Bab 46 : Separuh Jiwa yang Pergi

112 16 4
                                    

Suasana dalam warung itu langsung kacau, anak - anak Black Wolves yang kalap menyerang Jeffri dan anggotanya, dan menghajar membabi - buta. Sementara Hiro, Razqa dan Junno menghambur pada Kenzie yang tak kunjung bangun.

"Apa?!" Kisya yang ditelepon Hiro, hanya bisa terpana mendengar kabar buruk itu. Gadis itu terduduk lemas di teras. Vero baru saja, akhirnya, pergi bersama Vieronika, walau sikap pemuda itu begitu merisaukan Kisya. Kini kabar tentang Kenzie begitu mengejutkan, bagaikan tersambar petir Kisya mendengarnya.

"Ada apa...?!" Tanya Mama khawatir melihat wajah pucat Kisya, saat wanita itu menghampiri Kisya di teras.

Perasaan Kisya langsung rapuh begitu melihat Mamanya, gadis itu menghambur memeluk Mama dan air matanya pun tak terelakkan segera berlinangan.

"Mama, Kenzie, Ma..,"  bergetar suara Kisya saat mengatakan itu.

*****

"Tolong anak saya, Dokter, dia..Dia memiliki penyakit bawaan, anemia..,"

Kisya ternganga memandang Mamanya, saat mendengar ucapan sang Mama dengan Dokter. Ken - Kenzie menderita anemia?

"Kenapa Mama gak pernah bilang, Ma, kalo Kenzie sakit?" Tangis Kisya, membuat Mamanya menoleh.

"Kenzie tak mau Mama meributkan penyakitnya, dia menyuruh Mama merahasiakannya dari  kamu, Kisya,"

Kenzie, adek gue, sodara kembar gue, plis, kenapa lo gak pernah cerita kalo lo sakit? Kisya begitu frustasi memandangi Kenzie dari balik kaca ruang UGD, memandangi Dokter dan Perawat yang sedang berjuang menyelamatkan nyawa adiknya itu. Pantas selama ini Kenzie mudah tumbang jika kelelahan. Pantas Kenzie selalu....Kisya menutup wajahnya. Oh Tuhan, selamatkan Kenzie, Tuhan...

Dua hari sudah Kenzie mengalami koma. Jika dia tidak menderita anemia, mungkin luka tusukan pisau Combat itu akan mudah pulih. Tapi kehilangan banyak darah, dan penyakitnya, membuat Kenzie koma.

Kisya, juga Papa - Mamanya sangat khawatir. Anak - anak Genk Black Wolves silih berganti datang menjenguk, bahkan ikut menunggui Kenzie di Rumah Sakit, mencarikan donor darah untuk Kenzie. Rasa persahabatan mereka memang sangat tinggi, itu yang membuat Kisya sangat terharu.

"Pasien siuman, tapi..," suatu pagi, Dokter hendak memberitau, tapi belum selesai Dokter menyelesaikan kalimatnya, Kisya sudah menerjang masuk ke dalam ruang ICU.

"Kisya!" Sia - sia Mama memanggil. Papa hanya bisa menutup wajahnya, pasrah, saat mendengar penjelasan Dokter pada mereka.

"Kenzie! Kenzie..," Kisya  menubruk tubuh Kenzie, saat melihat adik kembarnya membuka mata.

"Sya, plis?"

"Eh maap, sakit ya?" Kisya buru - buru membetulkan posisi tubuhnya. "Plis Kenzie, kenapa?"

"Sakit hati itu harus terbalaskan, Sya,"

"Anak bodoh, kenapa harus balas dendam segala, kan udah gue bilang..,"

"Black Wolves adalah harga diri gue, Sya..,"

Kisya menggenggam tangan Kenzie, tak dapat berkata - kata, hanya bisa menghela napas mendengar jawaban Kenzie. Kisya tak pernah paham, adik kembarnya itu memang sangat mencintai Black Wolves, genk motornya, dia seorang Biker sejati, tak ada yang lebih menjadi pusat perhatiannya kecuali dunia biker. Kenzie  terdengar merintih.

"Eh, apa yang sakit, Ken?"

Kenzie menggeleng, tersenyum sendu, membalas genggaman tangan Kisya.

"Sya," katanya pelan.

"Iya?"

"Lo sayang banget ama Vero ya?"

"Ih gak usah ngomong gituan dulu deh..,"

Alzaviero Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang