22

70 19 6
                                    

Matahari sudah nyaris berada di puncak tertingginya. Beberapa bagian pekerja pun tengah menikmati waktu istirahatnya. Berbanding terbalik dengan Suna yang justru belum juga terbangun. Mata itu masih tertutup rapat dengan bed cover yang tak lagi berbentuk di sekelilingnya.

Kamar yang terlihat seperti kapal pecah ini benar benar berbeda kala Suna tak pernah menyentuhnya. Jika saat itu semua benda -baik yang kecil maupun besar sangat berharga, maka saat semua itu terlihat layaknya sampah tak berguna.

Tak lama berselang, suara notifikasi samar -seakan teredam sesuatu mengisi ruangan. Suaranya memang tidak bisa dibilang tapi, dengan mode getar yang aktif akan lain ceritanya.

Sekilas Suna menggeliat. Semua indra yang sebelumnya ikut tertidur pun segera bangkit, membuatnya mengerutkan dahi kala rasa pusing mencengkeram kepalanya erat.

Perlahan dia membawa tangannya untuk meremas pelan kepala yang seketika terasa seperti akan pecah dengan tangan lain yang berkelana mencari sumber suara samar ini.

Tangannya mulai meraba setiap sisi bantal sebelum kemudian bergerak membabi buta dengan hasil nihil yang membuatnya kesal. Kepala yang terasa begitu pusing di tambah suara dering ponsel yang mengganggu benar benar paduan lengkap.

Kemudian tanpa membuka mata dia mengibaskan selimut yang tak sempurna membungkus tubuhnya, sebelum merasakan sebuah benda jatuh tak jauh dari kakinya.

Di detik selanjutnya barulah dengan terpaksa dia membuka mata dan memaksakan duduk, hanya untuk merasakan kepala yang terasa berat dan berdenyut.

Tanpa sadar matanya menyisir ruangan yang begitu kacau ini. Setiap benda yang berusaha di simpan dengan baik, saat ini hanya lah sebuah sampah saat ini.

Maniknya pun bergulir pada nakas di samping ranjang, bingkai foto yang tertelungkup itu pun tak jauh berbeda dengan yang lain, terlihat seperti sampah.

Lagipula semua itu sudah tidak ada artinya lagi.

Saat rasa berdenyut itu sudah berkurang, dengan malas dia meraih ponselnya dan melihat siapa orang baru saja menelponnya.

Ada beberapa telepon masuk tapi matanya hanya tertuju pada panggilan yang baru saja mengganggu waktunya.

Nomor tidak di kenal.

"Orang goblok mana yang nelpon gua?" nyaris ponsel di tangannya kembali ia lempar andai denting notifikasi tidak masuk ke ruang dengarnya "apalagi?!" diikuti decakan gusarnya.

_____

From: Iwaizumu
to: Suna

Lo udah mendingan belom? Ada kerjaan nih jam 5 sore ini.

_____

Suna terdiam sejenak. setelah membaca pesan pendek dari temannya itu ada banyak perasaan mengganggu. Kepala yang masih sakit pun menambah keinginannya untuk tidak menghiraukan pesan itu dan kembali tidur tapi, di sisi lain dia tidak bisa melakukan hal seegois itu pada teman temannya.

Jadi, sudah di putuskan!

Menghembuskan napas berat, tangannya dengan cepat mengetikkan kata 'ya, gua dah mendingan.' sebelum menekan tombol kirim.

Matanya kini menangkap jam di sudut kiri ponsel yang menunjukkan pukul 11.58. Masih ada kira kira tiga jam sebelum dia harus bersiap.

Dengan itu, dia memutuskan untuk kembali melanjutkan acara tidurnya yang terganggu. Tentu saja dengan tidak lupa memasang alarm pada pukul tiga sore nanti.

.

.

.

.

𝙰𝚗𝚊𝚕𝚐𝚎𝚜𝚒𝚔 || Sunarin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang