Bagian 32

12.4K 2.5K 1.1K
                                    

Btw, akhir-akhir ini kalian lagi sedih karena apa? Ayo sini curhat :(

Semangat ya kamu, hal paling terindah akan segera datang ❤️


Vote sebelum membaca <3

Maafkan jika ada typo, namanya juga manusia :(

Putar lagu yuk.




__________







"Mulai hari ini, Nalla dan Arsyad akan tinggal bersama saya di Bandung!"

Seluruh tubuh Alan seketika terasa kaku saat kata-kata itu keluar dari mulut Mama mertuanya. Perlahan, mata Alan mengarah ke arah Nalla yang kini juga sama syoknya.

Nalla menggelengkan kepalanya beberapa kali serta dengan mata yang berkaca-kaca sambil terus menatap sang Mama tak percaya.

"Ma, aku mohon..." suara Nalla bergetar ingin menangis.

Lila yang merasa sebentar lagi akan ada perdebatan besar kini menggenggam tangan Arsyad lalu membawanya agak jauh dari orang-orang itu.

Lila memilih mengajak Arsyad duduk di sofa tepat di bawah tangga. Lila tak ingin Arsyad mendengar dengan jelas perdebatan antara orangtuanya dan Oma-nya itu.

"Kamu dan Arsyad tidak pantas tinggal di rumah ini!" gertak Lia.

Baru saja Alan ingin mendekati Istrinya, Misha langsung menahan lengan Alan agar menyuruhnya diam.
Misha melakukan itu agar memberi kesempatan kepada Lia untuk mengatakan apa maksud dari semua ini. Misha juga tak ingin berpisah dari menantu dan cucunya, sungguh.

"Aku lagi hamil, Ma." ungkap Nalla pada akhirnya.

Lia yang sejak tadi memegang tangan Nalla, kini perlahan terlepas. Menatap putrinya dengan tatapan berbeda. Kemudian, Lia menatap ke arah Alan dengan tatapan tajamnya.

"Ma, aku benar-benar gak bisa pergi dari rumah ini. Aku gak mau membuat masalah ini bertambah dan mengakibatkan anak aku jadi korban,
Aku gak mau kalau Arsyad sampai jauh dari keluarganya seperti..." Nalla menjeda kalimat, meneteskan air matanya saat mengingat masalalu yang sungguh menyakitkan, "seperti masalalu aku, Ma." lirihnya.

Lia terdiam sejenak.

Bayangan-bayangan buruk itu kembali datang, lalu dengan susah payah Lia mencoba tepis bayangan itu, hatinya kembali terasa sakit.

Perlahan, Lia menatap Nalla dengan lurus. Tatapan itu seolah sedang berbicara pada sang anak bahwa hatinya masih terluka.

"NALLA, MASA LALU ITU ADALAH KESALAHAN BESAR PAPA KAMU, ITU SEBABNYA MAMA GAK AKAN BIARIN KAMU MERASAKAN SAKIT SEPERTI APA YANG MAMA RASAKAN DULU NAL..." jelas Lia penuh penekanan.

Nalla masih menunduk, air matanya terus menetes secara perlahan.

Melihat anaknya seperti itu, entah kenapa Lia merasakan sesak dan sakit, seolah ia yang berada pada posisi Nalla.

Tentu saja, Lia kini juga ikut meneteskan air mata. "Asal kamu tau Nal, Mama berniat baik mengajak kamu untuk keluar dari rumah ini. Dan Mama sama sekali tidak menginginkan Arsyad merasakan apa yang kamu rasakan dulu."

NALLAN 2 (SEGERA TERBIT) Where stories live. Discover now