10

923 150 19
                                    

Matahari telah membumbung tinggi di langit, menandakan hari telah beranjak siang. Semua makhluk di bumi sudah mulai mengerjakan aktifitasnya masing-masing. Namun tidak dengan seorang wanita cantik yang masih menikmati pulau kapuk. Dan wanita cantik itu adalah tokoh utama kita yaitu hua ran.

Rambut acak-acakkan belum lagi lelehan saliva dari sudut bibirnya yang mulai membentuk genangan dengan gelembung-gelembung kecil di atas bantal, bahkan jika di lihat-lihat pose tidur hua ran bahkan tampak tidak elite sedikitpun.

Dayang rua yang baru saja tiba di kediaman milik hua ran dibuat terkejut melihat majikannya masih tidur padahal hari semakin siang.

"Yang mulia! Mengapa anda masih tidur, yang mulia kaisar sudah menunggu anda!" seru dayang rua sambil mengguncang tubuh hua ran. Tetapi tetap saja tidak ada respon, dari pada tidur hua ran lebih mirip orang mati. Karena begitu sulit membangunkannya.

"Ugh jangan ganggu aku rua, aku masih mengantuk." ujar hua ran yang bahkan tidak membuka matanya dan kembali melanjutkan tidurnya.

Tidak habis akal dayang rua segera pergi meninggalkan hua ran sendiri. Tak lama kemudian ia datang kembali dengan seember air dingin, "maaf yang mulia, ini cara terakhir saya untuk membangunkan yang mulia."

Dengan cepat dayang rua menyiram hua ran yang langsung bangun, akibat dinginnya air yang menyentuh kulitnya. "DAYANG RUA!" teriak hua ran sambil memeluk dirinya sendiri yang menggigil.

Bukannya takut, dayang rua malah tersenyum dengan wajah tanpa dosa.
"maaf, yang mulia. Anda sudah di tunggu yang mulia kaisar aula istana jadi anda harus bersiap." jelas dayang rua tetap mempertahankan senyumannya yang membuat hua ran semakin kesal.

Entah mengapa hua ran merasa senyuman dayang rua begitu menyebalkan! Dengan setengah hati hua ran melangkahkan kakinya menuju tempat pemandian, wajahnya cemberut. Sebab dayang rua telah membuat rasa kantuknya hialng begitu saja, padahal hua ran ingin tidur sampai siang.

"Aku heran bagaimana bisa aku memiliki pelayan kurang ajar seperti rua, tapi kenapa aku tidak bisa marah padanya? Menyebalkan!" gerutu hua ran.

*****

Hua ran telah bersiap dengan penampilan rapi, kini ia hanya perlu menunggu dayang rua yang merapikan rambutnya.

"Memangnya acara apa? Sehingga kau menyuruhku menemui jiang shu di aula istana?" tanya hua ran sambil memainkan kipas di tangannya.

Dayang rua yang menyadari bahwa majikannya ini tampak tak bersemangat berniat sedikit memprovokasinya. Bagaimanapun juga dayang rua ingin hua ran selalu bersemangat.

"Anda lupa yang mulia? Hari ini kita kedatangan tamu dari kerajaan ji." hua ran tampak bingung, sebab ia tidak tahu akan kedatangan tamu dari kerajaan manapun. Hua ran bukan lupa melainkan tidak ada yang memberitahunya.

"Saya dengar dari para penjaga, katanya yang datang hari ini ialah raja kerajaan ji dan putrinya yang bernama ji nian." ujar dayang rua sedangkan hua ran hanya mengangguk sedikit seolah tidak perduli.

Entah dari mana datangnya sebuah ide yang muncul di kepala dayang rua. Dengan wajah bak pengosip profesional, dayang rua mulai mengompori hua ran.

"anda tahu yang mulia? Putri dari kerajaan ji itu terkenal sangat genit pada pria tampan. Tidak ada satupun pria tampan yang lolos dari cengkramanya." ucap dayang rua menggebu-gebu.

Wajah hua ran yang sebelumnya tampak tak perduli langsung berubah 180°, tampak urat di pelipisnya menyembul bahkan rona wajahnya tampak kemerahan.

"yang mulia?" panggil dayang rua yang berpura-pura tidak tidak tahu apa-apa.

"A-apakah putri kerajaan ji itu pernah mendekati jiang shu sebelumnya?" lirih hua ran dengan nada yang seperti ditahan. Bahkan kedua tangannya sudah terkepal erat dari balik hanfunya.

Crazy EmpressWhere stories live. Discover now