KOONSTAN BOOK 2 (RYAN-HARA ver)
"Ra, kamu mau ngga jadi...,"
"Jadi pacar kakak?" sela Hara tak sabaran diiringi suara detak jantungnya yang berdegup tak teratur.
"Bukan, Ra. Tapi jadi ibu dari kelima anak-anakku nanti. Mau ngga?" ucap Ryan lembut.
K...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Nih aku kasih asupan buat yang kangen Namjoon.
Klik vote sama kasih komen kalian sebanyak-banyaknya ya, siapa tau lusa aku update lagi. ❤️
•••
Bisa dibilang jadwal Ryan hari ini sangat padat. Ada dua pasien melahirkan yang harus ia tangani. Salah satunya lewat operasi sesar bertepatan pukul sepuluh pagi seperti yang sudah di jadwalkan dan satunya pasien yang tiba-tiba datang mengeluh kontraksi hebat-melahirkan secara normal-pukul dua siang.
Syukurnya dua pasien itu bisa Ryan tangani dengan baik. Dua duanya selamat baik ibu dan anaknya. Semua keadaan normal dan Ryan sendiri lega mengetahui kedua bayi lucu itu tertolong berkat bantuannya dan tim medis.
Setelah selesai menjahit perineum-pasien melahirkan normal-yang mengalami robekan, Ryan memasrahkan sisanya pada perawat.
"Suster, tolong segera ditransfusi darah." utus Ryan kemudian suster itu mentransfusi darah secepatnya ke pasien setelah melahirkan, sebab dari rekam medis sebelum melahirkan normal tadi pasien diketahui mengalami anemia sehingga kadar hemoglobinnya rendah.
"Sudah, Dok."
"Baik, setelah ini pantau lagi keadaan pasien trus kasih laporannya ke ruangan saya ya." kata Ryan sebelum pergi.
"Baik, Dokter. Terima kasih."
Keluar dari ruangan itu Ryan melepas sarung tangannya lalu membuangnya ke tempat pembuangan khusus. Ia mencuci tangan lalu melepas pakaian yang ia kenakan sewaktu menangani proses persalinan pasien, setelah itu Ryan kembali ke ruangannya sambil memeriksa bendel pasien lain. Biasanya setelah menangani pasien melahirkan baik itu operasi atau secara normal, Ryan akan diberikan waktu setidaknya untuk istirahat selama satu jam. Tapi ia sadar jika membiarkan pasiennya menunggu terlalu lama ya, kasihan juga.
Lantas Ryan keluar ruangan menuju meja resepsionis dan mengutus salah satu mereka untuk memanggil satu per satu pasiennya untuk masuk ke dalam ruangan guna melakukan pemeriksaan.
"Tapi Dokter Ryan, kan baru saja keluar dari ruangan bersalin. Apa tidak istirahat dulu, Dok?"
"Ngga usah nggapapa. Lagi pula saya ada janji hari ini. Saya habisin pasien sampai nomor tujuh aja ya. Sisanya dilanjut besok lagi mulai jam satu siang." sahut Ryan.
"Baik, Dok." jawab si suster, tapi tak lama kemudian suster itu bersuara lagi. "Tunggu, Dokter. Saya lupa mau bilang kalau tadi ada yang telepon dari pasien atas nama Songhwa, katanya mau batalin jadwal periksa untuk besok, jadinya dimajuin hari ini. Bagaimana?"
"Yaudah, tambah satu lagi pasiennya nggapapa. Tulis di nomor selanjutnya setelah itu kalau ada yang mau konsultasi lagi bilang aja jadwal untuk konsultasi hari ini sudah penuh."
"Baik, Dok. Nanti saya sampaikan ke pasiennya Dokter Ryan."
Cukup sibuk dengan konsultasi setelah melakukan penanganan persalinan, Ryan tak mengeluh sedikit pun meski rasanya jadwal hari ini sangat padat hingga membuatnya kelelahan.
