Bab 12 : Cinta Memang Aneh

78 20 0
                                    

"Ini, untuk lo,"

Kisya menyodorkan sebotol air mineral pada Vero yang sedang duduk di pinggir lapangan basket sekolah mereka, saat itu kelas 11 IPA.2 baru usai mengikuti pelajaran olahraga. Siswa - siswi banyak yang beristirahat sejenak sebelum berganti pakaian dan mengikuti pelajaran berikutnya.

Vero terjengah, tiba - tiba disodorkan sebotol air mineral. Dari sorot matanya, Kisya dapat melihat jika pemuda itu sangat heran.

"Kenapa lo liatin gue kayak gitu?  Diambil dong air mineralnya,"  Kata Kisya sambil duduk di sisi Vero, dan menjejalkan botol air mineral itu ke tangan Vero, karena pemuda itu hanya menatapnya.

"Lo..," Vero seperti hendak bicara, tapi ragu - ragu.

"Ya, gue kenapa?"

"Lo tu cewek aneh!"

"Aneh gimana?"

"Lo udah tau kalo Mama kandung gue gimana, tapi kenapa lo masih juga..?"

Kisya tertawa renyah mendengar kata - kata Vero.

"Gue kan jatuh cintanya ama Vero, bukan ama Mamanya," sahut Kisya ringan.

Gadis itu mengerling pada Vero, sebelum bangkit dan berlari meninggalkan Vero yang tertegun menatapnya.

Kisya tau maksud Vero, awalnya dia juga begitu terkejut mengetahui Vero mencari Mama kandungnya di tempat wanita - wanita malam itu.

Kisya tak terlalu paham dengan masalah orang dewasa,  masalah Papanya Vero dengan Mama tiri Vero, masalah kenapa Papanya Vero sampai harus duduk di kursi roda, tapi gadis itu cukup paham bagaimana rasanya sakit itu. Rasa sakit, jika orang yang sangat kita cintai selingkuh dengan wanita lain, dengan seorang kupu - kupu malam lagi, dan harus menerima anak hasil selingkuhan itu di rumahnya.

Mungkin karena itu Mama tiri, dan Kakak - kakak tiri Vero sangat membenci Vero, tapi lantas apakah Vero salah tinggal di rumah itu? Vero tak pernah minta dilahirkan sebagai anak haram, bahkan mungkin dia tak tau kenapa Papanya justru membawanya untuk tinggal bersama, bukannya membiarkan Vero tinggal dengan Mama kandungnya? Kisya menangis setiap kali memikirkan itu. Dia begitu iba dengan Vero, dia begitu perih membayangkan bagaimana Vero bisa hidup di tengah kebencian Mama dan Kakak - kakak tirinya.

Pelajaran berikutnya adalah Matematika. Saat semua siswa sedang menunduk mengerjakan tugas yang diberikan bu Tia, Kisya tak bisa konsentrasi, sembunyi - sembunyi gadis itu memandangi Vero di sebelahnya, yang juga sedang menunduk mengerjakan tugas.

Apakah lo ngejauhin gue, dan nolak cinta gue, karena lo malu jika gue tau lo anak seorang wanita kupu - kupu malam? Kisya membatin. Oh, lo salah, Vero, sangat salah! Karena gimanapun kehidupan lo, rasa yang ada di hati ini, tak pernah bisa hilang, tak kan pernah bisa...

"Ada yang salah dengan wajah gue?" Tiba - tiba mata coklat muda itu sudah menatapnya, membuat Kisya terjengah.

"Eh anu, gak, gue...Ini soal nomor 4 gimana sih? Gue gak ngerti," Kisya asal bunyi, sambil memperlihatkan buku tugasnya, mencari alasan. Menyembunyikan rona merah di pipinya.

******

Kenzie dari awal sudah menghilang dari sekolah, dengan genk Black Wolves - nya, entah kemana, Kisya kurang tau. Paling masalah genk motornya.

Berarti hari ini gue  bebas dong deketin Vero, gak ada yang teriak - teriak ngelarang lage, Kisya mengemut permen Lollipop-nya dengan mata terpicing, begitu senang.

Saat itu bell tanda jam istirahat sudah berbunyi, Kisya buru - buru mengeluarkan kotak bekalnya dan menjawil Vero yang masih sibuk membereskan buku - bukunya di sebelah Kisya.

"Ini, gue bawain roti sandwich untuk lo," sodor Kisya. "Gue buat sendiri,"

Plaak!

Sebelum sempat Vero menanggapi, tiba - tiba ada yang menepis kotak bekal itu dengan kasar dari tangan Kisya. Membuat kotak itu terhempas jatuh, dan isinya berserakan di lantai kelas.

"Ooh, roti gue?" Kisya hanya terpana melihat roti sandwich yang dibuatnya dengan susah payah untuk Vero terbuang sia - sia.

"Apa maksud lo mengambil tiket yang gue kasi untuk Vero?!" Terdengar bentakan seorang gadis. Sherly, dari kelas 11 IPA.4 yang menerobos masuk ke kelas 11 IPA.2.

Kisya mengerutkan kening, memandang gadis yang selalu membuatnya cemburu itu, karena Sherly juga suka dengan Vero.

"Gue gak mengambil tiket itu, Vero kok yang ngasi ke gue?" Tukas Kisya gusar.

"Halah, ngeles lo! Gue batal pergi ke konser dengan Vero, gara - gara lo, dasar pelakor!"

"Apa?! Gue pelakor? Lo yang pelakor! Asal lo tau, Vero itu pacar gue, tauk!"

"Pacar?? Jangan ngimpi lo!"

"Emang kenyataan kok!"

"Heh, denger ya?! Gue gak akan takut, walau lo sodaranya si Kenzie! Pokoknya mulai sekarang,  jangan lo coba - coba deketin Vero! Karena Vero milik gue, paham lo?!"

Vero mengangkat alis matanya, melihat pertengkaran dua gadis itu. Sekilas terlihat kebingungan juga dia, tak tau harus berbuat apa. Siapa yang harus dibelanya? Kisya? Sherly? Apalagi beberapa siswa - siswi lain, tampak mulai mengerumuni mereka, bertanya - tanya apa yang terjadi.

Pemuda itu akhirnya berjongkok, memungut kotak bekal Kisya, menyelamatkan potongan roti yang masih tersisa, kemudian kembali berdiri.

"Hee, ngapain lo repot - repot mungut roti pelakor itu? Udah kotor kan?!" Sherly terkejut melihat apa yang dilakukan Vero dengan kotak bekal Kisya. "Udah, kita makan di kantin aja, Beb! Daripada bete liat tampang pelakor ini!"

"Sorry, gue gak mau ke kantin," Vero segera menarik tangannya saat Sherly mencoba menggandeng.

"Ayo dong, Beb? Plis?"

"Gue gak mau, ok?!"

Jawaban tegas Vero membuat gadis cantik itu manyun, membiarkan Vero melewatinya, sambil sambil membawa kotak bekal Kisya.

"Heh, apa yang kalian liat?!" Vero mendelik pada kerumunan siswa - siswi yang langsung membubarkan diri dari situ. Sebelum keluar kelas,  pemuda itu menoleh ke arah Kisya.

"Thank you, rotinya masih ada yang bisa dimakan kok,"

"Haa?!" Kisya hanya bisa ternganga.

Oh e-emjiii, Ve-Vero? Gak salah liat kan gue? Kisya mengusap matanya, seolah tak percaya.

*****

Alzaviero Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang