Bab 36 : Di Ruang UGD

111 14 0
                                    

"Tolongin Vero, Dokter!"

"Darahnya banyak sekali, Dokter!"

"Plis Dokter, selamatkan Vero!"

Kisya, Kenzie dan sebagian anak - anak Black Wolves yang membawa Vero ke rumah sakit terdekat, begitu panik dan cemas, berlari - lari mengikuti Dokter dan perawat yang tergesa mendorong brankar masuk ruang UGD, di mana Vero terbaring di atasnya, sudah tidak tak sadar.

Kisya merosot duduk di lantai UGD. Air matanya entah sudah berapa banyak, berlinangan membasahi pipinya. Plis, selamatkan Vero, Tuhan, jangan sampe dia kenapa - napa. Gue gak mau kehilangan Vero...Gue sangat mencintainya...

Salah satu anak genk Black Wolves menitipkan ransel Vero pada Kisya. Perawat juga tadi menyerahkan kunci motor, dompet dan handphone yang ada di saku Vero, agar tidak mengganggu selama mereka berjuang menyelamatkan nyawa Vero. Kisya mendekap semua barang - barang itu dalam pelukannya. Tanpa tau harus melakukan apa.

Gi - gimana gue ngasi kabar pada keluarga Vero? Rintih Kisya sedih, terbayang Mama tiri dan Kakak - kakak tiri Vero yang tidak pernah peduli pada Vero, bahkan selalu menganiaya Vero. Apakah mereka mau datang ke Rumah Sakit untuk mengurus Vero? Oh Tuhan...

Kisya akhirnya menggantung harapan pada Papa Vero, pria itu satu - satunya yang peduli dan sayang dengan Vero, beliau pasti mau datang ke Rumah Sakit. Ta - tapi Papa Vero duduk di kursi roda...

Ah gue coba aja meneleponnya, Papa Vero pasti bisa menyuruh Kak Gery atau Kak Vania mengantarnya ke Rumah Sakit. Dengan tangan gemetar, Kisya mengambil handphone Vero, mencoba mencari nomor kontak Papa Vero. Tak sulit, karena Vero membuat nama kontaknya, 'Papa'.

Lama rasanya Kisya menunggu sambungan telepon itu dijawab. Hingga suara berat seorang pria akhirnya terdengar di seberang.

"Halo? Vero? Ada apa, Nak?"

"Om, ini Kisya, Om, teman sekolah Vero, tetangga sebelah rumah," jawab Kisya segera.

"Oh, Nak Kisya. Mana Vero?"

"Ve - Vero masuk Rumah Sakit, Om, kecelakaan..," Kisya tak sanggup mengatakan bahwa Vero tertembak pistol Jeffri pada Papa Vero.

"Apa?"

Papa Vero akhirnya datang dengan bantuan Gery, Kakak tertua Vero, yang mendorong kursi rodanya. Kisya mendengar mereka justru berdebat masalah Vero, setelah dokter memberitau bahwa Vero harus dirawat intensif.

Walau ternyata Jeffri hanya mengunakan 'Air Gun' ( semacam senapan angin berlaras pendek / pistol ) untuk menembak, tidak sampai beresiko kematian, tapi karena peluru 'Air Gun' itu menyerempet kepala, jika tidak dirawat intensif dapat berakibat fatal.

"Vero cuma bisa nyusahin aja, Pa!" Terdengar Gery berkata kesal.

"Walau bagaimanapun, dia adikmu, Gery!"

"Kita jual aja motor Vero, gimana, Pa?"

"Gery, motor itu kesayangan adikmu,"

"Ya mo gimana lagi? Papa jangan manjain dia deh!"

"Papa tau Papa sudah tak bisa bekerja lagi sejak kecelakaan,"

"Maaf Pa, bukan itu maksud Gery,"

"Papa masih punya sedikit tabungan,"

"Gak usah, Pa, itu uang Papa. Atau gimana kalo kita terima aja permintaan Pak Dirgantara, mantan Bos Papa...,"

"Permintaan Pak Dirgantara?"

Iya, dia kan pengen Vero jadi...,"

"Tidak Gery! Papa tak setuju. Memang niat Pak Dirgantara itu baik, ingin menolong keluarga kita, tapi Papa tak sampai hati..,,"

Alzaviero Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang