Bab 31

325 28 6
                                    

31. JULID!


TIM PUTRA SMA GARUDA RAIH PERINGKAT PERTAMA KEJUARAAN TURNAMEN BOLA BASKET

Pada Turnamen Bola Basket antar SMA swasta se-Jakarta tahun ini, Bara Pradigta, kembali membawa SMA Garuda ke peringkat pertama bersama Tama Prasetya di detik terakhir pertandingan.

Kapten Basket tersebut melakukan Jump Shoot-penembakan bola ke dalam ring dari jarak yang cukup jauh saat menerima lemparan dari Tama, sebagai small forward.

Bara seketika bersujud syukur ke atas lantai lapangan stadion setelah ring menelan bolanya yang diiringi bunyi peluit panjang dari wasit, dan semua anggota basket tim putra SMA Garuda, langsung menyerbu untuk memeluk sang Kapten.

Begitu beritanya di telivisi maupun di majalah offline dan online—MaGaSchool juga memuat kabar berita yang sama, ditengah berlangsungnya serah terima masa jabatan Kapten Basket.

Wajah tampan Bara dan Tama, menghiasai tampilan home pada aplikasi tersebut. Mereka berdua seketika dikenal di sekolah maupun di luar sekolah. Bara mungkin sudah terbiasa, tetapi ini untuk yang pertama kalinya bagi Tama. Sebagai anak kepala sekolah, Tama sangat senang bisa masuk dalam berita yang membuat Ayahnya bangga. Tak dipungkiri, Tama semakin mendapati tempat spesial di hati cewek-cewek karena berita tersebut.

Namun Emilia menutup telinga, dia tetap fokus dengan apa yang ingin dia wujudkan—membuat Tama menyadari keberadaannya di sekolah dengan prestasi juga. Terlebih pada saat ini, saat semua penghuni SMA Garuda menghadapi ulangan mingguan, Emilia bersemangat menghadapinya.

Sebelum itu, Bara meminta semua catatannya pada Emilia usai serah terima jabatan kapten Basket. Bara mengirimi Emilia pesan ketika dia sudah berdiri di ujung dinding kelas gadis itu saat pelajaran sedang berlangsung.

Keluar bentar dong,

Gue lagi di luar kelas lo, nih! Mau ngambil semua buku gue.

"Hei," seru Bara, begitu melihat Emilia keluar kelas—setelah meminta ijin—sambil celingak-celinguk tak menemukannya.

Emilia menoleh ke arah suara dari sebelah kanannya, Oh! serunya membatin.

Bara bergerak mendekat. "Nggak ada materi yang lo lupa nyatet, kan?" tanya cowok itu memastikan, kakinya menyamakan langkah Emilia menuju loker.

"Iya, nggak ada." Jawab Emilia tenang.

Sebenarnya Emilia ingin bertanya kenapa Bara meminta semua bukunya. Apa dia tidak jadi melengkapi catatan cowok itu hingga mereka lulus? Tetapi mendadak Emilia memilih untuk diam karena dia juga tak mau itu terjadi.

"Thanks, ya.." ucap Bara pada Emilia setelah buku-buku itu ada di genggamannya, seraya memperhatikan ke empat buku tersebut adalah benar miliknya ketika mereka berada di depan loker Emilia.

Emilia mengangguk, menatap Bara sekilas, "Iya, sama-sama. Gue cabut ya.." pamit Emilia dan bergerak melangkah.

"Oya, gue juga mau minta maaf.." ujar Bara tiba-tiba memandang Emilia. "Sekalian.." membuat langkah Emilia berhenti.

Emilia kembali menatap Bara, "Hah?" dengan menukikkan satu alis matanya, merasa aneh mendengar cowok angkuh itu tiba-tiba meminta maaf. "Gue nggak salah dengar?"

Bara menggeleng, memasang wajah yang mungkin semua cewek di sekolah ini tak pernah melihat ekspresinya yang sekarang. Seperti anak kecil yang sedang mau mengakui kesalahannya. Emilia merasa geli melihatnya.

"Minta maaf kenapa?" tanya Emilia tak percaya.

"Soal itu.." jawab Bara merasa tidak enak, dia tampak ragu-ragu, menatap kedua mata Emilia bergantian dari balik kacamata cewek itu, membuat Emilia penasaran hingga menautkan kedua alisnya. "..pernyataan konyol Bokap gue, lusa lalu."

DELUVIEWhere stories live. Discover now