❀ 07 ❀

3.3K 390 113
                                    

Gᴏᴏᴅʙʏᴇ




Taehyung terpaku menatap bagaimana jemari Jungkook menggenggam tangannya, bagaimana wajah lemah itu memanggil namanya, hanya namanya.

"Tae..." Jungkook kembali mengeratkan genggamannya. Dan tanpa sadar tangan Taehyung bergerak ke arah dahi Jungkook, mengusap peluh yang nampak di sana.

"Iya, ini aku, Jungkookie! Ini aku, Taehyung!" Suara husky itu entah kenapa lebih terdengar lembut dan hangat tak seperti biasanya yang terdengar; datar, acuh bahkan tak ada kesan peduli pada sosok yang bernama Jungkook. Meskipun tampak kaku, tangan itu tampak membalas genggaman Jungkook saat pria manis itu makin mengeratkan genggamannya.

Setelah beberapa saat, Jungkook kembali tertidur dengan tenang. Keringat dingin pun kini perlahan mulai menghilang seiring suhu tubuhnya yang makin menurun setelah beberapa jam. Malam makin larut, dan saat dini hari tiba-tiba Jungkook terbangun. Ia merasakan tenggorokannya kering, sedikit terkejut saat mendapati tangannya digenggam seseorang. Sedang yang empunya tampak terlelap duduk di lantai dengan kepala ia sandarkan di tepian ranjang Jungkook.

Untuk sepersekian detik, ia tampak tersenyum, ada gurat bahagia dalam wajahnya. Namun, semua itu hilang kala sosok yang ada di hadapannya itu mengigau dengan menyebut nama wanita lain, Irene. "Irene... aku akan menceraikannya..."

Tak lama setelah mendengar ucapan Taehyung, ia melepaskan genggaman tangan Taehyung perlahan karena tak ingin lelaki itu terbangun dari tidurnya. Menatap lamat, wajah tampan sosok yang tengah tertidur, tangannya bergerak hendak menyingkirkan helaian rambut yang menutupi sebagian wajah Taehyung, namun tangannya berhenti begitu saja di udara, kala ia teringat bagaimana orang yang ia cintai itu lebih memilih wanita lain dan bersikeras menceraikannya.

"Bahkan dalam tidur pun kau hanya mengingat namanya. Apa semua pikiranmu dipenuhi oleh wanita itu? Bahkan setelah yang ia lakukan padaku waktu itu? Sepertinya aku tidak perlu menunggu ibu kembali untuk meninggalkan rumah ini. Karena aku akan meninggalkan rumah ini, sekarang." Jungkook melangkahkan kakinya pelan menuruni ranjang. Lalu ia berjalan menuju sebuah meja di sudut kamarnya, dimana dia biasa menyimpan surat cerai yang Taehyung berikan padanya.

Jungkook meraih pena di atas meja, lalu membubuhkan tanda tangan di bagian dokumen itu dan kembali memasukkan dokumen itu ke dalam sebuah amplop, Jungkook biarkan saja dokumen itu di atas meja. Menatap amplop itu nanar, tangannya pun kini tampak melepas sebuah cincin yang melingkar di jari manisnya, lalu ia letakkan di atas amplop yang berisi berkas perceraiannya. Ia kembali melangkahkan kakinya pelan, mengambil kopernya, dan memasukkan beberapa pakaian yang ia butuhkan. Tak mengambil apapun selain memang itu miliknya. Setelah semuanya siap, ia pun hendak meninggalkan kamarnya, namun saat melihat tubuh Taehyung sedikit meringkuk karena dingin, ia kembali memutar tubuhnya. Meraih selimut di atas ranjang, dan menutupi tubuh Taehyung sebelum ia benar-benar meninggalkan kamar itu.

"Jaga dirimu dan semoga kau bahagia," lirihnya saat wajahnya mendekati dahi Taehyung. Sedikit ragu, akhirnya ia pun mencium pelan dahi Taehyung. "Semoga kita tidak bertemu lagi, Kim Taehyung."

Jungkook meninggalkan kamarnya, tanpa menarik kopernya karena tak ingin Taehyung menyadari kepergiannya. Jungkook pun telah menutup pintu kamarnya sangat pelan. Dan setelah beberapa saat setelah pintu itu tertutup, seseorang tampak berbicara dalam tidurnya.

"Jungkookie..."

Jungkook menuruni satu per satu anak tangga, karena ini masih sangat larut tentu saja paman Han dan para maid pun masih beristirahat. Berbekal kunci mobilnya akhirnya Jungkook meninggalkan mansion Taehyung. Ia membawa mobilnya karena memang itu miliknya, bukan pemberian Taehyung ataupun keluarga Kim. Jungkook melajukan mobilnya membelah kota Seoul yang sunyi, hatinya sangat sakit pasalnya ia tampak beberapa kali meremat dadanya dengan sebelah tangannya sementara tangan yang lain ia gunakan untuk memegang kendali setir mobilnya. Hingga akhirnya ia tak bisa membendung lagi air matanya. Ia menepikan mobilnya, menghentikan sejenak laju kendarannya, lalu ia menundukkan wajahnya bertumbu pada setir mobilnya.

DANDELIONS S1Where stories live. Discover now