4. Dikhianati

86 2 0
                                    


"Hoek ... hoek ...."

Raline seperti mendengar suara seseorang yang sedang muntah. Suara itu terus terdengar dan membuatnya penasaran. Setelah diperhatikan, sepertinya itu berasal dari kamar Lita yang ada di sebelah kamarnya. Raline keluar dan mengetuk pintu kamar Lita beberapa kali.

"Lita, kamu sakit? Bisa buka pintunya?" ucap gadis itu sambil mengetuk pintu.

Tak lama, Lita membuka pintu kamarnya. Wajahnya tampak pucat dengan rambut yang agak berantakan. Belum sempat Lita berbicara, dia kembali berlari menuju kamar mandi.

"Hoek ...." Dia kembali muntah dan hanya cairan yang keluar. Raline menemani Lita di kamar mandi sambil memijat tengkuknya. Tanpa sengaja dia melihat ada sebuah benda kecil berbentuk pipih dan panjang di atas kloset duduk. Raline memegang benda itu dengan tangan gemetar sambil membelalakkan matanya.

"Lita hamil?!" pikirnya.

Raline merasa ini pasti ada kesalahan. Bagaimana mungkin Lita hamil sedangkan dia belum menikah. Gadis itu mencoba untuk tenang dan kembali membantu sahabatnya. Setelah Lita sudah tidak ingin muntah, Raline memapahnya keluar dari kamar mandi. Kemudian dia memberikan segelas air putih hangat agar perut Lita merasa lebih baik.

"Kamu sakit, Ta?" tanyanya.

"Cuma masuk angin aja kayaknya, Lin," jawab Lita sedikit gugup.

Raline berusaha untuk tidak memercayai apa yang dilihatnya tadi, tapi rasanya juga tidak mungkin itu hasil test pack orang lain karena setiap kamar kos ini mempunyai kamar mandi masing-masing.

"Tadinya setelah pulang ngajar nanti, aku mau minta antar ke percetakan untuk lihat contoh undangan, Ta. Tapi, sebaiknya kamu istirahat aja!" Raline mengusap punggung Lita dengan lembut.

"Kamu jadi nikah sama Ivan?" tanya Lita.

"Iya. Rencananya besok dia yang mau ngurus pendaftarannya ke KUA. Sekarang apa ada yang bisa dibantu sebelum aku berangkat?"

"Hmm, makasih, Raline. Aku mau istirahat aja." Wajah Lita tampak pucat dan sedih. Sebenarnya Raline tidak tega meninggalkannya sendiri di kamar, karena penghuni kos lain juga sudah pergi bekerja.

"Baiklah. Aku pergi dulu ya, kalau kamu butuh sesuatu nanti telepon aku aja!" ucap Raline seraya beranjak dari duduknya.

Setelah memastikan Lita beristirahat, Raline keluar dari kamar itu dan pergi ke sekolah untuk mengajar. Sepanjang perjalanan dia masih terus memikirkan test pack yang ada di kamar mandi Lita. Rasanya dia benar-benar tidak bisa percaya jika sahabatnya itu hamil, apalagi hamil di luar nikah.

Lita merupakan sahabat terdekat Raline. Dulu mereka kuliah di perguruan tinggi yang sama, tapi berbeda jurusan. Raline mengambil jurusan PGSD, sedangkan Lita mengambil jurusan Akuntansi. Saat di kampus, mereka hanya sekedar kenal nama saja karena pernah satu kali mengikuti kegiatan kampus secara bersamaan. Keduanya mulai kenal dekat dan bersahabat sekitar beberapa tahun belakangan ini setelah Lita pindah ke kamar kos di sebelah kamar Raline. Baginya, Lita itu adalah sahabat yang baik. Mereka sering berdiskusi dan melakukan banyak hal bersama.

***

Setelah pulang mengajar, rencana Raline untuk pergi ke percetakan terpaksa dibatalkan. Gadis itu menghubungi Ivan, lelaki yang menjadi calon suaminya, untuk bertemu di sebuah kedai kopi. Ivan adalah satu-satunya lelaki yang dekat dengan Raline karena dia sangat membatasi diri untuk bergaul dengan lawan jenis. Mereka pun sudah saling mengenal sejak zaman kuliah dan awalnya hanya berteman saja. Setelah lama tidak bertemu, tiba-tiba Ivan kembali hadir dan meminta Raline untuk menjadi pacarnya. Namun, gadis itu menolak karena tidak mau berpacaran. Oleh karena itu, Ivan mengajak Raline untuk menikah dengannya.

TERJERAT CINTA DOKTER DUDAWhere stories live. Discover now