CHAPTER 40

11K 1.2K 414
                                    

Follow Ig
_rindiiani
wp.rindiaaaani
Rey.naldiagra
Daaniafrzn

Follow dulu sebelum baca

Happy Reading
---

Daania terus menguatkan Rey yang tengah terbaring lemah diatas brankar. Mata sayu dari pria itu terus menatap Daania dan merintih kesakitan.

Kemoterapi yang di lakukan Rey saat ini tengah berlangsung. Tubuh Rey terasa sangat lemas akibat obat-obatan yang masuk ke dalam tubuh nya melalui cairan infus.

"Sakit," lirih Rey kepada Daania,

Wanita itu mendongak, menatap cairan infus yang masih setengah habis ke dalam tubuh suaminya.

"Di lawan dong, kan mau sembuh biar ketemu sama junior." jujur saja Daania sangat tidak tega melihat kondisi Rey seperti ini.

Mata tajam pria itu saat ini terlihat sayu, bibir nya terlihat sangat pucat.

"Nia," tenaga Rey seperti nya semakin lama semakin berkurang akibat kemoterapi tersebut. Suara nya pun ikut semakin mengecil.

Daania mendekatkan wajah nya ke wajah Rey. Mendengarkan apa yang ingin di bicarakan suaminya.

"D-dingin." ucap Rey terbata, dengan cepat Daania bangkit dan mengambil selimut yang di bawa nya dari rumah.

"Masih dingin?" tanya dengan nada khawatir.

Rey mengangguk lemah sebagai jawaban. "Tidur disini,"

"Nggak bisa, Rey."

"Bisa, Nia. Jangan banyak alasan. Aku nggak bakal ngapa-ngapain." Rey menatap jengah Daania yang hingga saat ini masih canggung bisa diajak tidur bersama dirinya.

"Biasa aja ngeliatin nya," Daania mendengus.

Wanita itu naik ke atas brankar Rey dan berbaring di sebelahnya. Rey tersenyum menatap Daania yang berada d sampingnya.

Monitor suara detak jantung Rey terdengar jelas di sana. Keduanya saling diam satu sama lain dan di temani dengan suara monitor itu.

Daania sibuk memikirkan bagaimana kedepannya, bagaimana takdir yang akan di berikan Allah untuk nya.

Sedangkan Rey, pria itu sejak tadi menahan sakit dan nyeri yang luar biasa di tubuhnya, terutama kepalanya.

"Nia?" wanita itu lantas mendongak menatap Rey yang saat ini tengah menatapnya.

"Jangan pergi kemana-mana." pinta Rey.

"Iya, Rey."

"Kalau nanti gue nggak bisa nemenin lo lagi, jangan sedih."

"Jangan ngomong kaya gitu!" Daania sedikit berteriak dengan suaminya.

"Sshh..." Rintihan kecil dari mulut Rey berhasil mengalihkan Daania. Wanita itu terlihat sangat panik saat Rey mencengkram kuat rambutnya.

"Rey, jangan di tarik rambut kamu."

"Gue nggak tahan!" ucapnya dengan nada tertahan, ingin sekali rasanya dia berteriak sekuat mungkin.

Wajah pria itu terlihat merah padam karena menahan rasa sakit yang luar biasa di kepalanya.

"Dokter sialan! Obat apa yang udah di kasih nya ke gue!" tangan Rey yang bebas dari jarum infus hendak mencabut jarum di tangan sebelahnya, tapi dengan cepat Daania menahan nya dan...

Bruk

Daania terjatuh ke bawah. Rey panik dan saat Rey ingin turun membantu Daania, dengan cepat Daania lebih dulu berdiri dan kembali duduk di kursi yang berada di samping brankar Rey.

DAANIA (END)Where stories live. Discover now