2

389 70 27
                                    

Denting jam samar samar mengisi ruang gelap, hanya ada secercah cahaya mentari yang menyelinap masuk melalui celah gorden, menampilkan kamar nyaman dengan (Y/n) yang masih meringkuk dalam selimut tebalnya.

Gadis itu terlihat begitu damai dalam tidurnya, dengan bahu yang naik turun mengikuti ritme napas. Wajahnya sangat damai dalam tidur, entah mimpi apa yang tengah ia alami sampai-sampai tak jarang senyum singgah di wajah ayunya.

Perlahan tapi pasti secercah cahaya mentari jatuh tepat di wajah. Seakan mimpi indahnya bertukar dengan kenangan buruk, alisnya mengerut dan bulu mata lentiknya bergetar sebelum tergantikan dengan manik (E/c) indah yang segera menyipit saat terpapar langsung dengan sinar mentari.

Dengan lenguhan kecil, (Y/n) perlahan terduduk di sisi ranjang. Matanya menyisir ruangan yang sudah lama ia tinggalkan namun, masih sama seperti saat terakhir kali. Kedua kakaknya benar benar menjaga kamar ini untuknya, memikirkan itu rasa rindu yang sempat ia tahan selama hampir lima bulan kembali membuncah.

Setelah beranjak ke kamar mandi untuk sekedar mencuci muka, (Y/n) keluar dari kamarnya yang segera di sambut sosok kedua kakaknya, masing-masing ada di belakang counter dapur dan sofa ruang TV. Sekilas matanya melirik jam dinding.

Pukul 11.13

Tidak lagi bisa dianggap pagi. Pantas tubuhnya tidak terlalu pegal setelah menghabiskan waktu sekitar enam jam hanya untuk tidur.

Kedua kakaknya masih belum menyadari keberadaannya. Yang satu masih sibuk memotong bahan makanan sedangkan yang lain asik menghibur diri dengan kartun kesukaan (Y/n).

Mendengar langkah kaki, si pirang dan si abu-abu segera menoleh pada (Y/n) yang kini tengah berjalan menuju sofa. Dengan malas ia berbaring, mengambil posisi paling nyaman untuk ikut menonton TV dengan paha Atsumu sebai bantalan.

"Akhirnya bangun juga ni bocil." Celetuk Atsumu jahil, berbanding terbalik dengan tangannya yang segera membelai surai (H/c) adiknya.

"Udah laper?" kali ini Osamu dari balik counter dapur.

"Udah di panasin makanannya kak?" tak bisa dielakkan lagi, perut (Y/n) kini sudah meraung memaksa diisi.

"Yang tadi di abisin sama kakak goblok kamu," kata Osamu menatap tajam Atsumu tapi, yang di tatap tak bergeming sedikit pun, tangannya masih asik memainkan rambut adiknya dan tak mau berurusan dengan Osamu yang seakan memancing peperangan. "tunggu bentar, ya. Udah mau selesai kok." Dengan 'Oke' sebagai persetujuan dari (Y/n), Osamu kembali pada hidangan yang tengah ia siapkan.

"Kak Sumu nggak kerja?" (Y/n) kini mengalihkan pandangannya dari televisi.

Menurunkan padangan, Atsumu menampilkan senyum khasnya. "Kakak udah bilang bakal ngeliburin latihan voli seminggu ke anak-anak." Lanjutnya dan dengan tidak ikhlas menunjuk Osamu. "dia juga ikut ngeliburin tokonya."

Mendengarnya (Y/n) hanya mengangguk dan kembali fokus pada kartun di depanya.

"Terus kuliahmu kapan mulai lagi?"

Mendengar pertanyaan kakak pirangnya, (Y/n) kembali menarik ingatan tentang masalah perkuliahannya.

"Aku di kasih sekitar dua minggu buat istirahat kak," jawab (Y/n) dengan cengiranya. "kita jalan jalan aja yuk kak nanti?"

Atsumu mengangguk antusias, sedangkan Osamu segera memikirkan makanan apa yang harus ia siapkan untuk bekal nantinya. Harus sesuatu yang baru tapi, jelas disukai (Y/n).

"Ke pasar malem aja, mau?" tanya Atsumu setelah menggali ingatannya beberapa hari lalu saat melihat kostruksi taman hiburan malam di lapangan luas dekat dengan tempat ia membuka privat voli.

𝙰𝚗𝚊𝚕𝚐𝚎𝚜𝚒𝚔 || Sunarin ✔Where stories live. Discover now