❀ 11 ❀

3K 343 69
                                    

Mᴇᴇᴛ ʜɪᴍ




"Bukan kau yang bodoh, Jungkookie... tapi aku!"

Jungkook mengakhiri panggilannya saat itu, dan kembali menekan tombol power tanpa membaca pesan teks di ponselnya dan jelas pengirimnya adalah satu orang yang sama.

"Terlambat, Taehyung... semuanya sudah terlambat..." Jungkook menatap langit-langit kamarnya. Dan di detik berikutnya ia mengangkat sebelah lengannya, meletakkan di atas dahinya. Sungguh ia tak ingin air matanya turun, namun sepertinya itu tidak berhasil.

Bulir bening tampak mengalir pelan dari kedua sudut matanya. "Ini semua yang kau inginkan, bukan? Aku hanya menuruti semua yang kau inginkan. Tapi kenapa hatiku sakit saat dia menyebut namaku?" lirih Jungkook pelan.

Malam itu pun akhirnya Jungkook tertidur, setelah beberapa saat menangis karena Taehyung. Mungkin orang akan berkata bodoh saat dia harus menangisi orang yang telah menyakitinya, akan tetapi hatinya sungguh tidak bisa menahan sakit saat suara husky itu memanggil namanya. Pemilik suara husky itu memanggil namanya dengan alunan suara yang terdengar sangat putus asa, dan Jungkook tidak menyukai itu.

Hingga pagi pun menjelang, Jungkook terbangun saat sinar mentari menusuknya dari celah jendela saat tirai sedikit terbuka. Ia membuka matanya perlahan, menatap arah luar jendela lalu bangkit dari posisinya, kala bunyi perutnya mengusik paginya.

Krug krug krug

"Ah! Aku lapar sekali! Gara-garanya aku tertidur karena menangis. Dasar bodoh!" Jungkook sedikit memukul kepalanya, lalu saat hendak memukul kepalanya dua kali, ia teringat ucapan seseorang.

"Kata seseorang, aku bisa amnesia kalau memukul kepalaku," monolognya seraya tersenyum kecil.

Hingga sepasang matanya teralih saat sebuah pesan muncul dalam layar ponselnya; ibu. Ah, rupanya hari ini ia berjanji akan menemui ibu Taehyung. Karena lusa harus kembali ke Paris, mengurus kembali bisnisnya. Setelah membalas pesan ibu Taehyung, akhirnya ia memutuskan keluar kamar menyiapkan sarapan, sebelum ibu Taehyung datang.

Dasar Kim brengsek! Beraninya kau membuatkmu menangis lagi dengan panggilanmu itu padaku!

Sementara itu di kota, tepatnya rumah Taehyung, pemiliknya itu baru memasuki rumah sekitar pukul 6 pagi. Dengan pakaian yang sudah tampak sangat berantakan, dasi yang tidak lagi terikat sempurna, hingga rambut yang kini sudah tak rapi lagi. Ia memasuki rumahnya dengan gontai, paman Han yang melihat tuan mudanya datang, ia pun langsung menghampiri. Mengambil jas yang ada di tangan Taehyung. Belum sempat ia berbicara, Taehyung sudah meninggalkan ruang tengahnya menaiki tangga, menuju sebuah kamar. Dan anehnya, kakinya membawanya ke kamar Jungkook. Ia mengikuti saja kemana langkah kakinya pergi, perlahan menghampiri ranjang yang ada di kamar Jungkook lalu menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang.

"Jika ada orang yang bertanya, siapakah orang paling bodoh, semua orang pasti akan menjawab, akulah orangnya! Sebenarnya kau ada di mana, Jungkookie, hm? Aku sungguh terbiasa melihatmu di rumah ini. Kau tidak ada, seperti ada yang hilang dari pandanganku." Taehyung mengusap pelan sisi kosong ranjang tempat terakhir Jungkook tertidur.

"Semoga kau baik-baik saja sekarang, demammu sudah turun, bukan?" Ia kembali mengusap sisi ranjang, hingga manik hazelnya menatap jari manisnya. Cincin itu masih melingkar di jari manisnya; cincin pernikahannya. Ia menatap lamat cincin itu, sebelah tangannya meremat pelan dadanya, saat ia kembali merasa nyeri di dadanya.

"Kenapa rasanya sakit sekali? Semua ini yang aku inginkan, bukan? Kenapa hatiku sakit sekali? Sakit... ini sakit! Apa yang harus aku lakukan, Jungkookie. Aku sangat ingin bertemu denganmu! Apa ini yang kau rasakan selama ini? Sesakit inikah? Kemana aku harus mencarimu, huh? Kemana Jungkookie..." ucapan Taehyung makin memelan seiring tubuhnya yang makin meringkuk di samping sisi terakhir kali Jungkook tertidur.

