12: a dad and a son

634 135 5
                                    

salah satu cara mengapresiasi bacaan gratis ini dengan menekan bintang di pojok kiri bawah karena aku menulis ini dengan sepenuh hati seperti malika yang dirawat seperti anak sendiri ♡

❬ ⸙: ✰❛ finding mommy; ❀❜ ❭

Yasa,

Kalau kamu baca ini, berarti Sebastian mendidik kamu dengan baik.

Berapa umur kamu sekarang?

Udah makan? Udah bisa makan sendiri belum?

Yasa...

Maaf, maaf untuk nggak bisa jadi ibu yang baik. Maaf untuk nggak bisa ada di dekat kamu. Maaf, untuk nggak bisa nemenin kamu di hari pertama masuk sekolah. Maaf, udah membuat kamu terluka karena nggak punya ibu seperti anak yang lainnya.

Maaf. Dan tolong, hidup dengan baik, jangan pernah cari tahu tentang mami, soon you will find a woman you call mom, soon your daddy will find a woman who will always hug you. But that woman is not me.

Hope you doing well, and have a good life.

Sincerely, your mom
Jane Selena

"10 years, mom."

Suara lirih itu sampai di telinga Sebastian, laki-laki itu mengulas senyum getir, kue ulang tahun itu tidak lagi terasa manis ketika ia dihadapkan dengan kenyataan pahit. Yasa memilih membaca suratnya siang ini, surat yang Sebastian baca berulang kali hanya untuk merasakan dadanya disengat jutaan volt listrik.

Laki-laki itu kini berjalan mendekat ke arah putranya yang kini mengusap air matanya. Ditaruhnya sepotong kue ulang tahun yang sebelumnya sudah disimpam selama kurang lebih 12 jam di lemari pendingin.

"Don't cry."

"I'm not."

"Mau ke rumah Om Chandra nggak?"

"Ngapain?"

"Siapa tahu kamu mau ngapelin Khansa."

"Dad..."

"Oke, sana mandi. Lima belas menit lagi kita berangkat."

Yasa menghela napasnya, tapi bocah itu juga tak menolak perintah ayahnya. Dia berjalan menuju jemuran untuk mrngambil handuknya. Sebastian membiarkan tubuhnya rebah di sofa, berpikir tentang harapan anak itu tadi malam, yang dipatahkan saat ia membaca surat dari ibunya.

Harapan agar dia kembali.

❬ ⸙: ✰❛ finding mommy; ❀❜ ❭

"Weyy cil, mau ngapain? Ngapel ya?"

Suara besar Chandra menyapa indra pendengaran Yasa ketika anak itu sibuk bermain dengan kukunya. Dilihatnya Khansa berada di gendongan ayahnya itu sambil mengemut jarinya, bener-bener anak gabut banget.

"Tuh, pacar kamu."

Sebastian menyenggol siku Yasa dan membuat anak itu memberinya tatapan tidak suka. Alisnya menukik tajam, sebentar lagi mungkin bisa menyatu kalau Sebastian terus menggodanya.

"Apa sih."

Yasa mendecak sebal, cuma menghela napas saat Om Chandra menurunkan Khansa dari gendongan dan anak kecil itu kini berdiri di depannya. Dua bola mata besarnya menyebalkan, setidaknya itu opini Yasa saat mata mereka bertemu.

Finding Mommy - Hunsoo ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang