05. Teman Baru

447 141 17
                                    

[ S • A • L • A • H ]

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


[ S • A • L • A • H ]

05. Teman Baru

.
.
.

Anara udah beberapa kali mengobrol sama Timi, laki-laki itu emang kelihatan ramah sama siapa aja. Khususnya sama cewek sih.

"Ra, jangan jauhan duduknya. Ntar kalau sampai Karsa tahu gue bakalan diamuk." Timi menepuk sisi di sebelahnya, kelihatan sekali tengah meminta Anara untuk duduk di dekatnya. Aben juga memandang Anara dengan ekspresi menunggu.

Mau gak mau Anara duduk di tempat itu, "Kok nyerangnya sore? Kan udah pulang sekolah." Memang hal inilah yang sejak tadi menjadi pertanyaan Anara, biasanya tawuran bakalan berlangsung di waktu jam pulang sekolah sehingga bisa disebut penyerangan.

"Kalau pulang sekolah nanti banyak siswa-siswi yang susah pulang. Biasanya juga malah ikutan padahal gak pernah ada pengalaman."

"Kalian beneran niat tawuran gak sih?" Anara menatap Aben yang tadi menjawabnya, soalnya penjelasan Aben beneran gak sesuai sama apa yang Anara bayangkan. Tawuran tapi masih memperdulikan keselamatan musuhnya? Tawuran ala-ala silahturahmi?

Aben dan Timi langsung tertawa, "Ra. Lo mikir gimana sih? Kita semua gak bakalan nyerang kalau misalnya gak ada yang ngajak."

"Maksudnya?"

Timi kelihatan berpikir untuk beberapa saat sebelum menyahut, "Intinya sih, Tyo dapat tantangan. Jadi, semua udah kesepakatan bersama."

"Kenapa namanya nyerang? Kan udah tahu."

"Karna kita maju duluan, Ra."

Anara memijit pelipisnya, ia jadi ingat perkataan Prisa mengenai laki-laki. Pada kenyataannya, laki-laki itu senang permainan/game. Mereka akan selalu antusias mendapatkan tantangan, bukan karna haus akan kemenangan. Tapi, laki-laki itu adalah anak kecil yang terjebak di tubuh dewasa.

"Prisa bener sih."

"Prisa?" Aben menatap Anara dengan penasaran, "Maksud lo sahabat lo yang ditaksi—"

"Kok ada dia?"

Anara sebenarnya masih penasaran dengan perkataan Aben yang mendadak gantung tapi suara Gisa dari arah belakang membuat gadis itu mau gak mau harus menoleh. Gisa terlihat cantik dengan kaos dan jeans yang dia kenakan, tapi ekspresinya beneran gak kelihatan senang.

"Lha, dia kan pacarnya Karsa."

"Pacar?"

SALAH (Complete)Where stories live. Discover now