❀ Pʀᴏʟᴏɢ ❀

7.9K 497 81
                                    

ᗪᗩᑎᗪᗴᒪIOᑎᔕ Ia tak secantik lily, tak seindah mawar, tak sewangi melati dan tak seabadi edelweis, namun sangat istimewa

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

ᗪᗩᑎᗪᗴᒪIOᑎᔕ
Ia tak secantik lily, tak seindah mawar, tak sewangi melati dan tak seabadi edelweis, namun sangat istimewa.
Terlihat rapuh, namun sebenarnya begitu kuat. Ratusan kuntum kecilnya adalah sebuah pengharapan, wish. Thousand wishes with dandelions.

Lalu

Apakah arti dari sebuah bunga ᗪᗩᑎᗪᗴᒪIOᑎᔕ?
Pengharapan
Cinta
Kebahagiaan
Keceriaan
Kesetiaan

Seperti halnya ᗪᗩᑎᗪᗴᒪIOᑎᔕ, maka ia pun akan menjalani kehidupannya layaknya sebuah ᗪᗩᑎᗪᗴᒪIOᑎᔕ. Rapuh, namun tetap tegak dengan ribuan pengharapannya. Karena baginya sosok yang bersamanya kini adalah cinta, harapan dan kebahagiannya.




🅂udah hampir tiga tahun ia menjalani kehidupannya sebagai pasangan hidup putera tunggal keluarga yang sangat terpandang. Namun, selama itu pun belum pernah sekalipun dia....

Bahagia!

Apa yang salah dengan dirinya? Tidak, tidak ada yang salah sedikitpun dalam dirinya. Lantas, kenapa ia tak pergi saja, meninggalkan pasangannya? Bercerai, mungkin?!

Alasannya hanya satu....

Cinta!

"Kalau kau pikir aku menikah denganmu karena aku mencintaimu, kau salah besar! Aku bahkan tidak suka melihatmu di rumah ini!" ucap seseorang.

"Apa kau sangat membenciku? Aku bahkan tak melakukan apapun padamu," balasnya.

"Sangat! Jadi, keluarlah dari kamarku, sekarang juga!"

Sosok itu menatap tajam sosok yang tengah berdiri di hadapannya. Dengan sebuah nampan berisi sebuah cangkir di atasnya. Masih jelas terlihat kepulan halus uap panas dari atas cangkir itu, tanpa bahwa minuman itu baru saja selesai ia seduh.

"A-aku hanya membawakanmu ini. Kau pasti sangat lelah bukan, seharian bekerja," ucapnya hendak melangkahkan kakinya lagi dan berniat meletakkan nampan itu pada sebuah meja tak jauh dari posisinya, juga pasangannya.

Namun, tangan kekar itu menahan sebelah tangannya. Hingga...

Pyaaaarr!

Sedikit terjingkat dan sedikit menahan rasa sakitnya, pasalnya minuman itu menyiram sebagian kakinya. Meskipun ia memakai slippers tidurnya, tetap saja itu hanya berbahan dasar kain, yang tentu saja akan menembus saat air menyapanya.

"Aakh! Maafkan aku," ucapnya saat ia berjongkok memungut pecahan cangkir yang menyebar di lantai dia berpijak.

Sosok itu memungut perlahan pecahan cangkir agar tak lagi melukai kakinya ataupun jari tangannya. Meskipun sudah dua hampir tiga kali jarinya tergores benda tajam itu. Orang yang berdiri di hadapannya tampak tidak sabar, ia pun ikut berjongkok, mencengkeram pergelangan tangan sosok di hadapannya dengan tatapan tajam yang masih seperti biasanya.

"Sudah kubilang bukan, kau tidak perlu bersusah payah menyediakan minuman untukku seolah-olah kau menantu di sini! Tidak perlu berpura-pura baik padakuㅡ" ucapannya terjeda saat tangannya di tepi kasar orang di depannya.

"Aku memang menantu di sini, dan sudah menjadi kewajibanku mengurusmu sebagai pasanganmu!" Orang itu berdiri, tampak wajahnya sedikit menahan rasa panas pada salah satu kakinya. Jari tangannya pun tampak merah, ada beberapa goresan di sana.

"Jangan membantahku! Dan sekarang pergilah!" usirnya.

Tanpa membantah, entitas itu pun meninggalkan kamar yang tampak besar dengan cat dominan abu-abu muda. Belum jauh dia keluar kamar, terdengar pintu dibanting keras, dan itu sudah biasa menyapa pendengarannya.

Menuruni tangga untuk menuju ke sebuah pantri, hingga seorang pria paruh baya menghampirinya.

"Anda tidak apa-apa? Apa yang sakit? Biar saya ambilkan obat," ucapnya saat melihat sosok itu mengambil dua lembar tissue mengelap jarinya.

"Ah, tidak apa-apa, paman. Aku yang tidak berhati-hati, aku tidak memperhatikan jalanku hingga tersandung," elaknya lalu tersenyum.

"Tapiㅡ kenapa anda tidak keluar dari rumah ini saja? Ah, maafkan saya, maksud saya... Tuan muda tidak memperlakukan anda dengan baik, bahkan sudah hampir tiga tahun keadaan masih sama. Sayaㅡ"

"Aku baik-baik saja, paman. Jangan cemas! Dan terima kasih, sudah mencemaskanku. Maaf, paman, aku tidur dulu," pamitnya.

Sesampainya di kamar, ia membaringkan tubuhnya. Menatap langit-langit kamarnya yang kini tak lagi terang, pasalnya ia telah mematikan lampu kamarnya dan menggantinya dengan lampu tidur saja.

"Tiga tahun...aku menunggunya selama tiga tahun. Dan aku masih berharap ia akan melihatku... aku harap semuanya tidak akan sia-sia," lirihnya pelan, ia meringkukkan tubuhnya menghadap sisi dinding kamar yang lainnya. Tanpa terasa air matanya mengalir, namun segera ia mengusapnya.

Menyentuh dinding kamarnya, yang berbatasan dengan kamar pasangannya, ia pun tersenyum dan berkata, "Good night...mimpi indah. Aku mencintaimu..."

❀ TBC ❀

Next or No?
Udah kebayang bakalan kayak apa?
Slow update kalau sepi yah...
Jangan bosen ya, kalau tiba-tiba aku pub ff baru

DANDELIONS S1Donde viven las historias. Descúbrelo ahora