18

82 26 41
                                    

Kesal, marah dan kecewa yang menumpuk dalam dirinya, benar benar membuat (Y/n) kehilangan kendali kali ini. Dia tak lagi merasakan tatapan serta pekikan panik dari orang orang di sekitarnya. Saat ini, yang dia tahu adalah orang di depannya saat ini telah membuat hari yang buruk menjadi semakin buruk.

Dadanya yang naik turun, napasnya yang tidak teratur serta mata yang berkaca-kaca, menampakkan ketidakpuasan, dia masih dikendallikan perasaan menggebu-gebu dalam hatinya.

Gua nggak nyangka ternyata pas di kafe buku sketsa gua udah ada di tangan lu! Pikir (Y/n) frustas. Sialan lu, Alisa!

Pikirannya kembali ingat kata kata pedas sang dosen yang mencapnya sebagai penjiplak karya orang lain. Sejak awal, dirinya lah yang mengangkat tema ini dan menjadikannya karya seni dan dengan seenaknya, perempuan iblis itu mengambil semua darinya dan melempar kotoran padanya. Bagaimana bisa dia tetap diam saja saat sudah mengetahui semua ini?!

Melirik (Y/n) dari sudut matanya, Alisa menampakkan wajah terkejut. Wajah yang sebelumnya terhempas, kini kembali menatap lurus kedepan.

Mata dan pipinya memerah. Panas dan perih yang pipinya rasakan seakan tertelan oleh rasa malu yang ia dapatkan saat ini. Tertampar tepat di hadapan banyak orang benar benar merobek harga diri perempuan cantik itu.

Amarah benar benar nyaris membuat kepalanya meledak tapi, jika dia dengan ceroboh membiarkan amarah menang, dia hanya akan mendapatkan kerugian. "(Y/n), ada apa?" tanya Alisa dengan nada tenang yang dengan susah payah ia tampilkan. "kenapa ini?"

(Y/n) berdiri tegak di depan Alisa, menampakkan aura beringas, membuat orang yang merasakannya nyaris tak dapat berkutik. "Gara gara lo gua keilangan muka dan dicap sebagai penjiplak!" pekik (Y/n), orang orang di sekeliling hanya menonton dari jarak aman. "gara gara lo... gara gara lo...!"

Dari mana-? Batin Alisa panik. Tanpa sadar matanya bergulir menatap buku sketsa di tangan dan dengan segera menyembunyikan benda itu di belakang tubuhnya.

Amarah (Y/n) kembali naik, kepalanya seakan bisa meledak kapan saja. Napas berat dan mata merahnya sangat menggambarkan seberapa besar perasaan yang bergejolak dalam dirinya.

Tanpa pikir panjang dia kembali mengayunkan tangannya, siap memberikan tamparan untuk yang kedua kali pada perempuan itu.

Sial! Batin Alisa yang spontan menutup mata, bersiap menerima tamparan untuk kedua kalinya.

Namun, beberapa detik telah berlalu dan dia sama sekali tidak merasakan panas ataupun perih di bagian tubuh manapun. Dengan perlahan, dia membuka mata dan menemukan tangan (Y/n) yang menggantung di udara dengan Tsukishima, yang dia kenali sebagai sahabat (Y/n) tengah mencengram pergelangan tangannya.

"Tsukishima, lepas!" bentak (Y/n), berusaha melepaskan cengkraman di lengannya.

"Cukup sampe di sini aja, (Y/n)." kata Tsukishima penuh penekanan. "jangan mempermalukan diri lu sendiri lebih dari ini."

"Mempermalukan diri gua sendiri?" tanya (Y/n) dengan nada sarkasnya. "lu nggak liat apa yang dilakuin iblis ini ke gua, ha?!"

"(Y/n), aku-"

"Diem lu!" tukas (Y/n) dan menarik tangannya dari cengkraman Tsukishima dan kemudian merebut buku sketsa yang di sembunyikan Alisa di belakang tubuhnya. "lu harus liat!" dan membuka buku itu tepat di lembar terakhir. "sketsa ini udah direncanain bakal gua kumpul buat tugas tapi, tiba tiba buku ini ilang.

Dan tadi, waktu gua kumpul lukisan gua, lu tau apa? Ternyata udah ada yang nyerahin lukisan yang sama persis sama milik gua dan gua di cap penjiplak atas karya gua sendiri!"

𝙰𝚗𝚊𝚕𝚐𝚎𝚜𝚒𝚔 || Sunarin ✔Where stories live. Discover now