Bab 20 : Hari Bad Mood Sedunia

77 16 0
                                    

Sepanjang sisa hari itu, di sekolah, Kisya merasa sangat bad mood, akibat pertengkarannya dengan Kenzie. Huh, apa maksudnya dia bilang sampe mabok gara - gara mikirin gue? Rutuk Kisya bete. Dipermainkannya tangkai permen Lollipop-nya, sambil berpikir - pikir. Mikirin gue? Plis deh? Kenzie pasti bohong! Kalo dia mabok karena mikirin gue, lalu yang dia bilang 'Sayang' itu sapa? Huh, bener - bener hoax deh si Kenzie dudul itu!

"Hey, gue paling gak suka liat cewek merengut," tiba - tiba terdengar suara Vero, Kisya yang sedang duduk di kursi panjang depan kelas, dengan wajah merengut,  terjengah dibuatnya. "Ini buat lo,"

Sambil berbicara Vero menyodorkan sebuah kotak bekal berwarna ungu pada Kisya, walau jelas kotak bekal itu terlihat bukan miliknya.

"Vero?" Kisya memandang Vero, tak percaya pemuda itu memberikan sesuatu padanya.

"Dari Sherly," kata pemuda itu menjawab raut heran Kisya.

"Apa? Dari Sherly? Kok lo kasi ke gue?"

"Gue gak suka. Buat lo aja,"

Kisya membuka kotak bekal itu, dan langsung mencemooh, cake coklat, beuh rendah sekali selera si Sherly, masa ngasi Vero cuma cake coklat murahan gini? Gue bisa bikin dua kali lipat lebih enak dari ini, ato sepuluh kali lipat kale! Geram gadis itu dongkol.

Kisya yang memang sedang bad mood, tambah uring - uringan melihat Vero mendapat cake dari  Sherly, saingan terberat Kisya. Dicomotnya satu cake itu dengan emosi.

"Sini, biar gue makan aja cake - nya, dari pada lo yang makan, ntar kena santet lo ama Sherly!" Kisya berkata gusar. Vero hanya tercengang melihat gadis itu melahap 5 potong cake yang ada dalam kotak bekal ungu itu seperti orang yang sudah 3 hari tidak bertemu makanan.

"Ngapain sih lo?"

"Apa? Lo mau cake - nya?"

"Bu-bukan, itu di pipi lo..," Vero menunjuk.

"Kenapa?"

"Ada coklatnya,"

"Mana?"

"Itu,"

Nyaris tersedak Kisya dibuatnya, saat Vero tanpa disangka duduk di sisi Kisya, mengusapkan jemarinya ke pipi Kisya, membersihkan noda coklat itu. Luruh seketika bad mood Kisya. Oh emjii, jika ini mimpi, plis jangan bangunkan gue....

Mata coklat muda itu, begitu bening, begitu teduh, tampak begitu serius menatap Kisya saat jemarinya sibuk membersihkan pipi gadis itu. Tuhan, jantung gue mau copot rasanya, Kisya terpesona, kalo perlu gue lumurin seluruh wajah gue dengan coklat, biar Vero makin lama nyentuh wajah gue..

"Heh, kok jadi lo yang makan cake - nya?!" Bentakan itu membuyarkan lamunan indah Kisya. Sherly sudah berdiri garang di depan Kisya dan Vero.

"Vero kok yang ngasi," Kisya menatap Sherly.

"Bohong lo! Pasti lo yang ngambil dari Vero!" Sherly merampas kotak bekal ungunya dari tangan Kisya. Gadis cantik itu menghentakkan kaki dengan kesal melihat Kisya ternyata sudah menghabiskan semua cake coklat itu.  Apalagi dia sempat menyaksikan Vero yang membersihkan pipi Kisya, semakin menggelegak darah Sherly dibuatnya. Mata Sherly tampak mendelik begitu lebar, seperti ingin menelan Kisya yang berada di depannya.

Gadis siswi kelas 11 IPA.4 itu menarik tangan Vero agar beranjak dari sisi Kisya. Walau pemuda itu cepat menarik kembali tangannya dari Sherly.

"Beb, ngapain lo deket - deket dengan si pelakor ini?"

"Heh! Sembarangan bilang gue pelakor!" Sembur Kisya, naik lagi emosinya karena kata - kata Sherly.

"Halah, emang lo pelakor!"

"Lo yang pelakor! Vero pacar gue, tauk!"

"Jangan mimpi lo!"

Vero mengeluh, melihat gelagat akan pecah perang dunia di antara kedua gadis itu. Pemuda itu bangkit.

"Vero, mo kemana?" Pekik kedua gadis itu hampir bersamaan.

"Ke toilet, ada yang mo ikut?"

****

Hari itu Kisya benar - benar bete plus bad mood double, melihat Sherly masih saja mendekati Vero saat mereka hendak pulang sekolah.

Ngapain sih Nenek Sihir satu itu masih aja gangguin Vero? Aduuh, mana perut gue sakit lagi gara - gara kebanyakan makan cake coklat! Tangis Kisya sambil memegangi perutnya. Sekilas didengarnya Sherly membujuk Vero agar jadi pasangannya pada pesta ulang tahun Isabel teman sekelas Sherly.

Kisya sudah tau masalah undangan pesta itu, karena undangannya memang sudah tersebar di seluruh antero sekolah. Isabel adalah gadis paling tajir di sekolah mereka, semua tau itu. Kisya dan Kenzie pun sudah menerima undangannya. Acaranya  berlangsung Sabtu depan, pukul 17.00 wib. Yang membuat heboh, acara ulang tahun yang akan diadakan di ball room sebuah hotel ternama itu, adalah dresscode - nya yang bertema "Sacred White",  mengharuskan para undangan berpakaian senada dengan pasangan masing - masing. Itu berarti yang hadir harus punya pasangan kan?

Kisya menggigit bibir bawahnya, jelas dia ingin  Vero pergi ke pesta itu bersamanya, bukan bersama si Nenek Sihir - maksudnya Sherly. Gadis itu mengutuk sakit perut yang menghalanginya  melabrak Sherly, karena suka tak suka dia harus pergi ke toilet sekarang.

Sebelum ke toilet, dilihatnya Vero beranjak dari Sherly, sepertinya berusaha menghindar, tapi Sherly masih mengejar. Huh, pasrah deh gue, rutuk Kisya sambil berdo'a 100 kali, semoga iman Vero kuat, tak terbujuk oleh rayuan Nenek Sihir itu...

Kisya nyaris mati berdiri saat keluar dari toilet, sekolah sudah mulai sepi karena sebagian besar siswa sudah pulang, tapi sesosok tubuh jangkung milik Vero  tampak berdiri bersandar di dinding bangunan kelas yang searah dengan toilet. Sendirian tanpa Sherly. Sepertinya sedang menunggu seseorang.   Pemuda itu tampak sibuk mengutak - atik handphone-nya saat Kisya melewatinya.

"Ve-Vero? Ngapain di sini? Nunggu siapa lo?" Tegur Kisya.

"Nungguin lo,"

"Nung - nungguin gue? Oh emjii...,"

"Takut lo ntar kesambet setan, karena tinggal sendirian di toilet," sahut Vero sambil beranjak dari tempatnya berdiri.

"Huaaa?" Mulut Kisya ternganga mendengarnya. Oh emjiii, Ve-Vero nungguin gue? How sweet! A-apakah Vero udah berubah? Atau..

"Untuk ngebales utang kebaikan ama lo," lanjut Vero, seperti yang sudah diduga Kisya. Yeah pastilah, ngebales kebaikan, apa lagi?  batin Kisya langsung lesu, membuntuti Vero menuju gerbang sekolah.

"Vero, ntar Sabtu, lo ke pesta Isabel dengan gue ya? Plis?" Tanya Kisya hati - hati, saat mereka tiba di pelataran parkir sekolah. "Gue pasti bahagia bangeet kalo bisa jadi pasangan lo di pesta itu,"

"Gue kayaknya gak bakalan pergi," Vero langsung menjatuhkan vonis. Pemuda itu menaiki motor sport-nya, dan memakai helm. "Oke, gue duluan ya? Lo pulang dengan Satpam lo kan?"

Kisya menatap kecewa motor sport Vero yang mulai bergerak meninggalkan dirinya. Satpam? Gadis itu menoleh, dan langsung bertemu pandang dengan Kenzie yang ternyata sedang berdiri begitu nelangsa, di samping motornya, memandang ke arahnya.

Alzaviero Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang