Bab 14

325 32 5
                                    

14. SIAL!

"SEJAK kapan sih, lo jadi begok? Taruhan cuma lihatin hasil raportnya dia yang naik kelas apa enggak. Dia itu temannya Bella dan Mita. Mereka pasti bantuin dia lah buat belajar. Lagian Pak Pras mana sudi, ngebiarin ada anak kelas IPA yang nggak naik kelas di tahun ini. Secara, lo udah bikin harum nama SMA ini atas otak, otot, dan tampang lo ini. Kalau kayak gini caranya, anak-anak udah pasti nganggep lo, jadian sama dia. Dan itu pasti bakal viral lagi."

Sekumpulan kalimat Noel yang pahit-manis itu masih menumpuk di telinga Bara hingga latihan basket selesai. Bara benar-benar lupa, kalau Emilia berteman dengan Bella, cewek yang semua orang tahu, kalau Bella pintar dan jago dalam memberikan penjelasan pelajaran kepada temannya yang tidak mengerti. Padahal sebelum mereka taruhan, Bara memohon kepada Bella dan Mita untuk meninggalkannya berdua dengan Emilia di kantin sekolah waktu itu.

Dan tentang Pak Pras yang tidak sudi membiarkan ada anak kelas IPA yang tidak naik kelas karena perwakilannya yang telah mengharumkan nama baik SMA Garuda, tak terlintas sedikitpun dipikiran Bara. Dia hanya fokus dengan sikap jelek Emilia di sekolah.

Sekarang, cowok berwajah kaku itu sedang berdiri di sisi tempat duduk penonton. Tas olahraga sudah menggantung di pundaknya, tapi matanya diam-diam masih memperhatikan Emilia yang tengah bersiap-siap yang tak jauh dari posisinya.

"Ah, sial!" gerutu Bara pada akhirnya, memalingkan pandangan. "Reputasi gue bisa rusak full-kalau kayak gini!"

Sementara Emilia, sekarang menatap Bara yang kembali memandangnya dengan intens setelah Emilia membereskan isi tas olahraganya.

Sekarang apalagi yang lo mau? gumam Bara dalam hati, sambil menantang tatapan Emilia. Seolah mereka berdua sedang bicara lewat pandangan. Emilia mengangkat kedua alisnya dengan bibir agak menyimpul, tangannya bergerak menyentuh perutnya dengan santai, dan dengan tak tahu malu.

Gue lapar!

Bara menghela nafas pendek dengan mulut ternganga.

"No, ikut gue!" perintah Bara tiba-tiba, tanpa menoleh pada Noel yang sedang memasang tali sepatu sambil jongkok di belakangnya.

"Ke mana?"

"Makan," jawab Bara datar, membuat Emilia tersenyum lebar mendengarnya.

"Di mana?" tanya Noel, mulai berdiri lurus, menatap bagian belakang rambut Bara, karena sedari tadi, posisi temannya itu tidak berubah.

"Di tempat yang dia pengen."

Noel menukikkan salah satu alismatanya dan mengalihkan tatapannya ke tempat Emilia berdiri. Cewek itu menyapanya dengan bibir yang menyimpul.

"Wah, cewek yang beruntung dari sekian banyak cewek di sekolah ini. Bahkan dari si Venny." Ujar Noel dengan wajah terkagum, lalu merangkul pundak Bara. "Ayok, mari kita tanya juga apa seleranya..."

0o-dw-o0

Emilia membawa mereka ke kafe yang biasa ditokronginya bersama Bella dan Mita usai shalat dzuhur karena ajakan Bara. Di sana Emilia memesan Nasi Goreng Spesial. Makanan favoritnya jika dia bosan dengan nasi putih, ditemani dengan segelas es teh manis.

"Lo yakin, minum segelas es teh manis?" tanya Noel agak aneh mendengar yang dipesan Emilia.

Emilia menoleh ke belakang menatap Noel, "Iya, kenapa memangnya?" tanyanya mengerutkan dahi.

"Nggak kenapa-kenapa sih, kita kan habis olahraga. Kenapa nggak minum yang hangat aja," saran Noel.

"Oh," Emilia kembali menatap ke arah menu. "Gue sukanya yang seger-seger, terutama es teh manis, nggak peduli habis olahraga atau bukan. Lagian juga udah biasa."

DELUVIEWhere stories live. Discover now