2. Jantung Berdebar

101 3 0
                                    

Selama hidupnya, Arya baru merasakan patah hati sebanyak dua kali. Pertama, adalah ketika dia harus bercerai dengan wanita yang telah melahirkan anaknya, yaitu Imelda. Sejujurnya, Arya tidak ingin menyebutnya sebagai mantan istri karena dia tidak merasa perempuan itu telah menjadi istri yang baik baginya. Kedua, adalah ketika gadis yang dia harapkan untuk bisa menjadi ibu sambung untuk Tasya, ternyata memilih menikah dengan orang lain.

Kharisma namanya, gadis yang berhasil mencuri perhatian Arya setelah lebih dari dua tahun dirinya bercerai. Dia adalah gadis pertama yang juga membuat Tasya merasa nyaman sehingga berharap dapat menjadi ibunya. Namun, entah kenapa rasa sakit yang Arya rasakan saat ini jauh lebih sakit dibandingkan ketika bercerai dengan Imelda.

Dokter spesialis jantung itu sering kali merasa dadanya nyeri dan sesak napas apalagi ketika cemburu mendominasi emosinya. Arya berpikir apakah mungkin dirinya terkena broken heart syndrome atau sindrom patah hati. Walaupun gejalanya mirip dengan serangan jantung, sindrom patah hati ini tidak disebabkan oleh penyumbatan pembuluh arteri jantung, tapi karena stres emosional berlebihan yang membebani pikiran. Ketika stres, tubuh akan menghasilkan hormon kortisol dan adrenalin secara berlebihan sehingga meningkatkan denyut jantung. Bahkan Arya sampai memeriksa rekam jantungnya sendiri, beruntung jantungnya tidak ada masalah.

Arya mencoba untuk mengikhlaskan Kharisma dan mendamaikan hatinya dengan menjadi teman Rama, lelaki beruntung yang menikahi gadis itu. Dia memutuskan untuk berteman dengan Rama setelah dirinya ditolong oleh lelaki itu ketika dipukuli oleh suami kedua Imelda. Dia menjadi saksi bagaimana besarnya cinta mereka dan tidak pernah berpikir untuk menjadi orang ketiga.

Saat ini dadanya kembali berdebar hingga terasa nyeri ketika melihat Rama dan Kharisma sedang bersama. Ketika Arya hendak menyalakan mobil untuk keluar dari parkiran basement rumah sakit, dia melihat mobil Rama masuk dan parkir di seberang mobilnya pada arah jam satu.

Arya terus memperhatikan mereka. Rama membantu Kharisma melepaskan sabuk pengaman lalu mereka berciuman di dalam mobil. Padahal wajar saja bila sepasang suami istri melakukan hal itu, tapi sayangnya hati Arya menolak untuk menerimanya. Lelaki berkacamata itu memegangi dada kirinya, berusaha untuk menenangkan jantung yang terus berdebar kencang. Beberapa kali dia menarik napas dalam sambil memejamkan mata hingga terdengar suara seseorang mengetuk kaca mobil.

"Kenapa lo?" tanya seseorang itu.

Ternyata Rama menyadari mobil Arya yang sudah menyala dan masih belum keluar. Lagi-lagi dia terpaksa harus melihat kemesraan mereka.

"Gak kenapa-kenapa! Kalian kenapa kesini, apa ada jadwal kontrol sama Dokter Siska?" tanya Arya untuk mengalihkan pembicaraan.

Dokter Siska merupakan dokter spesialis kandungan yang biasa memeriksa Kharisma. Arya tahu saat ini Kharisma sedang hamil setelah sebelumnya pernah kehilangan calon buah hatinya.

"Iya, Dok. Hari ini memang jadwal kontrol. Dokter Arya sekarang mau pulang atau baru datang?" ujar Kharisma dengan suaranya yang membuat Arya selalu terbuai. Suara lembut yang sering kali membuat suara lain seperti bisu.

Rama menggerakkan telapak tangannya di depan wajah Arya yang terlihat melamun dan tidak menjawab pertanyaan Kharisma.

"Yah, malah bengong! Kalau gitu gue duluan ya, Kharisma dapat antrian nomor dua soalnya," ucap Rama lalu merangkul istrinya dengan mesra. Setelah mereka berlalu, Arya pun pergi meninggalkan parkiran.

Sore ini Arya pulang lebih awal karena pasiennya hanya sedikit. Biasanya Tasya akan sangat senang bila papanya pulang cepat lalu mengajaknya bermain sepeda untuk berkeliling komplek. Saat tiba di depan rumah dan memarkirkan mobil di garasi, Tasya berlari menyambut kedatangan Arya.

"Papa, pesanan aku mana?" tanya Tasya dengan manis. Namun, Arya tidak mengerti pesanan apa yang dimaksud oleh Tasya.

"Papa lupa ya? Ih, Papa! Padahal 'kan Tasya lagi perlu banget lem sama solatipnya." Tasya merajuk dan langsung masuk ke dalam kamarnya.

Arya benar-benar lupa kalau tadi putrinya itu menelepon untuk minta dibelikan perlengkapan sekolah. Dia yakin setelah ini, pasti ibunya akan mengomel karena membuat cucu kesayangannya kecewa.

"Ada apa, Arya?"

Suara itu membuat Arya tersentak. Dia hanya menggaruk kepala dan memaksakan diri untuk tersenyum. Dia harus segera menyelamatkan diri sebelum Mayang mulai mengomel.

"Biasa, Bu. Tasya ngambek. Sekarang Arya mau mandi, salat, lalu membeli semua pesanan Tasya. Janji!" katanya disertai senyum memaksa.

***

Kini Tasya dan papanya sedang berada di minimarket. Ketika Arya merayunya untuk ikut berbelanja, gadis kecil itu langsung tertawa semringah. Seperti biasa Tasya pasti akan memanfaatkan peluang ini untuk membeli makanan yang disukainya.

Setelah perlengkapan yang Tasya butuhkan masuk ke dalam keranjang, anak itu berjalan ke arah rak makanan. Arya hanya menunggunya sambil mengantri di kasir. Tasya mengambil beberapa jenis makanan ringan dan minuman hingga dia kesulitan membawanya.

Gedebug!

Tiba-tiba Tasya menabrak seseorang yang sedang berdiri membelakanginya. Dia jatuh dan semua makanan serta minuman yang dibawanya berserakan. Arya segera berjalan cepat untuk membangunkan Tasya.

"Maaf, Tasya gak sengaja nabrak. Loh, Bu Raline?"

Ternyata Tasya mengenal perempuan yang bertabrakan dengannya. Raline langsung membangunkan Tasya dan memeriksa kaki serta tangannya.

"Tasya, apa ada yang sakit? Maaf, Ibu juga tadi ngelamun. Ibu bantu ya, Tasya?" kata perempuan itu. Dia pun memasukkan semua makanan yang berserakan ke dalam keranjang kosong yang dibawanya.

"Tasya gak apa-apa, Bu," sahut gadis kecil itu. "Papa, ini ibu guru Tasya di sekolah. Namanya Bu Raline." Tasya mengenalkan gurunya saat melihat Arya sudah ada di dekatnya.

Arya bergeming sambil merasakan jantungnya yang berdebar kencang saat kedua netranya memandang Raline. Matanya yang berwarna cokelat dan tahi lalat yang ada di dagu sebelah kanan perempuan itu sangat menarik perhatiannya. Wajahnya seperti tidak asing bagi Arya. Raline hanya tersenyum sambil menganggukkan kepalanya.

"Papa, kok bengong sih?" suara Tasya membuyarkan pikiran Arya.

"Oh, ya. Maaf, Bu Raline. Saya Arya, papanya Tasya," ucapnya sedikit gugup sambil menangkupkan kedua tangan di depan dada.

"Raline. Nama yang cantik, secantik wajah pemiliknya. Ah, apa-apaan aku ini! Tidak mungkin aku akan jatuh cinta, apalagi cinta pada pandangan pertama. Sepertinya lambungku sedang bermasalah hingga membuat jantungku terus berdebar kencang hari ini setelah minum kopi," ujar Arya dalam hati.

Setelah itu Arya dan Tasya berpamitan pada Raline. Dia buru-buru berjalan menuju ke kasir dan membayar semua barang yang diambil oleh Tasya.

"Pa, Papa kenapa gugup? Karena Bu Raline cantik ya?"

***

Tersedia dalam bentuk ebook di Playstore dan cetak. WA 0896-6096-4169

Baca juga seri lainnya:

SERI 1: DINIKAHI LELAKI MISTERIUS (PELANGI CINTA KHARISMA) Tamat

SERI 3: SKANDAL DENGAN MANTAN (Tamat)

TERJERAT CINTA DOKTER DUDANơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