Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
"Susah payah mengobati luka hingga akhirnya kembali terluka."
____________
(Jangan lupa putar lagu ya)
Alan sampai di markas milik Papanya. Ia membanting keras pintu mobil dan berjalan secepat mungkin memasuki bangunan besar dan menyeramkan itu. Alan terus berjalan tanpa ingin menyapa penjaga. Bahkan, kedua tangannya benar-benar terkepal kuat serta tatapan tajamnya yang menatap lurus pada seseorang yang sedang di ikat pada sebuah kursi tepat di tengah ruangan besar itu.
Beberapa bodyguard yang ingin mendekatinya kini langsung di tatap oleh Alan hingga mereka mundur kembali dan takut melakukan tindakan lebih.
Kaki Alan berhenti melangkah tepat di hadapan Gibran.
Gibran yang terlihat begitu sangat lemah kini mendongak ke atas secara perlahan, lebam pada wajahnya terlihat jelas sudah mulai membiru.
"Di mana Arsyad?" tanya Alan dengan mata memerah serta kedua tangan terkepal kuat, menatap Gibran dengan penuh permusuhan.
Terjadi hening beberapa saat.
Hingga...
"DI MANA ARSYAD!" teriak Alan sekeras mungkin dengan tatapan membunuh pada Gibran.
Semua bodyguard bahkan tak berani bergerak selangkah pun.
Gibran yang tadinya hanya menatap Alan, kini tersenyum miring pada laki-laki di hadapannya yang sedang begitu murka.
Alan menatap Gibran dengan pandangan tak percaya.
Laki-laki itu tertawa?
Tanpa basa-basi, Alan langsung menarik kasar kerah Gibran dan menatap horor pada mata sendu laki-laki itu.
"LO KERJA SAMA SAMA HAZEN? HAH? DIMANA PEREMPUAN ITU? DAN DIMANA ARSYAD? KALO SAMPAI ARSYAD LUKA, LO GAK AKAN SELAMAT!"
BRAK!
Alan mendorongnya hingga Gibran tersungkur ke lantai bersama kursi yang ia duduki tadi.
