Bab 25

344 32 4
                                    

25. Curi Perhatian

Akhirnya, Emilia menyelesaikan PR untuk pertama kalinya. Suatu pekerjaan yang membuatnya 'nyaris tak bernapas', kalimat yang sering Emilia ucapkan ketika masih di kelas sebelas dulu. Ini tentu saja berkat 'cowok belagu'-nama yang ditulis Emilia di layar ponselnya untuk Bara.

Dan sekarang, jam dinding di kamar sudah menunjukkan pukul delapan malam. Begitu menyadari dirinya belum melaksanakan shalat Isya, Emilia langsung melaksanakan shalat wajib terakhir itu di malam ini. Setelah itu, Emilia memotret jawaban PR-nya dan mengirimkan gambar tersebut kepada Bara saat mukenah-berwarna ungu lembut bermotif daun kecil, masih terpasang ditubuhnya.

 Setelah itu, Emilia memotret jawaban PR-nya dan mengirimkan gambar tersebut kepada Bara saat mukenah-berwarna ungu lembut bermotif daun kecil, masih terpasang ditubuhnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Pesan gambar itu terkirim, tapi tampaknya, Bara tidak online.

Emilia hanya menaikkan kedua alis matanya dengan bibir yang dimanyunkan. Tanpa pikir lama, Emilia beralih memasukan buku-buku dan alat tulis yang akan dibawanya besok ke dalam ranselnya yang berwarna biru muda ke abu-abuan. Kemudian Emilia meraih ponselnya kembali begitu melepas dan melipat mukenahnya, menelusuri aplikasi Insta, tepatnya ingin memandang-mandang sosok Tama di profil cowok itu sebelum ia tidur.

Keesokan paginya di sekolah sebelum bel masuk berbunyi, Emilia memeriksa kembali buku PR Matematikanya di atas meja-dan sekali lagi, ini untuk yang pertama kalinya.

Sekarang Emilia benar-benar gelisah dengan jawabannya sendiri, karena Bara tak kunjung membalas pesannya, padahal sebentar lagi bel masuk akan berbunyi, sepuluh menit lagi. Sampai ketiga kali Emilia memeriksa obrolan chatting-nya dengan Bara, dan ketika keempat kalinya, Emilia melihat pesan yang dia kirim tersebut sudah centang biru. Cowok itu online sepuluh menit yang lalu.

"Loh, dia udah baca chat gue-kenapa nggak dibalas sih?" celetuk Emilia, menatap layar ponselnya agak kecewa.

"Jawaban lo benar semua, kok," ucap seseorang, dari pemilik suara yang Emilia harapkan.

Emilia mendongak, sedikit kaget, Bara sudah berdiri di depan mejanya, dia sengaja menghampiri Emilia ke dalam kelas dengan tas ransel yang masih menggantung di punggungnya, dan sekarang Bara menatap mata Emilia.

Dia ngapain ke sini, kalau cuma mau bilang jawaban gue udah benar? Batin Emilia, seraya melirik ke luar kelas, cemas-cemas kalau Bella lewat dan melihat ke arahnya.

"Seriusan-jawaban PR-gue, udah benar?" Tanya Emilia cepat biar Bara segera pergi.

Bara mengangguk, "Iya, jadi lo nggak perlu cemas lagi," jawabnya. "Semalam ponsel gue habis baterai dan gue udah ketiduran, jadi nggak bisa balas pesan lo. Bacanya juga barusan tadi-pas nyampe di sekolah."

"Oh, gitu.." tutur Emilia sambil melihat Bara mengangkat alisnya. Ya udah, keluar sana! Teriak Emilia dalam hati.

"Catatan Fisika dan Biologi gue, dong.." pinta Bara, ia mengulurkan tangannya ke hadapan Emilia.

Eh! "Lo masuk kelas-hari ini?" tanya Emilia terperangah dengan alis terangkat.

Bara mengangguk untuk yang kedua kalinya, "Iya.. gue masuk kelas hari ini."

DELUVIEWhere stories live. Discover now