Bab 1

2.3K 125 31
                                    


PROLOG

"OI, CEWEK JELEK!"

Kali ini gadis itu membuang keraguannya. Suara itu milik orang yang begitu dia kenal dalam beberapa hari ini.

Berani-beraninya! Gerutunya kesal, ingin mengumpat di detik itu juga. Namun sayang, tenggorokannya tercekat begitu ia menoleh ke belakang.

"Sial!" Desisnya, matanya melotot melihat buku hariannya di tangan cowok belagu yang berdiri tidak begitu jauh darinya itu—yang hanya beberapa meter. "Dari mana lo dapat Diary gue?" tanyanya jengah, seraya mengambil langkah cepat mendekati cowok itu.

Dia ingin merebut buku hariannya.

"Dari langit jatuh ke bumi." sahut cowok itu asal-asalan sambil memainkan buku gadis itu yang diangkat sejajar dengan wajahnya. "Jadi lo suka sama anak Kepala Sekolah, kita?" tanyanya dengan wajah meledek sebelum gadis itu benar-benar mendekat.

Dia semakin jengah mendengar pertanyaan dari mulut cowok itu dan semakin mempercepat langkahnya. Namun ketika tangan gadis itu hampir meraih buku hariannya, cowok itu menarik tangannya tinggi ke atas langit.

BRUK!

Tubuh mereka menempel.

Hmmmp??!

-------------------------------------------------

Cerita ini dimulai dari ruang guru, di musim kemarau, di hari Rabu yang terik. SMA Garuda, kelas IPA.

-------------------------------------------------

1. Cowok yang Menjengkelkan

TAK jauh berbeda, auranya pun sama menurut gadis remaja berkacamata minus setengah ini. Ia merasa seperti berada di dalam angkot—angkutan kota. Penuh, sempit, dan duduk di antara dua orang gemuk yang nyaris menjepitnya saat ia berhadapan dengan wali kelasnya di ruang guru.

Ini bukan karena wali kelasnya terlihat mengerikan, juga bukan karena wanita yang kini berada di depannya itu galak. Bahkan wanita itu terlihat cantik juga baik hati hingga beberapa hari sebelum hari ini. Namun karena ia merasa lelah berurusan dengan wanita itu untuk kesekian kalinya.

"Apa salah satu orang tuamu sudah datang, Emilia?" ucap Bu Ratna langsung, begitu melihat gadis berkacamata tersebut sudah berada di depannya.

Ya, namanya Emilia. Emilia Folan. Gadis berusia 16 tahun berwajah Indo-Arab ini duduk di kelas sebelas di SMA Garuda, sebuah sekolah swasta yang terkenal di Indonesia dengan gedung dan seragamnya. Emilia tidak bangga mengatakan bahwa dia adalah seorang siswa yang duduk di kelas IPA, IPA-3, disayangkan. 

Dia punya segudang masalah di sekolah. Datang terlambat setiap pagi menjadi rutinitasnya sehari-hari—kecuali pada pelajaran seni dan bahasa. Terkadang dia juga suka bertengkar dengan anak laki-laki karena masalah sepele, bahkan pernah masuk ke ruang BK gara-gara hal tersebut.

Bukankah anak perempuan tidak boleh berkelahi dengan lawan jenis? Namun hal itu justru menjadi tantangan baginya.

Emilia juga selalu menyontek jika ada latihan mendadak di kelas. Parahnya, Emilia selalu mengerjakan PR mata pelajaran lain di jam pelajaran, dan dia ketahuan. Tak hanya itu, Emilia juga tidak pernah lagi memakai atribut sekolah dengan baik dan benar, sehingga ia selalu mendapat hukuman. Membersihkan toilet, menyiram bunga di halaman sekolah, dan—atau meninggalkan kelas adalah hukuman yang sering ia terima.

Tapi anehnya, Emilia tak pernah kapok meski telah dihukum, sampai-sampai ia disuruh berdiri di halaman sekolah sambil memberi hormat pada tiang bendera. Sebab itu Bu Ratna ingin bertemu dengan salah satu orangtua Emilia sore ini—dengan harapan Emilia bisa memperbaiki prilakunya di sekolah.

DELUVIEWhere stories live. Discover now