Hingga...

"Tae? Sayang? Apa yang kau lakukan di kamar Jungkook, hm?"

Suara sang ibu memasuki kamar Jungkook. Ibunya tahu sang putera baru kembali, dan saat hendak ke kamarnya, sang ibu melihat pintu kamar menantunya terbuka. Dan saat mencoba masuk, ternyata tampak sang putera tengah meringkuk di atas ranjang. Tak menjawab panggilan sang ibu, membuat ibunya menghampiri sang putera.

"Tae, ada apa denganmu? Kau bahkan baru saja kembali, 'kan? Darimana saja?" Sang mommy duduk di tepian ranjang, menatap sang putera yang tampak putus asa, dan ini kali pertama ia melihat keadaaan puteranya seperti itu.

"Kenapa hatiku sangat sakit, mom? Aku yang memintanya menandatangani surat itu, dan ia telah melakukannya. Tapi, kenapa hatiku sakit? Aku seharusnya bahagia 'kan, mom? Dan entah kenapa aku tidak bisa tenang, saat ia pergi dalam keadaan demam?"

"Demam?"

"Malam saat ia pergi, tubuhnya panas. Dan...dan aku menemaninya sebelum ia pergi. Ia selalu memanggil namaku, mom. Ia menggenggam tanganku. Akkh! Kenapa sakit sekali, mom?!" Taehyung menatap tangannya, ia kembali teringat bagaimana Jungkook menggenggam tangannya saat itu.

"Kau akan menyadari arti kehadiran seseorang saat ia tidak lagi berada di sampingmu, sayang. Selama ini kau bahkan tidak pernah menganggapnya ada, namun secara tidak langsung keberadaannya sudah terpatri di pikiranmu. Kau sudah terbiasa dengan entitasnya berada di rumah ini. Suka atau tidak, sadar ataupun tidak, Jungkook telah mengisi hari-harimu. Saat mata bahkan hatimu tidak lagi menemuinya, itu akan hampa... Jungkook..., kau tahu bukan bahwa ia mencintaimu? Dan entah berapa kali mommy mengatakannya padamu," ucap sang mommy mengusap lembut lengan Taehyung.

"Apa ini yang ia rasakan selama ini? Sesakit inikah ingin melihat seseorang? Aku hanya ingin melihatnya, asal ia baik-baik saja, sekarang sudah cukup untukku, mom!" Suara husky itu makin lirih dan bergetar saat ia kembali teringat kejadian malam saat Jungkook demam. Bagaimana Jungkook menggenggam tangannya, dan seketika ia merasakan hangat di hatinya.

"Mommy, tidak yakin ia akan memaafkanmu, sayang. Kau tahu sendiri bukan, bagaimana kau telah menyakitinya? Seperti mommy berharap agar kau bahagia dengan pilihanmu, mommy pun berharap hal yang sama padanya. Karena mommy benar-benar menyayangi Jungkook. Ia menikah bukan dengan paksaan, ia menikah denganmu karena memang mencintaimu. Bahkan setelah kau tahu, kau mencintai orang lain, ia tak menuntut apapun padamu, bukan? Ia membiarkanmu melakukan apapun, asal ia tetap berada di dekatmu. Dan kau tahu, saat ia mengatakan ingin bercerai denganmu? Aku tahu ia sudah berada di ambang batas kesabarannnya, di tambah lagi kau ingin segera menikahi kekasihmu. Tak ada seorang pun yang akan tahan, Sayang, jika melihat seseorang yang ia cintai lebih memilih orang lain.

Dan kau tahu, mommy akan menemuinya, akan tetapi mommy berhak melarangmu ikut. Karena mommy tahu, betapa sakitnya hati Jungkook padamu. Kau masih ingin menikahi kekasihmu? Irene? Tapi maafkan mommy sayang, jika kau menikahinya, mommy tidak bisa menghadirinya. Karena bagi mommy menantu Kim hanya satu, Jungkook. Kecuali jika... jika Jungkook memutuskan akan menikahi orang lain lagi yang membuatnya bahagia."

"Tidak, Mom. Aku tidak akan menikahinya. Aku..." Taehyung tidak sanggup melanjutkan ucapannya.

"Mencintai Jungkook?! Jangan menyakitinya lagi, jika kau masih tidak yakin akan perasaanmu, Tae!"

"Sayangnya semua ucapan mommy benar dan aku yakin atas perasaanku saat ini, Mom. Aku mencintainya!"

Aku mencintaimu, Jungkookie. Maafkan aku...

T B C

DANDELIONS S1Where stories live. Discover now