19. BAHAYA

919 133 40
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Karena tinggal sendiri sudah sejak lama, Ryan membiasakan diri bangun sebelum matahari terbit. Saking terbiasanya ia bisa bangun tanpa harus memasang alarm.

Sejak kuliah, Ryan jadi tinggal jauh dari pengawasan orang tuanya, ia tinggal di kota yang berbeda dan hanya mengunjungi ayah dan ibunya ketika ada waktu luang. Ia pernah berharap ketika dulu liburan semester ia bisa pulang agar bisa bertemu orang tuanya, tapi tugas di kampus justru menghalangi rencananya. Bahkan pernah waktu itu Ryan pulang dan paling lama di rumah hanya dua minggu. Setelah itu kembali sibuk dengan perkuliahannya.

Lalu ketika ia mulai magang sampai sekarang sudah bekerja, Ryan malah jarang mengunjungi ayah dan ibunya karena padatnya jadwal. Rasanya seperti hanya sebulan sekali Ryan bisa menyempatkan diri pergi ke kota kelahirannya itu. Sampai kadang Ryan merasa bahwa ia sekarang kurang nyaman bermalam di sana, mungkin itu karena Ryan terbiasa hidup sendiri di kota, punya rumah impian dan rasanya lebih betah saja. Belum lagi sekarang ada Hara.

Si gadis cantik yang masih tidur pulas di atas ranjang tepat di sebelahnya.

Dengan mata sedikit sayu, Ryan menatap Hara yang tidur tengkurap dengan kepala miring menghadapnya. Napas si gadis mengalun pelan, surainya sedikit berantakan, selimutnya tersingkap ke bawah punggung.

Suhu pagi hari memang selalu lebih rendah jika dibandingkan ketika matahari telah naik. Dan ini waktu yang tepat untuk bangun kemudian pergi lari pagi di sekitar rumah.

Alih-alih meninggalkan Hara sendiri agar lebih leluasa tidur tanpa terganggu, Ryan justru membangunkannya.

"Ra." panggilnya pelan namun Hara tak bergeming sama sekali. Sampai akhirnya Ryan menyentil pipi Hara pelan berulang-ulang hingga gadis itu menggeliat sambil melenguh lucu seperti bayi hingga Ryan tertawa dibuatnya. "Lucu banget." gumam Ryan lalu terkekeh. Tak mau menyerah begitu saja, Ryan terus berusaha mengusik Hara sampai gadis itu terbangun. "Ra, ayo bangun."

Hara menggeliat hingga posisinya sekarang tidur miring menghadap Ryan sambil mengusap matanya.

"Udah bangun? Ayo sekarang cuci muka trus ikut aku."

Hara masih mengerjapkan matanya lucu. Belum sampai menanggapi Ryan, mata Hara hampir saja terpejam lagi.

"Hara, jangan tidur lagi. Udah pagi, kamu mau ikut aku ngga?"

Mau tak mau Hara membuka matanya lagi, masih jelas terlihat malas dan rasa kantuknya masih belum hilang dari wajahnya. "Ke mana?"

"Lari pagi." jawab Ryan membuat Hara menarik napas sambil memejamkan matanya.

Awalnya Ryan kira Hara tidur lagi, tapi sebenarnya Hara sedang berpikir. Kalau ia ikut keluar rumah bersama Ryan, Hara takut kalau ada orang yang mengenalnya lalu mengadukan hal ini pada orang tuanya. Sudah tahu Hara berbohong kalau ada seminar di luar kota. Jangan sampai Ayah Hara nanti mikir kalau seminarnya pindah ke rumah Ryan. Bisa-bisa Ryan kena labrak orang tua sama Pamannya.

HOME || KNJTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang