19

88 26 56
                                    

Dalam bar yang penuh sesak dengan asap rokok yang mengepul di setiap sudut dan beberapa wajah yang tidak asing.

'Aku mengingatnya! Tempatku saat ini, suasanya, bahkan pakaian yang aku kenakan, semua sama persis!'

Suna menyisir sekitar dan apa yang ditangkap manik olive itu semakin meyakinkannya.

Menarik pandangan, manik itu kini tertuju pada alkohol di meja, menarik kembali alasan dirinya datang ketempat ini. Bukan untuk reuni dan mengenang masa lalu melainkan lari dari masalah. Berusaha melupakan semua masalah yang tengah mencengkeram dalam tiap tegukan alkohol.

"Halo semua...!" suara yang tidak asing memasuki pendengaran. Dengan susah payah dia berusaha menoleh untuk memastikan tapi, tubuhnya sama sekali tidak mau mengikuti perintah. "minuman yang biasa!"

Ada rasa ingin berlari dari tempanya, mengetahui apa yang akan terjadi setelah ini membuat Suna takut tapi, tubuh itu sama sekali tidak merespons rasa takutnya dengan baik.

Selain dari tubuh yang tak lagi dapat di kendalikan, semua indranya bekerja dengan baik. Suara bising di sekitar pun dengan baik memasuki pendengaran.

Dan berkat kebisingan itu, tubuhnya merespons dengan meraih botol alkohol yang nyaris kosong dan berencana untuk membantingnya -berusaha menarik perhatian semua orang sebelum meminta semua mulut untuk diam.

Sayangnya rencana itu tidak berjalan mulus seperti pemikirannya. Hal itu memang menarik perhatian orang banyak tapi, hal buruk yang terjadi adalah ... botol itu tidak pecah di permukaan lantai.

Disaat tubuh tak lagi mematuhi perintah dan mata yang terbuka lebar serta pendengaran yang menangkap jeritan histeris, Suna berharap tidak pernah ada di tempat ini dan saat ini.

'Tidakkah membunuh orang yang sama untuk yang kedua kalinya terlalu mengerikan?'

Matanya terbuka lebar kala menangkap pemandangan mengerikan itu. Atsumu yang tengah meregang nyawa di antara genangan cairan merah masih bisa menatapnya sengit sebelum perlahan lahan kehilangan kesadaran.

Seakan menjadi pemicu, Suna akhirnya berhasil mengambil alih tubuhnya. "Atsumu!" tanpa pikir panjang dia bersimpuh di samping lelaki itu, tak lagi menghiraukan bau anyir darah yang menusuk.

Panik, dia tak tahu apa yang harus dilakukan saat ini. 'Apakah sempat jika menunggu ambulance datang? Apakah jika menghentikan pendarahan di kepala dengan kain akan berhasil menyelamatkan nyawanya?'

"Atsumu bangun!" pekiknya nyaring. "gua gapernah ada niatan buat ngelakuin ini! Jangan bikin gua jadi pembunuh lu lagi!"

Seakan mendengar ucapannya, Atsumu dengan susah payah membuka mata dengan mulutnya yang berusaha mengucapkan sesuatu.

Suara bising di sekitar dan suara Atsumu yang terlalu lemah saat ini menyulitkan Suna mendengar kata yang keluar dari mulut temannya itu. Karna hal ini Suna memutuskan untuk sedikit mendekatkan wajahnya pada Atsumu.

"Sun..."

"...Na.."

"Su... na..."

"Suna!"

Yang di panggil segera membuka mata dengan susah payah. Matanya terlihat sayu dengan nyaris tidak ada kehidupan di sana.

(Y/n) yang berdiri di samping ranjang itu terlihat menampakkan wajah cemasnya, kembali teringat sang kakak yang juga berada di posisi orang di depannya ini. dia bertanya tanya, apakah sang kakak juga sama seperti Suna? Apakah mata sang kakak juga menampakkan kesedihan seperti dia?

𝙰𝚗𝚊𝚕𝚐𝚎𝚜𝚒𝚔 || Sunarin ✔Where stories live. Discover now