Bab 29

312 32 1
                                    

29. Menit Terakhir

DUA hari kemudian, perubahan positif Emilia disadari semua guru di sekolah. Selain menjadi orang yang bersemangat di setiap harinya, mereka juga jarang melihat Emilia datang terlambat lagi ke sekolah. Bahkan sederet laporan Emilia yang buruk di sekolah, tidak lagi terdengar. Dan sekarang pun, saat semua guru berkumpul di ruang guru, mereka dibuat kaget dengan hasil nilai latihan, PR, atau ujian dadakan milik Emilia. Semua nilai anak itu kini sudah melonjak jauh di atas rata-rata.

"Apa anak ini ditaruh di kelas akhir dulu, baru termotivasi-begitu kah?" tutur salah satu diantara mereka yang mengingat perangai Emilia yang mencetak sejarah sebagai, 'siswi tidak teladan di kelas IPA, seangkatannya.'

Sungguh perubahan yang mengejutkan.

Dan Bu Ratna adalah orang yang paling senang mendengar tentang perubahan Emilia di sekolah. Bahkan Bu Tiara yang selalu gondok setiap kali melihat Emilia, kini mulai memasang wajah manis untuknya.

"Kamu benar-benar sudah banyak berubah, ya?!" ucapnya di suatu pagi, ketika dia bertemu Emilia di gerbang sekolah.

"Hehe, Ibu..." Emilia hanya menyahut seperti itu dengan senyum canggung di wajahnya sambil menundukkan matanya karena malu, itu kali pertama Emilia disapa dengan baik oleh Bu Tiara.

"Pertahankan ya..."

Emilia begitu bahagia mendengar respon Bu Tiara. Ternyata kalimat yang pernah Emilia dengar memang benar, jika seseorang mau dan bertindak untuk menjadi lebih baik dalam hidupnya, dia sudah menjadi sosok yang sempurna bagi semua kalangan. Begitulah yang Emilia rasakan, seperti memiliki jiwa yang baru.

Mendapat respon seperti itu, Emilia bahkan mulai membawa buku pelajaran ke stadion. Tak peduli betapa ramai dan bisingnya di sana. Emilia memilih duduk paling atas dan hanyut dalam bacaannya, sesekali Emilia menikmati pertandingan di depan matanya. Dan sekedar informasi, hingga hari dan detik ini, tidak satu pun dari SMA lain, yang mampu mengalahkan tim basket SMA Garuda. Baik dari tim cowok maupun cewek.

Tetapi ketika hari penentuan babak final pertandingan basket datang, Emilia tidak membawa buku apapun kecuali kamera milik Bara yang sekarang ada di tangannya. Emilia dan Mita duduk di tengah-tengah kumpulan anak-anak SMA Garuda, berdekatan dengan tim basket sekolah mereka.

Di sisi lain, Bella sedang asyik ngobrol dengan Tama. Emilia tidak tahu apa yang mereka bicarakan, yang jelas membuat Tama tersenyum dan mengangguk sebelum mereka mengakhiri pembicaraan. Itu membuat Emilia begitu penasaran dan.. sedikit cemburu. Sedikit?

Dia nggak ngincer Bella, kan? batin Emilia, pandangannya tak lepas dari Tama.

Setelah itu, Bella melangkah dengan langkah terburu menuju tempat duduk Emilia dan Mita. Melihat langkah Bella, Mita membuka mulutnya-hendak berkata hati-hati. Tapi sayang,

"ARGH!" teriak Bella kaget, dia sudah jatuh duluan di depan mereka, seketika pusat perhatian anak-anak SMA Garuda, khususnya anak kelas dua belas, tertuju padanya.

"Baru gue mau bilang, hati-hati.." tutur Mita, berhasil menangkap satu pergelangan tangan Bella. Tapi kelihatannya itu sangat sakit hingga Bella menarik tangannya.

"Lo nggak apa-apa?" seru Emilia, sontak bergerak ingin membantu Bella berdiri.

"Sakit!" rintih Bella kesakitan, dia meraba lengan kakinya.

"Ayo bangkit, diobati dulu!" ucap Rado mendekati Bella dari belakang, segera mengangkat tubuh Bella dengan meraih kedua lengan gadis itu, membawa Bella duduk di tempat penonton.

Emilia memberi ruang pada Bella untuk duduk di tempatnya, sementara itu Rado pergi mengambil sesuatu untuk mengobati kaki Bella.

"Sakit banget, ya?" seru Emilia ikut merasakan perihnya.

DELUVIEWhere stories live. Discover now