Bagian 5

23.8K 3.8K 2.1K
                                    

Sebelum baca, absen dulu yuk. Kalian dari provinsi mana?




____________

Di dalam mobil, Hazen mendadak terdiam sejenak. Mengapa ia mau di bawa oleh pria ini? Ke mana ia akan di bawa? Apa ia akan di culik lalu di mutilasi seperti di film-film? Apa ia akan di jual ke luar negeri?

Tapi sepertinya itu tidak mungkin, pria ini tampak tidak sekejam itu.

Lihat saja, bahkan setelah dirinya di suruh masuk ke dalam mobil, ia di diamkan begitu saja seolah pria itu tidak memiliki penumpang di belakangnya.

Haruskah Hazen yang membuka suara? Menanyakan apa? Tapi ia memang banyak menyimpan pertanyaan di kepalanya.

Apalagi, Hazen harus banyak menanyakan tentang ayahnya.

"Soal Ayah kamu, saya tidak tahu dia akan mengikuti sidang kapan, yang pasti dia akan menetap beberapa bulan di dalam penjara."

Hazen ternganga mendengar lontaran pria dingin itu barusan.

Apa katanya? Beberapa bulan?

"Jadi, polisi udah netapin ayah gue sebagai tersangka?"

"Iya."

"Bukti kuat apa yang bisa membenarkan hal itu? Ayah gue gak pernah nyuri apapun, itu fitnah. Bisa jadi dia di jebak kan sama temannya___"

"Ayah kamu sudah mengakui."

Hazen terdiam.

"Ibu kamu sakit apa?"

"Gausah sok care deh!" gertak Hazen kesal. Kini ia melipat kedua tangannya di depan dada, memilih menatap ke arah jalanan.

"Dari sikap kamu seperti itu, saya tidak yakin jika kamu seorang anak terpelajar."

"Gue udah lulus S1, dan gue tinggal cari kerja aja sekarang, lo jangan sok ngajarin gue___" Hazen menutup mulutnya.

Baru saja ia keceplosan.

"Bukan saya yang membuka kebohongan kamu, tapi kamu sendiri." ujar Alan datar.

Vian hanya menjadi pendengar di antara keduanya. Jujur saja, Vian juga kaget saat mendengar kebohongan Hazen.

"Selain mengaku masih kuliah, apalagi yang kamu palsukan? Ibu kamu sakit? Atau ternyata kamu sekongkol dengan Ayah kamu?"

"STOP! STOP DI SINI MOBILNYA!" teriak Hazen emosi.

Vian langsung menghentikan mobilnya di tepi jalan raya.

"SERENDAH APAPUN GUE DI MATA LO, GUE GAK AKAN MAU MAKAN DUIT LO!" Hazen segera membuka pintu mobil, namun tertahan sejenak, ia kembali menatap pria dingin di depannya yang tak menatapnya sedikitpun.

"SATU LAGI, KALO LO GAK PERCAYA DENGAN PENYAKIT IBU GUE, OKE ITU GAK MASALAH, UNTUK APA LO PERCAYA? SEJAK KAPAN URUSAN GUE JADI URUSAN LO?" dengan cepat Hazen keluar dari mobil tersebut, lalu menutup pintu dengan kuat.

Alan menatap jalanan di hadapannya dengan rahang mengeras, menahan emosi.

Lalu detik berikutnya, ia mengeluarkan sebuah kertas kecil dan melemparkannya ke arah gadis itu. "Kartu nama saya. Jangan ge'er dulu, itu kalo ada apa-apa dengan ibu kamu atau kebutuhan kalian sedang di ujung tanduk." ujar Alan memperjelas.

Tanpa ingin mengatakan hal apapun lagi, Alan menutup kaca mobilnya.

"Jalan." perintahnya pada Vian.

Benar-benar bernasib buruk. Hazen kini di tinggal di jalan yang sangat jauh dari rumahnya. "dasar cowok gila, gue sumpahin lo gak akan pernah hidup tenang!"












NALLAN 2 (SEGERA TERBIT) Where stories live. Discover now