44 - SELESAI

18K 1.5K 733
                                    

FOLLOW INSTAGRAM
_rindiiani
wp.rindiaaaani
Daaniafrzn
Reynaldi.agra
.
.
.

"Gue terlalu sibuk menghukum lo. Sampai gue sendiri lupa, Tuhan juga bisa menghukum gue."
-Rey.

"REY!"

Teriakan semua orang yang berada disana menggelegar di ruangan tersebut.

Daania membulatkan matanya saat melihat pria itu menusuk suaminya. Tidak hanya sekali tusukan, tapi berkali-kali.

Rey memejamkan mata nya saat merasakan sakit yang menjalar di perutnya. Tidak ada perlawanan dari nya, ia hanya membiarkan pria itu dengan ganas menusuk nya terus menerus. Ia pasrah dengan semua hidupnya saat ini.

"NGAPA DIA YANG LO BUNUH, HAH?!" Karin memberontak marah dan mencoba melepaskan dirinya dari Nathan.

Semua orang yang disana pun berlari menghampiri Rey yang sudah ambruk dan terbaring diatas pangkuan Daania.

"Rey, kita kerumah sakit. Jangan tidur dulu, ya? Mau liat anak kita lahir, kan?"

"N-nia," satu tangan pria itu memegang perut nya yang terasa sakit dan mengeluarkan darah begitu banyak. Satu nya lagi ia ulurkan untuk menghapus air mata yang mengalir dari mata istrinya.

"Cepat telepon ambulans!" ujar Nathan berteriak kepada bodyguard.

"Than," Ethan dan Nathan sontak ikut bersimpuh dan memperhatikan sahabatnya yang sudah sekarat. Kedua pria itu menangis, mengingat betapa miris nya hidup Rey.

"G-gue titip Nia ke kalian, ya?"

Nathan menggeleng kuat, "Lo apa-apaan, hah?! Mau gue hajar lo? Bangun! Jangan lemah gini! Lo bilang, lo mau ketemu sama anak lo, kan?!" Nathan menarik tangan Rey, membuat pria itu meringis menahan sakit.

"Lo harus bertahan, Rey. Kata Nathan lo kangen sama waktu main kita bertiga dulu, kan? Ayo kita pergi main lagi. Gue janji, gue akan luangin waktu buat kita lagi." Hanya Ethan lah yang terlihat sangat tegar saat ini.

Nathan terus menarik tangan Rey untuk membangunkan pria yang sudah sekarat diatas lantai dingin tersebut.

"Udah, Nathan! Lo malah bikin dia mati kalau kaya gini!" Ethan menarik tangan kembarannya dan membawa nya sedikit menjauh dari Rey.

"Dia nggak akan mati! Lo tau gimana kejam dan kuatnya Rey! Di tusuk pisau gini doang? Ini udah kebiasaan dia dari dulu!" Nathan terkekeh, melihat seluruh ekspresi terkejut dari orang-orang yang berada di sana.

"Maksud kamu apa, Nathan?" Jaya bertanya kepada pria dingin itu. Pria paruh baya tersebut tak kalah sedihnya melihat puteranya seperti ini.

"Lo terlalu sibuk sama urusan kerjaan lo, tuan Jaya. Sampai Rey menderita self harm pun lo nggak tau."

"Than, jangan..." Rey memohon dengan suara yang mulai mengecil.

"Kalo lo nggak mau gue kasih tau rahasia lo, bangun! Cepat bangun gue bilang!"

"UDAH, NATHAN!" Daania berteriak marah. Pria itu terdiam.

"Bukan waktunya untuk menghakimi Rey sekarang!" sambungnya dengan tangis yang pecah.

"Kuat, Rey. Sebentar lagi ambulans nya datang."

"Kamu liat? Anak kita udah mulai tumbuh besar disini," Daania menunjuk perutnya yang berada di depan wajah Rey.

"Kamu nggak mau adzanin dia waktu lahir nanti?"

"Kamu nggak mau liat anak kita berkembang sampai dewasa?"

DAANIA (END)Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz