6. THANKS FOR BEING MINE

742 156 47
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


•••

Ryan menghentikan mobilnya di depan rumah Hara, ketika mesin kendaraannya telah berhenti total Hara masih saja diam dengan bibir mengerucut.

"Ngga mau turun?" tanya Ryan namun Hara masih saja bungkam. "Masih marah soal yang tadi?"

Pria itu masih bisa tertawa meski diabaikan sang kekasih. "Darling," panggilnya namun reaksi Hara masih sama. "Sayang, Sweety, Honey, Baby."

Pipi Hara semakin memerah. "Apaan sih."

"Eh pipinya si adek merah." goda Ryan makin menjadi.

Hara mulai tertawa tapi meringis malu mengingat insiden tadi, sebelah tangannya menutupi wajah cantiknya sekarang. "Hnngg...,"

"Kayak gitu tuh kenapa? Jangan bikin aku tambah gemes, nanti aku puter balik loh."

"Aku tuh malu." cicit Hara lirih.

"Malu kenapa, hm?"

"Ya soal yang tadi. Aku kira tadi Om Jeon sama Mari...," Hara menghentikan ucapannya, kepalanya menunduk sembari memainkan kuku jarinya.

"Oh yang tadi. Ya, yaudah kalau malu jangan dibahas lagi, lagian kamu juga ngga salah mikir kayak gitu. Mereka, kan udah nikah, ya maklum aja pikiran kamu ke mana-mana."

"Cara kakak belain tuh malah bikin aku tambah malu aja deh." Hara melirik tajam Ryan. Kalau gini, kan jadinya ketahuan kalau Hara ngga polos lagi.

"Trus aku harus ngomong gimana lagi sih, Sayang?"

Hara menghela napas panjang lalu menatap Ryan. "Udah ah, jangan diterusin lagi. Sekarang giliran aku mau tanya kakak, operasinya tadi siang gimana? Lancar?"

Ryan mengangguk aktif setelah itu. "Lancar."

"Adek bayinya laki-laki atau perempuan?"

"Perempuan, Ra. Sehat, cantik mirip mamanya, mirip papa sama dua kakaknya juga."

Sepasang mata Hara membola "Jadi pasien kakak yang itu udah punya dua anak?"

Ryan mengangguk lugu.

"Lahiran lagi anaknya jadi ada tiga dong, Kak?" tanya Hara dan respon Ryan masih sama.

"Tiga-tiganya perempuan, Ra."

"Trus gimana kalau perempuan semuanya?" tanya Hara lugu yang kini ditertawakan oleh Ryan.

"Gimana apanya? Ya ngga gimana-gimana, tinggal ikut program tahun depan."

"Hah??"

"Mereka udah bilang, tahun depan mau ikut program anak cowok. Biar ada yang nerusin marga papanya."

Hara merendahkan alisnya seraya mengangguk-anggukkan kepala pasif. "Tapi kasihan mamanya, ngurus banyak anak, kan repot, Kak."

"Tau darimana kamu?" Ryan melepas sabuk pengamannya, kini mereka malah ngobrol di dalam mobil daripada masuk ke dalam rumah dan melanjutkan konversasi mereka.

HOME || KNJTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang