CHAPTER 22

14.4K 1.4K 621
                                    

Follow Instagram
_rindiiani
wp.rindiaaaani
Reynaldi.agra
Daaniafrzn
.
.
.

"Lo baik, jadi lo berhak dapetin kebahagiaan."
Manusia dingin, Nathan.

---

Daania melangkah pelan sambil melihat kanan kiri. Gadis itu tampak senyum beberapa kali saat melewati orang-orang yang berlawanan arah dengan nya. Daania saat ini ingin pergi ke supermarket yang jarak nya tidak terlalu jauh dari rumahnya.

Beberapa kali tampak wanita itu menunduk sambil menendang pelan kerikil yang berada dijalan.

Tin tin

Kegiatan Daania terhenti mendengar suara klakson motor berbunyi, ia menoleh saat motor sport berhenti di dekat nya. Pria yang mengendarai motor tersebut membuka helm full face nya.

"Nathan?" Pria itu hanya diam.

"Ethan, mana? Kamu nggak bareng dia?" Daania kembali bertanya pria itu. Suasana saat ini menjadi sedikit canggung karena Nathan bukan tipe cowok yang suka berbasa-basi.

"Mana?" tanya pria itu singkat.

"Hah? Mana apa nya?"

Terlihat jelas pria itu menghela nafas. "kemana?"

"Oh, mau ke supermarket depan."

"Buruan." Kening Daania berkerut, sangat susah mencerna kalimat pria dingin ini. Daania masih saja berpikir keras apa maksud omongan Nathan.

"Bareng gue," Daania paham lalu menggeleng.

"Nggak usah, Than. Aku sendiri aja, sekalian mau tau juga lingkungan kompleks," jawab Daania di akhiri dengan kekehan.

Nathan menatap intens wajah Daania dengan kening berkerut, mata gadis itu terlihat sembab seperti habis menangis. Ia sangat tahu ini pasti ada hubungan nya dengan Rey.

"Nangis?"

"Nggak, siapa yang nangis?"

"Rey?"

"Kamu nyariin, Rey? Udah pe-"

"Rey mukul lo?" Daania diam.

"Naik buruan,"

Daania menurut lalu ia pun menaiki motor Nathan. Nathan menghela nafas saat melihat Daania menjaga jarak pada dirinya. Gadis itu terus memundurkan posisi duduknya.

"Mau jatuh?"

"Eh, nggak kok. Udah jalan aja, insyaallah nggak bakalan jatuh."

Nathan menghidupkan kembali motornya lalu pergi mengantarkan Daania ke supermarket tempat tujuan gadis itu.

Daania sangat merasa canggung jika berdekatan seperti ini. Nathan adalah lelaki tertutup, sekedar basa-basi pun rasanya Daania merasa sangat sungkan.

Tidak sampai lima menit, akhirnya mereka pun sampai.

"Makasih, Than." Daania tersenyum hangat pada Nathan. Pria itu hanya mengangguk singkat. Daania merogoh saku nya lalu mengambil uang selembar berwarna hijau dan memberikannya kepada Nathan. Pria itu mengangkat alis sebelah nya.

"Ini uang karna udah nganterin aku,"

"Gue bukan tukang ojek!" Tukas nya dengan tatapan tajam.

Daania meringis melihat wajah Nathan yang sudah memerah, "Pemarah banget,"

"Buruan masuk, gue tunggu."

DAANIA (END)Where stories live. Discover now