14. SESUATU YANG TERSEMBUNYI

645 135 24
                                    

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.


•••

Seokjin berkeliling pusat perbelanjaan dengan seorang direktur keuangan perusahaan industri ritel besar di kota Seoul.

Ingat? Ketika Seokjin membeli sebuah gedung di pusat kota dengan meminjam uang Jungkook? Gedung itu pada akhirnya ia jadikan sebuah hotel dan restoran setelah Seokjin banyak berkonsultasi dengan Direktur keuangan Han, ayah serta Jungkook.

Atas keyakinan dan kegigihannya, ia mendapatkan investasi dari sang ayah dan juga dari salah satu sahabatnya-Jeon Jungkook. Mengetahui usaha perhotelannya sukses, Seokjin kini ketagihan untuk membuat usaha lain. Mungkin selanjutnya perusahaan ritel, seperti mall yang saat ini ia kunjungi bersama Direktur Han misalnya.

Katanya meski pun bisnis ritel dan hotel sama-sama bergerak di bidang pelayanan dan jasa, kedua bisnis ini memiliki manajemen yan berbeda. Itu kenapa Seokjin sekali lagi meminta bertemu dengan seseorang yang sangat bijak seperti Direktur Han, selain lelaki seusia ayahnya itu ahli dalam bidang keuangan, beliau juga sangat paham dengan manajemen perusahaan. Akan tetapi sayangnya Direktur Han tidak bisa membantu lebih dari sekadar nasehat, sebab jika ia ikut campur terlalu banyak mungkin ia akan membuat atasannya tersinggung.

"Maaf, saya ngga bisa bantu kamu banyak."

"Nggapapa, Pak. Nasehat dari Bapak saja sudah lebih dari cukup buat saya pahami. Sekali lagi terima kasih sudah meluangkan waktu Bapak buat saya."

Pria berusia tujuh puluh tahun itu tertawa khas. "Seokjin, kamu laki-laki yang gigih. Persis seperti ayah kamu. Saya dan ayah kamu teman baik, kamu bisa minta konsultasi ke saya apa aja pasti saya bakal luangin waktu buat kamu."

Seokjin tertawa akrab. "Terima kasih, saya anggap itu perlakuan istimewa Bapak kepada saya."

Pria tua itu tertawa lagi. "Sopan sekali gaya bicaramu, kamu udah punya pacar?" sahutnya tiba-tiba membuat Seokjin sedikit linglung.

"Pacar?"

"Iya, saya punya cucu perempuan yang sama ambisiusnya kayak kamu. Kalian bisa ketemu, ngobrol bareng dan saling tukar ide. Atau kalau kamu mau, kita bisa kerja sama."

Seokjin tertawa canggung. "Cucu Bapak pasti punya selera yang sangat tinggi, sepertinya saya harus memantaskan diri lagi untuk cucu Bapak." nadanya segan-menolak dengan kalimat super duper halus.

"Bisa saja caramu menolak." katanya sembari menepuk keras punggung Seokjin. "Oiya, di sini ada tempat makan enak. Mau mampir ke sana?"

"Harusnya saya yang mengajak Bapak, saya ingin mentraktir Bapak makanan enak di sini sebagai ucapan terima kasih."

"Udah pasti kamu harus traktir saya. Ayo ke sana. Saya tunjukin jalan dan menu-menu enaknya, nanti kamu yang bayar billnya."

Seokjin mengangguk mantap sembari tertawa renyah. "Pasti, Pak."

HOME || KNJDonde viven las historias. Descúbrelo ahora