Epilog

163 14 0
                                    


'Apapun yang terjadi, aku tak kan pernah peduli. Karena bahagiaku adalah bisa selalu bersamamu, dan melihat senyummu,'

- Kisya Adiva Putri -

==================================

Seperti berulang lagi rasanya hari itu, hari saat pertama kali Kisya melihat Vero datang ke sekolah sebagai siswa baru. Mata gadis itu begitu berbinar,  melihat Vero akhirnya kembali masuk sekolah lagi. Teman - teman satu kelas langsung bertepuk tangan, saat Vero masuk ke kelas, bersama bu Tia.

"Welcome back Bro!"

"Yeay, Lee Tae - Yong masuk lagi!"

"Selamat bergabung kembali, Ver!"

"Aduuuh, senangnya bisa liat idola gue lagi!"

"Heh, dudul! Idola dari mane?"

"Ih, emang dia idola gue, kenapa? Iri lo??"

Bu Tia hanya bisa menggeleng - gelengkan kepala melihat hiruk - pikuk siswa - siswi kelas 11. IPA.2, yang tanpa bisa dicegah, langsung menghambur ke depan kelas, mengelilingi Vero, menyambut kedatangan pemuda itu.

"Anak - anak, ayo kembali ke kursi masing - masing! Kita akan mulai pelajaran kita," Bu Tia akhirnya mengetuk mejanya dengan penggaris.

Kisya melihat Vero tersenyum - senyum sendiri saat duduk di sebelahnya, tempat duduk Vero yang lama. Wajah pemuda itu terlihat begitu berseri - seri karena  teman - teman satu kelas mereka ternyata begitu hangat menerimanya kembali bergabung di kelas 11 IPA.2.

Dan Vero juga terlihat tidak lagi memakai masker yang biasa dipakainya untuk menyembunyikan memar atau luka apapun di wajahnya. Karena tak ada lagi yang menyakitinya. Tak kan pernah ada lagi. Kisya menghela napas, begitu  lega rasanya melihat Vero bahagia.

Saat jam istirahat, Kisya mengajak Vero ke kantin, tapi di depan pintu kelas, mereka hampir bertabrakan dengan Rayhan.

"Oh, emji, Rayhan?" Kisya mendekap mulutnya, gadis itu lupa memperhitungkan pemuda berkaca mata itu. Buket bunga yang disodorkan Rayhan pada Kisya, jelas membuat Vero yang berdiri di samping, langsung mendelik lebar.

"Bunga itu untuk gue kan?" Tiba - tiba Raina menerobos dari belakang Kisya dan Vero, menyambar buket bunga Rayhan.

"Apa??" Giliran Rayhan yang mendelik. "Itu untuk Kisya!"

"Ih, masa sih buat Kisya mulu? Gue gak pernah dikasi?" Raina mengerucutkan bibir. "Gue kan mau juga, lumayan buat jimat  pengusir tikus di rumah gue,"

"Raina, balikin bunga gue! Itu mahal, tauk!" Rayhan berusaha merebut kembali buket bunganya dari tangan Raina. Tapi gadis sahabat Kisya itu sudah kabur keluar kelas, membuat Rayhan sewot.

Kisya terkikik melihat Rayhan yang akhirnya jadi berlarian seperti anak TK, mengejar Rayna berkeliling lapangan basket yang ada di depan kelas mereka.

"Semoga mereka jadian deh,"

"Aamiin," Najwa yang baru muncul dari dalam kelas, menyeletuk sambil ikut terkikik.

*****

"Lo suka ya dikasi bunga?" Tanya Vero ketika berdua dengan Kisya menyusuri koridor sekolah, menuju kantin.

"Hua? Kenapa tiba - tiba nanya gitu?"

"Cuman nanya,"

"Maksud lo kayak si Rayhan tadi?"

Vero tak menjawab, hanya mengangkat bahunya. Tapi Kisya tiba - tiba terkikik.

"Hayoo, cemburu ya?"

Vero mengangkat alisnya, menoleh pada Kisya.

"Gak lah, ngapain gue cemburu,"

"Oh emjii, ngaku deh, cemburu kan?"

"Enggak,"

"Trus kenapa nanyain gue suka bunga?"

"Sapa tau suka,"

"Kalo gue suka, gimana?"

"Ya udah, besok minta lagi ama Rayhan,"

"Huaa?" Kisya terbelalak, tak mengira jawaban Vero seperti itu, tadinya gadis itu berharap Vero yang menawarkan diri akan membawakannya bunga. Kisya mencubit pinggang Vero karena gemas, membuat pemuda itu mendelik.

"Lah kok gue dicubit?"

"Abis lo bego," sungut Kisya dengan pipi menggelembung.

"Bego kenapa?" 

"Kok gue harus minta dengan Rayhan sih? Kan lo yang pacar gue, jadi lo dong yang seharusnya ngasi gue bunga!"

"Emangnya gue pacar lo?"

Kisya mendelik mendengar kata - kata Vero. Sementara pemuda itu setengah mati menahan senyumnya melihat Kisya senewen.

"Veroo!! Ih sebel deh lo!!" Kisya langsung memukuli Vero. Keduanya kemudian berkejaran, bercanda di sepanjang koridor sekolah.

Tau gak, Sya? Vero menatap Kisya, yang sedang berlari di sisinya. Sebetulnya sejak pertama kali bertemu di depan sekolah, waktu Skull Crusher ngejar lo waktu itu,  gue udah ngerasa lo yang teristimewa, hanya saja gue sulit percaya dengan rasa itu atau mungkin juga gue terlalu takut lo akan terluka karena gue, karena kehidupan gue yang hancur, karena itu gue selalu berusaha menjauh dari lo. Maafkan gue ya, Sya? Maafkan gue, yang selalu memberi lo rasa sedih dan kecewa selama ini.

"Eh, kenapa sih, ngeliatin gue kayak gitu?" Kisya tiba - tiba menggamit Vero. Pertanyaan itu jelas membuat Vero terjengah. Tapi pemuda itu hanya mengangkat bahu.

Ih, deg - degan tauk, ditatap kayak gitu? Kisya penasaran, karena gadis itu tau sedari tadi Vero tak lepas menatapnya. Tatapan mata coklat muda yang tampak  begitu syahdu itu, seolah sedang mengatakan sesuatu yang tak terungkap lewat kata - kata, atau  mungkin Vero yang memang tak ingin mengungkapkannya pada Kisya.

"Sya?"

"Ya?"

"Terima kasih ya?"

"Oh emjiii, terima kasih? Untuk apa ya?"

"Karena udah membuat gue tau seperti apa rasanya dicintai dan udah mengajari gimana caranya jika ingin mencintai,"

Senyum Kisya mengembang mendengar itu, diulurkannya tangan untuk menggandeng Vero.

"Udahlah, gak usah lo pikirin itu," kata gadis itu. Karena kebahagiaan itu milik mereka sekarang. Milik Kisya yang sudah berjuang mendapatkan cinta Vero. Juga milik Vero yang sudah berhasil menyembuhkan luka hidupnya dan mempercayai kembali indahnya cinta.

T A M A T
THE END
SELESAI
FINISH
KHATAM

Yeaaay!!!!

Alzaviero Where stories live. Discover now