13. Istri Dokter Arya

86 0 0
                                    


"Aku tidak tahan dengan debaran jantungku. Rasanya ingin memeriksakan diri ke dokter jantung terdekat, tapi sayangnya dokter jantung terdekat itu adalah suamiku!"

- Raline Anjani -

Raline telah mengambil keputusan penting dalam hidupnya walaupun dia tahu itu sangatlah berisiko. Hati kecilnya memilih untuk mau menerima ajakan menikah dengan Arya. Gadis itu tahu bahwa Arya tidak mencintainya, begitu juga dengan dirinya yang tidak mencintai dokter itu. Namun, entah cinta itu akan hadir atau tidak di antara mereka, yang pasti dia harus bersiap untuk patah hati lagi sebelum memutuskan untuk belajar mencintainya.

Raline tidak menyangka dengan semua yang terjadi begitu cepat. Kini Arya dan Mayang telah berada di panti untuk bertemu dengan orang tua angkatnya. Padahal baru kemarin Arya datang ke sini untuk pertama kalinya.

"Terima kasih, Nak Arya dan Bu Mayang yang telah berkenan datang ke sini Sebenarnya saya sedikit terkejut karena ini sangat mendadak, tapi saya sangat menghargai keseriusan Nak Arya. Saya sebagai bapak angkatnya harus menceritakan bagaimana latar belakang Raline bisa ada di sini agar tidak ada hal yang ditutup-tutupi tentangnya," ujar Dani membuka pembicaraan.

Raline sendiri sudah berkali-kali mendengar cerita langsung dari Dani dan Atikah tentang masa lalunya. Dia bertemu dengan Dani untuk pertama kalinya pada tanggal 25 April 1992. Tanggal itu dianggap menjadi hari ulang tahunnya yang keempat karena Raline sendiri belum tahu berapa usianya saat itu. Dia hanya ingat kalau nama depannya adalah Raline.

Dani bertemu dengan Raline di salah satu stasiun di Jakarta. Ketika itu dia baru pulang dari Yogyakarta dan menemukan gadis kecil itu sedang menangis di peron seorang diri. Raline terpisah dari keluarganya saat mereka akan pergi ke rumah kakek neneknya. Dani sempat membantu Raline mencari keluarganya di stasiun, tetapi sayangnya mereka gagal. Oleh karena itu, Dani membawa Raline ke rumahnya yang sekarang menjadi panti asuhan.

Sejak saat itu Raline menjadi anak angkat Dani dan Atikah. Mereka memperlakukan gadis kecil itu dengan baik dan menganggapnya seperti anak kandung mereka. Beberapa kali ada pasangan yang ingin mengadopsi Raline, tetapi dia menolak. Raline ingin tetap berada di panti dan berharap suatu hari nanti mungkin bisa bertemu dengan orang tua kandungnya.

Raline beruntung mendapatkan kesempatan untuk mengenyam pendidikan tinggi dengan bantuan dari para donatur panti itu. Dia juga mendapatkan beasiswa di perguruan tinggi hingga lulus sarjana. Gadis itu sangat senang dengan anak-anak karena dia merasa mereka selalu bersikap tulus padanya. Oleh karena itulah, Raline memilih profesi sebagai guru sekolah dasar.

Memiliki status sebagai anak panti memang tidak mudah, sering kali dia dipandang sebelah mata bahkan dihina oleh teman-teman sekolahnya. Raline pernah berada di posisi terendah dalam hidupnya, yaitu ketika masa SMA. Ya, masa SMA adalah masa ketika dirinya pertama kali bertemu dengan Arya dan juga Imelda yang menyebabkan siswa satu sekolah menjulukinya sebagai Anjani si Gadis Panti. Setelah dia lulus, keadaannya semakin membaik dan perlahan kepercayaan dirinya mulai bangkit.

Arya tampak serius menyimak cerita dari Dani. Begitu juga Mayang yang sesekali menatap Raline sambil tersenyum. Mereka memang sudah cukup akrab karena sering bertemu saat di sekolah.

"Jadi, apa Nak Arya tetap ingin melanjutkan ke arah yang lebih serius?" tanya Dani setelah selesai menutup ceritanya.

Arya beralih menatap ibunya, kemudian kembali menatap Dani.

"Insya Allah, saya tetap pada keputusan saya, Pak. Saya harap Ibu, Pak Dani, dan Bu Atikah merestui kami untuk menikah secepatnya," jawab Arya dengan mantap. Raline tidak ingin banyak berkomentar karena seperti biasa Arya yang lebih sering mengambil keputusan.

***

Arya memutuskan untuk menyerahkan urusan pendaftaran pernikahan mereka pada orang lain. Selama sepekan belakangan ini dia selalu sibuk dan jadwal praktiknya bertambah karena ada rekan kerjanya yang cuti. Dia tetap bersikeras untuk tidak mau menunda-nunda pernikahan karena tidak ingin terkena fitnah nantinya. Raline mengerti dengan keputusan itu mengingat semua hal yang melatarbelakangi pernikahan mereka. Oleh karena itu, mereka memutuskan untuk mengadakan akad nikah di KUA, sedangkan resepsi pernikahannya belum mereka bicarakan.

Detak jantung Raline terasa sangat cepat sejak mereka sampai di sini. Baru saja dia mendengar Arya melafalkan kabul dengan lancar di depan penghulu dan wali hakim. Dani menjadi saksi dari pihak Raline sedangkan Arya mengajak pamannya untuk menjadi saksi.

Sebenarnya ada rasa sedih dalam hati Raline karena pernikahan ini tidak diselenggarakan seperti pernikahan pada umumnya. Dia mengenakan gaun yang cantik dan sederhana pemberian Mayang. Tidak ada polesan make-up tebal, prasmanan, upacara adat, dan bahkan tamu undangan. Namun, Raline sempat kaget saat tahu Arya memberikan sepuluh koin dinar sebagai mahar untuknya.

"Selamat ya, Raline dan Nak Arya. Sekarang kalian sudah sah menjadi suami istri. Bapak doakan pernikahan kalian sakinah, mawadah, warahmah. Bapak titipkan Raline pada Nak Arya, tolong sayangi dia dan jaga dia baik-baik ya!" Begitu pesan Dani yang membuat Raline ingin menangis terharu, tetapi dia mencoba untuk menahannya.

"Terima kasih, Pak. Insya Allah saya akan berusaha menjadi suami yang baik untuk Raline," jawab Arya.

Mayang dan Atikah tidak ikut hadir di KUA. Mayang harus menjaga Tasya, sedangkan Atikah juga ada urusan di panti. Setelah semuanya selesai, paman Arya dan Dani berangkat dengan kendaraan mereka masing-masing. Sedangkan Raline ikut pulang bersama Arya yang telah resmi menjadi suaminya.

"Raline," panggil Arya saat mereka sudah berada di mobil. Gadis itu menoleh padanya. Lalu Arya mengeluarkan sesuatu dari dalam tas, sebuah kotak berwarna merah seperti kotak perhiasan.

"Apa itu?" tanya Raline penasaran.

Arya membuka kotak merah itu. Isinya sepasang cincin berwarna silver yang berkilau indah.

"Kita pakai ini ya! Satu untukmu dan satu untukku." Arya menarik tangan kanan Raline, lalu mengambil satu cincin yang ukurannya lebih kecil dengan hiasan yang terlihat lebih cantik. Dia memakaikan cincin itu di jari manisnya secara perlahan.

"Pas! Apa kamu suka?" tanya Arya sambil tersenyum yang entah kenapa senyumnya tampak lebih manis dari sebelumnya. Raline hanya mengangguk karena khawatir suaranya akan bergetar saat sedang gugup seperti sekarang ini.

Kemudian Arya mengeluarkan satu cincin lagi yang akan dipakai olehnya. Cincin itu tampak lebih besar dan sederhana.

"Mau kamu atau aku yang pasang?" tanyanya lagi.

"Hmm, bukannya lelaki itu haram memakai emas?" Raline tampak ragu.

"Ini bukan terbuat dari emas, tapi platinum. Aku sengaja pesan cincin ini untuk kita, makanya minggu lalu lalu aku minta kamu mengukur lingkar jari manis kamu."

Raline memang sempat merasa heran kenapa Arya tiba-tiba menelepon untuk memintanya segera mengukur jari manisnya. Dia kira, Arya akan menyiapkan cincin untuk dijadikan mahar, tetapi ternyata bukan.

"Kamu maunya dipakaikan atau pakai sendiri?" kata Raline balik bertanya.

"Dipakaikan dong, biar kita seri lagi! Kamu 'kan udah resmi jadi istri Dokter Arya, kamu udah boleh kok pegang tanganku."

Lagi-lagi senyum Arya itu terlihat sangat manis di mata Raline. Dia curiga kalau lelaki yang sudah resmi menjadi suaminya itu telah meminum sebotol madu tadi pagi. Kemudian Raline segera menyambar cincin yang dipegang oleh Arya.

"Mau sampai kapan sih seri-serian gitu? Sini tangan kamu!" Raline langsung memakaikan cincin itu di jari Arya dengan cepat dan tidak berani menatap matanya.

"Aku tidak tahan dengan debaran jantungku. Rasanya ingin memeriksakan diri ke dokter jantung terdekat, tapi sayangnya dokter jantung terdekat itu adalah suamiku!" ucap Raline dalam hati.

***

TERJERAT CINTA DOKTER DUDAWhere stories live. Discover now