Bagian 22

15.4K 3K 3.5K
                                    

Vote sebelum baca ya☺️❤️

Kalian baca sambil apa nih? Kayang kah? Rebahan? Atau duduk santuy?








(Putar lagu jangan lupa:))

___________




Hazen langsung berlari ke kamar setelah Alan menghempaskan gelas dengan keras.

Sesampainya di kamar, ia mengunci pintu dan bersandar di pintu itu sambil menatap kosong ke depan, ia benar-benar tak menyangka jika dirinya akan berakhir buruk di rumah ini.

Padahal, ia sudah merasa senang saat Nalla menerima dirinya. Tapi, tidak dengan Alan. Laki-laki itu begitu benci dan keras kepala, tak ingin menerima keberadaan dirinya di rumah ini.

Tiba-tiba ia terdiam.

Lalu melihat ke arah pintu yang sudah ia tutup. Dengan cepat ia berjalan ke pintu itu dan menguncinya.

Setelah itu, ia berjalan menuju ke ranjang, duduk di tepiannya dan membuka laci nakas.

Mencari sebuah benda.

Dan ketemu.

Ia mengeluarkan benda itu, lalu menatapnya lurus, setelahnya ia menatap ke arah urat nadi yang mungkin akan segera terputus sebentar lagi.

Hazen terpejam, membayangkan jika benda itu melukai dirinya dan membuatnya mati mengenaskan di kamar ini.

Saat membayangkan tentang kebahagiaan kematiannya itu, tiba-tiba terlintas wajah Alan. Dengan cepat, Hazen membuka mata, menatap sekelilingnya dengan napas naik turun.

Lalu Hazen menunduk, menatap pisau di tangannya, tersadar dan terkejut.

Dengan cepat, ia melemparkan pisau itu ke lantai dengan penuh ketakutan. Kedua kakinya langsung ia naiki ke atas ranjang.

Bayangan-bayangan wajah Alan terus bermunculan di benaknya.

Tidak!

Ia tak akan melukai dirinya lagi!

Karena...keberuntungan akan berpihak padanya nanti.

Sekarang, titik terang itu sudah berhasil ia dapatkan. Mereka sudah menerima dirinya, jika untuk mendapatkan keadilannya, ia harus bisa bersabar, kan?

NALLAN 2 (SEGERA TERBIT) Where stories live. Discover now