1

757 106 95
                                    

Matahari yang bersinar cerah, dengan setia menembus dinding kaca di sekitar, menampilkan seisi bandara penuh dengan berpasang pasang mata yang berjuang mengalahkan kantuk atau yang sedang menyeruput secangir kopi hangat dengan berbalut syal. Atau mereka yang menggeret koper dengan lesu sembari menoleh kesana kemari mencari sosok kerabat.

"Kakak!" jerit seorang gadis yang baru saja keluar dari gate 8 dengan menggeret koper merahnya. Wajah sumringah terlihat jelas disana saat manik (E/c) menemukan kedua orang yang telah lama ia rindu.

Tanpa menunggu waktu lama, dua lelaki yang di panggil kakak itu segera berlari kearah sang gadis. Si pirang langsung memeluknya erat sedang yang lain menghapiri koper yang tercampakkan.

"Kak Sumu, (Y/n) kangen banget!" pekik sang gadis tanpa melepas pelukannya dan kini kedua kakinya melingkari pinggang sang kakak.

"Kakak juga!" jawab sang kakak.

"Sama kak Samu nggak kangen?" dengan membawa koper, si rambut abu-abu langsung mengacak rambut adiknya. Tercermin tatapan penuh rindu dari wajah datarnya.

"Kangen kak Samu juga!!!" tanpa melepaskan posisi koalanya, gadis yang di panggil (Y/n) segera membuka lengan lebar lebar, menunggu sang kakak datang memeluknya. "ih nggak enak banget di luar negri!" kata (Y/n) yang kini sudah berdiri dengan kedua kakinya.

"Nggak enak karna nggak ada kakakmu yang paling ganteng ini, kan?" kata si pirang dengan bangganya.

"Nggak ada yang bisa di ajak berantem," kata (Y/n) membenarkan ucapan si pirang diikuti kekehan.

"Halah, ngaku aja udah." Belum (Y/n) menjawabnya, si abu-abu segera memberikan bogem mentah di kepala pirangnya.

"Nggak usah banyak omong," kata si Osamu, lelaki bersurai abu-abu pada kembarannya Atsumu. "(Y/n) pasti capek abis perjalanan panjang."

"Ih, kak Samu paling pengertian deh!" dan segera mengaitkan lengannya pada sang kakak. "kangen masakan kak Samu loh aku." dan di susul kekehan keduanya, meninggalkan Atsumu di belakang yang masih menetralkan sakit di kepalanya bersama dengan koper sang adik.

"Sumu, bawa koper (Y/n)."

"Loh!" tatapan kesal segera di leparkan pada si surai abu-abu tapi, walau kesal dengan kembarannya yang seenaknya, dia tetap menggeret koper itu dan mulai menyusul mereka yang nyaris tertelan keramaian.

Di sepanjang perjalanan pulang keduanya hanya mendengarkan cerita sang adik yang baru saja menyelesaikan program pertukaran mahasiswanya. Mulai dari datang pertama kali ke negri orang, menemukan teman baru sampai culture shock yang sempat dialaminya. Mereka benar benar mendengarkan bahkan sesekali menertawakan kebodohan sang adik.

Ini adalah pertama kalinya mereka melepaskan adik kecilnya pergi sendirian, bahkan sampai ke negri orang. Selama ini Atsumu dan Osamu selalu ada untuk (Y/n), kapanpun itu. Mulai dari hal kecilpun seperti mendengar cerita si adik yang baru saja pulang sekolah saat SMP atau saat sang adik mendapat perlakuan kasar dari teman temannya. Kedua kakaknya benar benar mengambil alih kedudukan kedua orang tua  dalam hal kasih sayang.

(Y/n)pun begitu, ini kali pertama ia berada jauh dari kedua kakaknya. Mereka yang selalu mensupportnya dari dekat, saat jarak memisahkan hanya suara dan wajah dari gawai yang ia dapatkan tanpa ada pundak dan sebuah pelukan yang bisa menghangatkannya.

Lelah menceritakan semua hal yang ia lalui, setengah perjalanan panjang dihabiskan (Y/n) dengan tidur di kursi penumpang, meninggalkan kedua kakaknya yang sesekali bertengkar untuk hal hal kecil.

.

.

.

"(.../n), (Y/n)..." panggil Osamu dengan sesekali mengguncang pundak adiknya. Mereka sudah sampai beberapa menit yang lalu tapi, (Y/n) masih belum menunjukkan tanda-tanda akan bangun jadi Osamu sebagi kakak yang baik harus membangunkannya agar sang adik bisa beristirahat dengan lebih nyaman di kamarnya yang sudah ditinggal nyaris lima bulan.

Perlahan (Y/n) membuka mata dan menemukan Osamu dengan wajah datar andalannya. Dengan cepat (Y/n) duduk sebelum akhirnya keluar dari mobil menuju rumah yang cukup besar.

Sejak (Y/n) SMA, dia dan kedua kakaknya tinggal di rumah besar itu. Kedua orang tua mereka atau lebih tepatnya ayah sering dipindah tugaskan dan itu menyebabkan mereka sering berpindah rumah.

(Y/n) yang dulu sering kali kesusahan bersosialisasi karna seringnya sang ayah dipindah tugas. Namun semenjak menginjak bangku SMA dia ikut kedua kakaknya yang juga baru saja memasuki dunia perkuliahan, tinggal di rumah siap huni pemberian sang ayah dan semua menjadi lebih mudah untuknya bahkan sampai saat ini dia menginjak semester enam.

"(Y/n), sini makan," panggil Atsumu saat adiknya itu melewati meja makan. "makanan buatan Samu, nih. Tadi katanya kangen masakan Samu."

Dengan lemas (Y/n) segera menggeleng. "(Y/n) ngantuk kak," katanya sebelum membuka pintu kamarnya. "nanti kalo (Y/n) udah bangun masih bisa diangetin kan kak?" kali ini pertanyaanya di tunjukkan ke Osamu yang langsung mengangguk. Dia yang paling paham tentang makanan sekaligus yang menyiapkan makanan untuk ketiganya.

"Ehehe, kalo gitu (Y/n) tidur dulu ya kak!"

"Oke!" jawab Atsumu, sedang Osamu hanya mengangguk.

"Yang itu jangan di makan." Kata Osamu tiba tiba setelah pintu tertutup. Makanan yang sudah Kadung ada di tangan Atsumu itu segera dia lahap tanpa mengindahkan peringatan Osamu.

"Bwodo."

"Kan udah gua bilang jangan di makan, goblok!" kata Osamu sambil menarik kerah baju Atsumu.

"Lu ngwomwongnywa telat gwoblok!" Atsumu yang tak mau kalah, menjambak surai abu-abunya dengan mulut yang masih penuh.

"Kak, (Y/n) mau tidur, loh!!" jeritan itu segera menghentikan keduanya.

"Abis lu bentar lagi." Kata Osamu pelan sembari melepas cengkraman di kerah si pirang

"Bodo!"




____

Pendek ya? maaf ya, hehe.

Btw mau nnya, gimana sama bahasanya? ini pertama kali bikin bahasa non baku buat percakapan. Trus juga ada yang aneh nggak? 

Klo emang ngerasa ada yang aneh sampein aja, soalnya aku udah lama nggak nulis. hehe

𝙰𝚗𝚊𝚕𝚐𝚎𝚜𝚒𝚔 || Sunarin ✔Where stories live. Discover now