11. KADO ULANG TAHUN

696 136 63
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


•••

Hara sempat menguap beberapa kali walau pun ia tadi sempat ketiduran di apartemen Ryan sampai mimpi yang seperti itu. Tapi yang namanya malam, pasti orang-orang yang bangun dari tidur memutuskan untuk terlelap lagi.

"Tidur aja, Ra. Nanti kalau udah sampai aku bangunin."

Hara menggosok matanya pelan. "Ngga mau. Kasian Kak Ryan nyetir sendiri ngga ada yang nemenin."

Ryan tertawa singkat. "Serius? Emangnya kamu ngga mau nerusin mimpi yang tadi?"

"Mimpi yang...," sontak Hara menoleh pada Ryan, tatapan mereka bertemu sekilas.

"Yang tadi itu loh." goda Ryan lagi.

Hara terdiam sesaat sambil menggigit bibir dalamnya lalu duduk menghadap Ryan yang tengah sibuk mengendarai. "Kayaknya Kak Ryan penasaran deh tadi aku mimpi apa. Mau aku ceritain?"

Memang aslinya Ryan itu kaku kalau membahas sesuatu menyangkut hal-hal dewasa bersama Hara tidak peduli sebanyak apa pengetahuan yang ia kuasai, alhasil dia diam saja pura-pura tak dengar padahal jelas sekali Hara tadi bicara apa.

Hara menghela napas panjang melihat diamnya sang kekasih. "Ngga jadi deh, kasian nanti nyetirnya ngga tenang."

Diam-diam Ryan melepaskan napas lega, lalu ia berdeham pelan.  "Bentar lagi sampai." kata Ryan membuat Hara menengok jam tangannya.

"Hampir jam dua belas." ujarnya, entah perjalanannya yang jauh atau Ryan yang sengaja mengendarai mobilnya pelan-pelan. "Memangnya Kakak ngga sungkan sama Papa, mulangin aku jam segini."

"Kan..., udah izin." jawabnya lirih tak yakin. Sebab yang punya ide ini bukan dirinya, tapi Jungkook.

"Tumben ya Papa ngizinin aku jalan sama cowok, trus pulangnya tengah malam." gumamnya pelan, heran sendiri. "Memangnya Papa ngga takut anaknya diperawanin orang."

Lagi-lagi refleks Ryan menginjak remnya mendadak, membuat Hara hampir membentur kaca depan jika sabuk pengamannya tidak terpasang dengan benar.

"Kak Ryan!"

"L-lampu merah, Ra." gugupnya.

Hara mengerutkan pangkal hidungnya menunjukkan protes yang tak segan-segan. "Lagi???"

Entahlah jika diposisi mereka yang cuma berdua ini, mana satu yang akan lebih unggul dari keduanya? Antara ketakutan Ryan ataukah keberanian Hara. Anggap saja kalau Hara bertindak jauh dan Ryan cuma ikut terbawa suasana? Jika ini dianggap seperti sebuah permainan, Hara sudah jelas menang telak sebab yang berani cenderung memenangkan permainan.
Tapi bagaimana jika ini bukan soal mahir atau tidaknya yang menentukan pemenang? Tapi bertahan..., sampai berapa lama Ryan menahan diri? Sebab bagian di mana pria itu mulai aktif, dia akan menjumpai kekalahan yang sebenarnya.

HOME || KNJTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang