri hua ran. Hua ran terus di rumorkan sebagai permaisuri yang tak di inginkan. Bahkan kaisar sangat membencinya.

Maka dari itu mereka sampai tidak percaya dengan apa yang mereka lihat. Bagaikan sebuah tanda akhir zaman suatu hal yang tak mungkin terjadi kini benar-benar nyata di hadapan mereka.

Kaisar kejam dan dingin itu menyapa balik sang permaisuri dengan senyum tipis di bibirnya. Sungguh fenomena yang amat sangat langka untuk terjadi.

Hua ran langsung pergi meninggalkan jiang shu beserta para mentri menuju ke arah kediamannya untuk menyiapkan makan siang yang telah ia janjikan.

Kaisar jiang shu terdiam dan tanpa orang-orang sadari semburat merah muda menghiasi pipinya. Tangannya menyentuh dadanya sendiri merasakan debaran kencang dan perasaan aneh membuncah di relung hatinya.

"Ehem, mari kita melanjutkan perjalanan." deheman kaisar jiang shu langsung menyadarkan para bawahannya dari pikiran mereka.

Walau mereka sangat penasaran mereka tak akan berani bertanya, mengingat sang kaisar adalah orang berdarah dingin. Mana mungkin mereka berani menantang maut kecuali hua ran tentunya.

*****

Di kediaman bulan milik permaisuri.

Hua ran tengah sibuk memotong bahan-bahan masakan yang ingin di buatnya di bantu oleh dayang rua sebagai dayang kepercayaannya.

"Rua, tolong kau haluskan daging ini." perintah hua ran sembari memberikan sebuah mangkuk penuh daging pada dayang rua.

"di haluskan seperti apa yang mulia?" tanyanya bingung.

Hua ran langsung menatap dayang rua dengan kesal. "terserah kau saja, mau di tumbuk kah mau di cincang kah yang penting dagingnya harus halus!" dayang rua mengangguk dan langsung membawa pergi daging itu.

"huft, andai saja ini di zaman modern mungkin semuanya akan mudah. Di novel-novel bertemakan transmigrasi atau time travel mereka memiliki ruang angkasa yang berisi alat-alat modern tapi kenapa aku tidak ada!" ujar hua ran dengan kesal, mengingat ia juga menyukai novel-novel bertema time travel saat di kehidupan pertamanya.

"Tentu saja berbeda." ujar seseorang dengan pakaian bangsawan eropa di sampingnya.

Hua ran yang kaget reflek mengambil pisau dan menodongkannya pada orang itu. Tetapi orang itu hanya diam saja dengan wajah santai.

"K-kau si dewi tukang ceramah itu kan?!" orang itu langsung mendelik kesal ke arah hua ran yang masih pucat karena kaget.

"Enak saja, aku adalah dewi dimensi. Bukan dewi tukang ceramah tahu!" sengitnya tidak terima. Masa dia di bilang dewi tukang ceramah yah mana dia terima dong. Mau di kemanain harga dirinya sebagai seorang dewi dimensi.

Crazy EmpressWhere stories live. Discover now