Bab : 26 Kegusaran Kisya

89 17 4
                                    

Gimana caranya gue memberitau Vero ya? Takutnya Vero sedih jika mengetahui ini. Gue yakin Mama Vero ada di rumah itu, cuma gak mau keluar menemui kita, entah apa alasannya, batin Kisya prihatin. Oh emjii, padahal Vero sangat berharap bisa ketemu Mamanya...

Gadis itu menghela napas, matanya memandang berkeliling, eh mobil siapa ya yang diparkir di depan pagar rumah Vero? Kisya bangkit dari ayunan tempatnya duduk sedari tadi, melongok dari pagar agar dapat melihat lebih jelas. Eh, kok kayak pernah liat mobilnya? Di mana ya? Apa mobil Pak Syam ya? Atau mobil salah satu guru SMA Dewantara? Soalnya mobil itu kayak sering dilihat di parkiran sekolah.

Terlihat tamu di rumah Vero keluar dengan diantar oleh Papa Vero yang kursi rodanya didorong oleh Vero. Tamu itu seorang pria seumuran Papa Vero, berpakaian sangat elegan, sepertinya orang berada. Kisya memiringkan kepalanya, tu-tunggu, pria itu kayak Papanya Sherly? Gue pernah liat Sherly dijemput Papanya waktu pulang sekolah. Ngapain ya Papa Sherly ke rumah Vero? Hiiy bukan untuk ngejodohin Vero dengan Sherly kan? Hiiy amit - amit deh, jangan sampe...

Kisya melambai pada Vero, saat tamu yang di duga Papa Sherly itu sudah berlalu dengan mobilnya. Tapi Vero tampaknya tidak melihat Kisya, karena pemuda itu terus saja kembali masuk rumah sambil mendorong kursi roda Papanya, membuat Kisya manyun sendiri dan kembali duduk di ayunannya.

"Oh, emjii, moga gue cuma suudzon..,"

*******

"Sya," Raina yang duduk di sebelah Kisya, di bangku panjang depan kelas, mencolek bahu Kisya.

"Kenapa?"

"Kemarin itu sebenernya, Vero nyari siapa sih? Kok di tempat kumuh gitu, setau gue itu kan kompleks pelacuran..,"

"Entahlah, gue kurang tau," Kisya dengan enggan, menoleh pada Raina, dia tak ingin  sahabatnya itu tau banyak masalah Vero, kasihan nanti Vero malu.

"Kok lo sampe antusias gitu ngejar Vero kemarin?"

"Yah, gue cuma mo ngikutin dia aja,"

"Ih, plis deh lo? Jangan maen rahasia dong ama gue?"

"Gak ada rahasia kok," tukas Kisya, sementara matanya tiba - tiba menangkap sosok Vero di ujung koridor. Sherly tampak sedang mendekati pemuda itu. "Na, liat tuh si Nenek Sihir! Gak bosen - bosennya gangguin Vero!  Hah, apa itu? Mo nyogok Vero pake kue? Oh, no, no!"

"Eh mo kemana, Sya?" Raina terjengah melihat Kisya bangkit dengan wajah geram.

"Mo ngelabrak si Nenek Sihir!" Raina telat mencegah, Kisya dengan gagah berani sudah berjalan mendatangi Sherly yang sedang terkikik - kikik kecentilan di depan Vero. Kisya melihat mata coklat muda Vero sekilas menatap kedatangannya.

"Heh, Nenek Sihir! Ngapain lo dekat - dekat Vero?!" Sembur Kisya langsung.

"Eeh, kenapa lo dateng - dateng langsung teriak - teriak gitu? Gak tau sopan!" Sherly mendelik pada Kisya.

"Lo yang harus dipertanyakan, ngapain gangguin pacar gue? Pake ngasi kue segala!" Kisya merampas kotak kue yang dipegang Vero, dan menghentakkan  kotak itu kembali ke tangan Sherly.  "Makasih ya, tapi Vero gak suka kue lo!"

"Lo, lo.." Sherly tak bisa berkata - kata saking emosinya pada Kisya.

"Pergi lo, muak gue liat wajah lo!"

"Lo yang pergi, pelakor!" Sherly begitu murka, mendorong Kisya dengan kasar. Hampir terjatuh Kisya dibuatnya.

"Huaa, udah berani dorong gue ya?" Kisya terbelalak, tapi gadis itu tak gentar, tanpa ba - bi - bu dibalasnya mendorong Sherly kuat - kuat.

"Aaw!!" Sherly terpekik, kehilangan keseimbangan. Kakinya terpeleset pinggir lantai koridor yang setinggi 3 anak tangga dari paving block halaman sekolah, gadis itu langsung terhempas jatuh ke atas paving block dengan keras. "Aaw, kaki gue!"

Alzaviero Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang