14. Ekspresi Tasya

97 0 0
                                    

"Pernikahan ini bukan untuk bersenda gurau. Aku harap kita akan bersama selamanya."

- Arya Herlambang -

Arya terus memandangi cincin yang tadi disematkan oleh Raline di jari manis kanannya. Tidak ada kesan romantis karena sepertinya Raline terpaksa melakukan itu, tetapi dia sangat suka dengan ekspresi wajahnya yang terlihat merona sambil cemberut. Lucu sekali menurutnya. Arya sengaja meminta Raline untuk memakai cincin pernikahan agar orang lain tahu bahwa mereka sudah menikah, apalagi bila seandainya nanti bertemu Imelda atau Ivan.

Kini Arya sedang duduk di mobil menunggu Raline mengambil barang-barangnya. Hari ini juga ibu guru itu akan mulai tinggal bersama Arya sehingga tidak perlu lagi bertetangga dengan sahabat yang telah mengkhianatinya. Ketika melihat Raline keluar dari pintu gerbang rumah kosnya, Arya segera keluar untuk membantu membawa barang.

"Masih ada lagi gak?" tanya Arya sambil membuka pintu bagasi. Dia memasukkan satu tas besar yang sepertinya berisi pakaian dan satu tas ransel yang tampak menggembung.

"Hmm, ini baru sebagian. Sisanya biar aja disimpan di sini," jawab Raline sambil menunduk seperti tidak ingin menatap mata Arya.

"Loh kenapa? Ini masih luas, masih banyak ruang kok." Arya merasa heran.

"Aku baru bayar kos bulan lalu dan masih ada jatah buat lima bulan ke depan. Siapa tahu nanti, hmm ...."

Arya menunggu Raline melanjutkan ucapannya, tetapi dia masih terus menunduk. Beberapa detik dia menunggu hingga merasa penasaran, ada apa di bawah sana yang lebih menarik perhatian Raline dibandingkan dengannya. Kaki gadis itu bergerak-gerak seolah menyingkirkan batu-batu kecil di sekitarnya.

Arya mulai tidak sabar, lalu bertanya, "Siapa tahu nanti apa?"

"Hmm, siapa tahu nanti ... aku balik lagi tinggal di sini!" jawab Raline dengan hati-hati.

Arya mengerutkan dahinya, dia sedikit terkejut mendengar jawaban istri barunya. "Pernikahan ini bukan untuk bersenda gurau. Aku harap kita akan bersama selamanya. Jadi, sebaiknya barang-barang kamu dibawa semua! Ayo, aku bantu berkemas lagi!" ajak Arya dengan tegas sambil menarik tangan Raline.

"Laki-laki gak boleh masuk, Kak!"

"Ya udah aku mau izin dulu sama penjaganya, kalau perlu aku tunjukkin buku nikah kita yang masih fresh."

Tanpa berlama-lama, Arya mendatangi pos penjaga untuk meminta izin. Setelah mendapat izin, dia masuk ke kamar Raline yang tampak rapi. Gadis itu membuka lemarinya dan mulai mengemas sisa pakaian yang masih ada di dalamnya.

Arya melihat sudah ada dua tumpuk kardus di sudut kamar itu yang ternyata juga berisi barang milik Raline.

"Yang ini juga 'kan?" tanyanya. Raline hanya mengangguk. Kemudian Arya membawa kardus-kardus itu ke dalam mobil. Semua barang milik Raline telah masuk, mereka segera pergi dari rumah kos itu.

Setelah sekitar setengah jam perjalanan tanpa ada obrolan di mobil, mereka pun sampai di rumah.

"Papa ...," teriak Tasya saat melihat Arya mendorong pintu gerbang rumahnya. Gadis kecil itu langsung memeluk Arya. Dia tahu pasti putrinya sedang menginginkan sesuatu jika bertingkah seperti ini.

"Pa, tadi Bu Raline gak ngajar lagi. Sore ini kita tengok ke rumah kosnya, yuk! Siapa tahu Bu Raline sakit, jadi mobilnya jangan dulu masuk garasi ya, Pa. Please!" pinta Tasya dengan manja.

Raline yang masih berada di dalam mobil hanya tertawa mendengar ajakan Tasya. Dia sengaja belum keluar karena Arya bilang dia ingin memberikan kejutan pada putrinya itu.

"Kalau Bu Raline kita ajak tinggal di sini aja gimana, Sayang?"

"Wah, Tasya sih bakal seneng banget, Pa! Tasya jadi ada teman menggambar bareng, mau minta kepangin rambut, main masak-masakan, camping di halaman belakang, pokoknya banyak deh!" jawab Tasya dengan antusias.

Arya tersenyum sambil mengusap kepala Tasya lalu memintanya menunggu sebentar. Dia berjalan ke arah mobilnya dan membukakan pintu untuk Raline. Jantung gadis itu kembali berpacu dengan kencang melihat Arya ada di dekatnya dengan tersenyum manis.

Ketika melihat Raline keluar, Tasya membelalakkan mata dengan mulut yang terbuka karena tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Raline berjalan menghampiri Tasya sedangkan Arya memasukkan mobilnya ke garasi.

"Assalamu'alaikum, Tasya," sapa Raline.

"Wa-wa'alaikumussalam, Bu Raline," sahut Tasya tergagap.

Mayang yang baru saja keluar menyambut kedatangan menantunya dengan hangat.

"Raline ...," panggil Mayang sambil berjalan dan langsung memeluk Raline. "Selamat ya, Ibu senang kamu datang dan mau tinggal di sini."

"Oma, kok Oma manggil namanya gak pake Bu sih? 'Kan gak sopan, itu ibu guru Tasya. Oma masa lupa!" ucap Tasya yang masih tidak mengerti.

Tasya dibuat semakin penasaran karena tidak ada seorang pun yang menanggapinya. Arya menurunkan barang-barang dan Mayang membawa Raline masuk ke dalam rumah. Tasya mengikuti mereka di belakang dengan wajah cemberut penuh tanya.

"Pa, ini tuh lagi nge-prank ya? Rumah Oma ini 'kan bukan tempat kos, kenapa tiba-tiba Bu Raline boleh tinggal di sini?"

"Prank itu apa? Tasya dengar dari mana?" tanya Arya heran.

"Itu loh yang bercanda ngerjain orang, ini semuanya bercanda doang 'kan?"

Arya mengalihkan pandangannya pada Mayang, dia heran bagaimana bisa Tasya mengetahui istilah prank karena dia sangat membatasi putrinya menonton atau membaca hal-hal yang dirasa kurang pantas. Namun, Mayang hanya mengedikkan kedua bahunya. Tasya tertawa memaksa sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Tasya tahu dari Mbak Susi, asisten Oma di butik," jawabnya pelan.

Arya hanya mengacak-ngacak rambut putrinya dengan gemas lalu berjalan mendekati Raline. Kemudian dia menggenggam tangan Raline dan mengangkatnya sedikit.

"Kalau Papa pegang tangan Bu Raline kayak gini artinya apa?"

Raline menghirup napas dalam-dalam untuk menahan laju jantungnya yang terasa semakin cepat. Dia sempat ingin menarik kembali tangannya, tetapi Arya malah menautkan jemari mereka.

"Tasya gak ngerti, Pa!"

"Papa dan Bu Raline udah nikah, Sayang. Bu Raline itu istri Papa, artinya sekarang dia adalah mamanya Tasya dan boleh tinggal di sini."

"Horeeeeee ... Tasya punya mama baru!" ujar Tasya dengan semringah sambil berlari untuk memeluk Raline.

Raline membentangkan tangannya untuk berpelukan dengan Tasya.

"Kalau kita lagi di rumah, kira-kira enaknya Bu Raline dipanggil apa ya?" tanya Raline seraya melonggarkan pelukannya.

Tasya tampak berpikir. "Boleh Tasya panggil Bunda? Teman-teman banyak yang manggil ibunya dengan sebutan bunda."

"Boleh, dong. Mulai hari ini Bu Raline jadi bunda Tasya ya."

Arya dan Mayang merasa bahagia melihat ekspresi Tasya yang mau menerima Raline sebagai ibu sambungnya. Tidak lama kemudian, ponsel Arya berdering. Dia segera mengeluarkan ponselnya dan melihat nama yang muncul pada layarnya. Arya menolak panggilan itu karena tidak ingin ada yang merusak momen bahagianya saat ini. Kemudian muncul sebuah notifikasi pesan dari nomor yang sama.

"Arya, tolong jangan menghindar! Aku gak akan membiarkan kamu jadi milik Gadis Panti itu!"

***


Cerita ini sudah tamat di KBM dan Dreame/Innovel. Tersedia juga dalam bentuk pdf.

PROMO PDF 100.000 DAPAT 3!

- DINIKAHI LELAKI MISTERIUS

- ASMARA DOKTER DUDA TAMPAN

- SKANDAL DENGAN MANTAN

WA 0896-6096-4169

TERJERAT CINTA DOKTER DUDAWhere stories live. Discover now