Bab 33

377 30 9
                                    

33. KENCAN?!

USAI kelas bubar, Bella dan Mita menghampiri Emilia di kelasnya. Mereka mengajak Emilia duduk di salah satu meja kayu panjang di bawah pohon halaman sekolah. Emilia menatap keduanya dengan wajah penasaran-meminta penjelasan kenapa dia dibawa ke sini.

"Lo nggak nyontek kan," tanya Mita kemudian, tanpa mengucapkan kata selamat kepada Emilia. "Kayak yang mereka bilang?"

Oh, ternyata mereka ingin tahu kebenarannya dari mulut Emilia sendiri.

"Lo mikirnya gimana?" tanya Emilia balik.

"Gue nggak yakin sih, kalau lo nyontek."

"Tapi?" potong Emilia, membuat Mita terkesiap. "Itu kan, yang mau lo bilang."

Mita mengangguk dan wajahnya tampak bersalah.

Emilia kemudian menghela nafas sebelum akhirnya menjelaskan kepada mereka mengapa nilai ujiannya begitu bagus. Tapi Bella malah merasa aneh mendengar penjelasannya-karena mengingat pernyataan Emilia yang pernah ia ucapkan sebelumnya.

"Bukannya niat lo dari awal masuk ke kelas IPA, cuma bikin keseruan aja?" Timpal Bella, seraya mengernyitkan dahi. "Lo mana pernah mau belajar."

Emilia terdiam sejenak. Ya, memang. Karena sewaktu itu dia belum jatuh cinta. "Ya udah, kalau kalian nggak percaya." serunya agak kecewa.

Mereka tidak sama seperti Bara. Ah! Di saat seperti ini Emilia malah sempat-sempatnya mengingat cowok itu. Tapi sejauh ini dan sepengetahuannya, hanya Bara yang percaya padanya.

"Sejak kapan?" seru Mita, raut wajahnya agak berbeda dengan Bella.

"Apanya?"

"Belajarnya."

Seandainya mereka bukanlah teman, Emilia tentu tidak akan mau menceritakan apapun. Namun satu hal yang tidak boleh Emilia beritahu, bahwa hampir setiap hari dia belajar dengan Bara. Jika Emilia mengatakan itu, sama saja dengan mencekik dirinya sendiri.

"Sejak gue mulai jarang nongkrong bareng kalian."

Mita dan Bella, keduanya saling melirik satu sama lain. Sejak naik ke kelas dua belas, mereka memang menyadari Emilia jarang sekali berkumpul bersama mereka, hanya beberapa kali seperti sekarang.

"Lagian.." Emilia melanjutkan. "..siapa sih, yang bisa gue sontek di kelas itu? Yuni? Otaknya juga pas-pasan, nggak kayak kalian. Di kelas gue juga pada banyak yang sok pinter-ketimbang pinter beneran."

"Jadi sekarang, lo udah pinter beneran?" Timpal Bella tak percaya, melihat teman di depannya ini sudah bisa bicara seperti itu.

"Ya, nggak gitu juga.." seru Emilia merendah hati, seraya menggaruk tengkuknya serba salah. "..kan ceritanya gue lagi ngejelasin ke kalian, kenapa gue nggak nyontek di kelas."

Bella menarik bibir dengan alis terangkat. Iya juga, sih. serunya dalam hati.

"Oke, gue percaya kalau lo nggak nyontek," sahut Mita kemudian. "Kita cuma mastiin aja, dan kayaknya lo udah banyak berubah."

"Mau nggak mau, kan? Soalnya kalian nggak ada di kelas gue."

Bella menaikkan alisnya, sementara Mita mengerucutkan bibir. Keduanya mengangguk-ngangguk mengerti-menerima penjelasan Emilia. Mungkin sudah waktunya juga Emilia serius belajar agar bisa lulus dengan baik.

"Ya, kami ngerti. Gue harap lo bisa pertahanin perubahan lo ini." tutur Mita penuh harap.

Sejenak Emilia menghela nafas-lega karena dua temannya ini sudah mengerti dan menerima alasannya, bersamaan dengan datangnya getaran ponsel yang ada di saku seragamnya. Pesan dari Bara, via SMS.

DELUVIEWhere stories live. Discover now